Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

INFEKSI TERKAIT AIR, REUSE DAN MESIN HEMODIALISIS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "INFEKSI TERKAIT AIR, REUSE DAN MESIN HEMODIALISIS"— Transcript presentasi:

1 INFEKSI TERKAIT AIR, REUSE DAN MESIN HEMODIALISIS
Lilik Sukesi Division of Nephrology and Hypertension Department of Internal Medicine Padjadjaran University

2 OUTLINE PENDAHULUAN INFEKSI TERKAIT AIR INFEKSI TERKAIT DIALISER REUSE
INFEKSI TERKAIT MESIN HEMODIALISIS MANAJEMEN ALAT / PENCEGAHAN INFEKSI DI RUANG HEMODIALISIS

3 PENDAHULUAN The United States Renal Data System (USRDS) 2013 :
Morbiditas infeksi pasien dialisis rutin yang dirawat sebesar 42,9 % Morbiditas pasien dialisis yang dirawat oleh karena gangguan kardiovaskular sebesar 39,6% Komponen dan proses pelayanan tindakan hemodialisis  sumber/ penyebab masuknya mikroorganisme atau zat patogen yang bisa menyebabkan infeksi

4 PENDAHULUAN Infeksi yang terjadi pada pasien dialisis berkaitan dengan : Sumber air yang dipakai, pengolahan air pada pusat dialisis, distribusi air Dialisat, acid and bicarbonate concentrate solutions Mesin dialisis dan komponennya Dialiser  Reuse Sehingga prosedur yang tepat saat menyiapkan mesin, menyiapkan komponen hemodialisis dan akses vaskular mutlak harus benar dan tepat karena pasien PGK sangat rentan terkena infeksi. Komplikasi tersering kontaminasi cairan dialisis adalah reaksi pirogenik dan sepsis yang disebabkan bakteri gram negatif. Infeksi karena Komponen Hemodialisis yg terdiri dari mesin hemodialisis, dialyzer, dialysate, blood line dan AV fistula. Pada proses hemodialisis yang adekuat dan berdasarkan prosedur yang benar akan meminimalkan terjadinya infeksi dan reaksi inflamsi pada pasien hemodialisis. Reaksi pirogen, terkait dengan cairan dialysate, manifestasi klinis sama dengan infeksi yaitu demam, tetapi yang membedakan adalah deman karena reaksi pirogen akan berhenti seiring dengan berhentinya proses hemodialisis (Daugirdas.,et al, 2007). Reaksi inflamasi tidak hanya dari dialysate saja akan tetapi bisa dari dialyzer, blood line dan perangkat mesin hemodialisis. Kebocoran dialyzer, priming yang tidak baik, reuse dialyzer, desinfectan mesin yang tidak sesuai dan insersi vena tidak memperhatikan septic aseptic merupakan faktor yang bisa mengakibatkan reaksi infeksi pada pasien hemodialisis. Secara umum manifestasi gejala inflamasi karena faktor tersebut sama.

5 Infeksi terkait Air Komplikasi infeksi oleh karena air  tercemar bakteri bisa mempunyai manifestasi akut dan kronik. Manifestasi akut akibat infeksi yang terkait air (air yang terkontaminasi bakteri atau endotoksin bakteri gram negatif ) adalah : Reaksi pirogenik  sepsis /syok sepsis

6 Infeksi terkait Air Manifestasi kronis (low grade infection) dari air yang terkontaminasi bakteri dalam jangka panjang dapat berupa : 2 Amiloidosis (mekanisme rangsangan yang berulang terhadap sel monosit  mensekresi fibril 2 amiloid, interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor (TNF). Kadar IL-1 dan TNF sebagai pro-inflamasi merangsang proses aterosklerosis dan merupakan salah satu sebab malnutrisi pada pasien HD rutin.

7 Infeksi terkait Dialiser Reuse
Salah satu reaksi tersering tindakan reuse adalah reaksi pirogenik Keadaan ini biasanya di sebabkan oleh karena tindakan reuse yang kurang baik

8 Infeksi terkait Reuse Infeksi yang berhubungan dengan transfusi darah dan reuse dengan prevalensi yang cukup tinggi di unit HD adalah : Infeksi Virus Hepatitis B Infeksi Virus Hepatitis C Infeksi human immunodeficiency virus (HIV)

9 Infeksi terkait Mesin Dialisis
Infeksi pasien HD rutin juga dapat melalui mesin dialisis maupun lingkungan unit HD : Mesin dialisis dengan komponennya  tubing dan filter Instrumen termasuk blood pressure cuff , stethoscope, hemostats, gunting dan klem Permukaan mesin dialisis yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh dilingkungan unit HD yang tidak dibersihkan dengan baik

10 Cleaning/Disinfection
Equipment Cleaning/Disinfection

11 Infeksi terkait Mesin Dialisis
Obat-obatan yang dipakai berkali-kali yang sudah terkontaminasi, Hand hygiene dari staf unit HD  melayani pasien lebih dari satu orang dan melakukan protokol tindakan HD dengan waktu yang cukup sempit

12 HEPATITIS B Pemeriksaan HBsAg reguler disarankan pada pasien HD rutin : Pasien yang belum divaksinasi atau dengan respon yang kurang terhadap pemberian vaksinasi baik ( anti-HBs <10 mIU/ml )  HBsAg / bulan Pasien dengan respon positif lemah terhadap vaksinasi (anti-HBs mIU/ml)  HBsAg / 3 bulan Pasien dengan respon positif kuat terhadap vaksinasi (anti-HBs ≥ 100 mIU/ml )  HBsAg / 6 bulan Pasien dengan HBsAg (-) dan HBc (+)  HBsAg / bulan Pasien pasca vaksinasi ≤ 7 hari dapat menunjukkan hasil HBsAg (+)  ini harus di ingat sangat akan mengambil bahan pemeriksaan HBsAg

13 HEPATITIS B PERNEFRI merekomendasikan :
Pasien dengan HBsAg negatif perlu dilakukan imunisai untuk melindungi pasien dari penularan hepatitis B Pasien dengan HBsAg positif perlu ditempatkan diruang isolasi atau tempat yang dipisahkan, memakai mesin yang dikhususkan dan dialiser tidak dilakukan proses ulang (reuse). Pengobatan diberikan pada pasien dengan SGPT meningkat dan kadar HBV-DNA >10 kopi/ml. Pasien dengan HBsAg negatif perlu dilakukan imunisai untuk melindungi pasien dari penularan hepatitis B  dapat memberi proteksi lebih dari 70% dibandingkan dengan yang tidak di imunisasi.

14 HEPATITIS C Pasien dengan hepatitis C
Infeksi hepatitis C pada pasien HD rutin : Prevalensi yang sangat bervariasi yaitu 1-70%. Faktor resiko infeksi hepatitis C : pencegahan infeksi yang buruk, sosial-ekonomi yang rendah dan tingginya angka transfusi darah, serta lamanya menjalani hemodialisis.

15 HEPATITIS C Dari banyak studi terbukti bahwa transmisi HCV  banyak melalui infeksi nosokomial di ruang HD. Penularan terutama melalui kontaminasi tangan petugas kesehatan, alat kesehatan dan permukaan lingkungan kerja  Tidak ada bukti kuat bahwa mesin HD dapat menularkan VHC atau virus HIV asalkan mesin tersebut di dekontaminasi dengan baik. CDC dan peneliti lainnya  tidak ada hubungan yang jelas antara insiden hepatitis C dengan pemakaian ulang dializer CDC dan peneliti lainnya  tidak ada hubungan yang jelas antara insiden hepatitis C dengan pemakaian ulang dializer, tindakan seperti pemisahan ruangan dializer proses ulang untuk pasien hepatitis C dan penggunaan asam perasetat sebagai germisida dapat mengurangi angka kejadian hepatitis C.

16 HEPATITIS C Studi prospektif multicenter menunjukan penurunan insidensi hepatitis C tiap tahunnya setelah diterapkan Hygienic precautions tanpa dilakukan isolasi terhadap pasien penderita hepatitis C. Apabila infeksi nosokomial hepatitis C terus terjadi, setelah prosedur hygiene precaution dilakukan dengan benar  kebijaksanaan untuk diberikan ruang khusus/isolasi bagi penderita Hepatitis C boleh diberlakukan. Secara teori Virus hepatitis C tidak dapat meliwati membran dializer yg digunakan oleh pasien hepatitis C lalu bermigrasi ke drain tubing yang selanjutnya masuk ke sirkuit dialisat dan masuk membran dializer dari pasien lain. Resiko penularan lewat mesin dialisis sangat kecil sekali, sehingga hal ini menunjukan bahwa tidak diperlukan penggunaan mesin dialisis terpisah bagi penderita hepatitis C.

17 HEPATITIS C Penapisan HCV pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis Pemeriksaan seromarker hepatitis C harus dilakukan saat pasien pertama kali akan menjalani HD atau akan pindah ke unit HD lain Pada unit HD dengan prevalensi hepatitis C yang rendah , pemeriksaan dengan menggunakan EIA Pada unit HD dengan prevalensi hepatitis C yang tinggi , sebaiknya pemeriksaan menggunakan NAT ( Nucleic Acid Test HCV RNA )

18 HEPATITIS C Rekomendasi khusus PERNEFRI :
Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HbsAg, anti-HCV dan HIV positif segera diambil tindakan pencegahan sesuai dengan prosedur baku. Semua tenaga medis yang bekerja diunit hemodialis dan melayani pasien hemodialis, harus diperiksa anti-HCV setiap 6 bulan

19 Human Immunodeficiency Virus
Pasien dengan HIV Rekomendasi PERNEFRI : pasien melakukan tes HIV dengan enzyme Immunoassay (EIA) / western blot tidak perlu memakai mesin yang dikhususkan, dapat dilakukan proses ulang dialiser tidak memerlukan ruang isolasi dan perlu diberikan obat HIV Pasien dengan test HIV positif, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Western blot  untuk menghindari hasil positif palsu.

20 Tabel 1: Jadwal pemeriksaan serologi HBV, HCV dan HIV pada pasien HD
Blood-Borne Viruses in Haemodialysis, CAPD and Renal Transplantation 2014

21 MANAJEMEN ALAT /PENCEGAHAN INFEKSI
DI UNIT HEMODIALISA

22 AIR / CAIRAN Melakukan pemeriksaan bakteriologi / endotoksin sumber air dan cairan dialisat secara reguler

23 MESIN HEMODIALISA Setiap kali prosedur dialisis selesai, dilakukan dekontaminasi pada mesin dialisis, baik pada bagian permukaan luar ( eksternal ) maupun pada bagian dalam mesin ( internal ) dengan menggunakan desinfektan kimia sesuai panduan dari masing-masing pabriknya. Desinfektan bagian dalam mesin ( internal ) Bagian dalam mesin HD harus didesinfeksi setiap kali prosedur dialysis selesai (prosedur rutin meliputi draining, disinfection, rinsing), sesuai dengan protocol yang dianjurkan oleh pabrikan. Bila terjadi kebocoran darah pada sistem resirkulasi, dilakukan prosedur rutin desinfeksi dan pembilasan sebanyak 2 kali sebelum mesin tersebut dipakai kembali.


24 MESIN HEMODIALISA 3. Desinfektan permukaan luar ( eksternal ) mesin dialisis : Perhatian khusus ditujukan pada bagian panel control mesin dialisis, seperti : dialysat ports, bicarbonate port, pressure transducer arterial-vena, air detector, heparin pump dan blood pump pada setiap kali prosedur HD selesai dilakukan. Cairan desinfektan ditempatkan di dalam botol, semprotkan pada bagian permukaan mesin, lalu dengan lap khusus/kain flannel. Bila terdapat percikan darah pada mesin harus segera dibersihkan dengan larutan klorin 1 %. 4. Pressure transducer. Pressure transducer filter protectors harus digunakan untuk mencegah kontaminasi antara komponen darah arteri dan vena pada mesin HD.

25 DIALISER Pemrosesan dialiser reuse dilakukan dengan menerapkan prinsip kewaspadaan universal yang ketat. Dialiser reuse tidak boleh diberlakukan untuk pasien dengan HBsAg positif. Dialiser reuse pada prinsipnya dapat digunakan oleh pasien dengan anti HCV positif dan HIV positif, namun harus menerapkan prinsip kewaspadaan universal yang ketat. Tempat pemrosesan dialiser reuse hendaknya terpisah antara pasien masing-masing dengan Anti HCV positif, anti HIV positif dan pasien dengan kedua marker negatif. Setiap dialiser proses ulang diberi label nama yang jelas agar tidak tertukar dengan dialiser yang lain. Tempat penyimpanan dialiser reuse pasien dengan anti HCV positif atau anti HIV positif dipisahkan dari pasien dengan kedua marker negatif.

26 TAKE HOME MASSAGE Pencegahan sangat penting terhadap infeksi terkait dengan air, reuse dan mesin dialisis Tindakan pencegahan meliputi : Prilaku disiplin terhadap ‘Kewaspadaan Universal’ Pemisahan / kohorting pasien yang terinfeksi Skrining secara regular terhadap penyakit menular pada pasien dan staf unit HD sangat dibutuhkan

27 TERIMAKASIH


Download ppt "INFEKSI TERKAIT AIR, REUSE DAN MESIN HEMODIALISIS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google