Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN"— Transcript presentasi:

1 INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN Semarang, 3 Februari 2016

2 I. Pendahuluan Indonesia dikaruniai oleh Tuhan memiliki potensi SDA yang berlimpah, baik yang terbarukan (hasil hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dll) maupun yang tidak terbarukan (barang tambang dan bahan galian non-logam). Industri hasil hutan dan perkebunan sudah cukup lama berkembang di Indonesia yang didukung dengan ketersediaan bahan baku yang cukup berlimpah, seperti : Crude Palm Oil (CPO) produksinya telah mencapai 31,6 juta ton dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) sebesar 3,5 juta ton (2014), perkebunan karet di Indonesia seluas + 3,6 juta hektar dengan produksi + 3,15 juta ton (2014); Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia; Hutan Tanaman Industri (HTI); Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) yang cukup luas dan lain-lain. Cakupan pembinaan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, secara garis besar meliputi : industri turunan CPO; pulp dan kertas; pengolahan kayu; rotan olahan; dan crumb rubber. Peluang pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan masih cukup terbuka, namun perlu strategi tertentu karena hambatan dan tantangannya juga tidak sedikit.

3 Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
II. KERANGKA PIKIR UU No. 3 Tahun 2014 RIPIN KIN RPJM Peraturan dan Perundang-undangan Terkait meliputi: UU No. 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERMENDAG PERMENHUT Dll. Pembinaan Pengaturan Pengembangan Sinergi dan Kolaborasi dengan pemangku kepentingan: Kementerian LH dan Kehutanan Kementerian Pertanian Kementerian Perdagangan Kementerian Keuangan Pemerintah Daerah Asosiasi Industri dll. Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Yang Berdaya Saing

4 TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
II. KERANGKA PIKIR LANJUTAN Skema Pembangunan Industri Menurut UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian Pembangunan Sumber Daya Industri Pembangunan SDM Pemanfaatan SDA Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Industri Pengembangan & Pemanfaatan Kreativitas & Inovasi Penyediaan Sumber Pembiayaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri Standardisasi Industri Infrastruktur Industri Sistem Informasi Industri Nasional Perwilayahan Industri Pemberdayaan Industri IKM Industri Hijau Industri Strategis P3DN Kerja Sama Internasional di Bidang Industri Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Kebijakan Industri Nasional Rencana Kerja Pembangunan Industri TUJUAN PEMBANGUNAN INDUSTRI Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Instrumen Pendukung Perizinan Penanaman Modal Bidang Industri Fasilitas Industri Komite Industri Nasional Peran Serta Masyarakat Pengawasan dan Pengendalian, Sanksi Tindakan Pengamanan dan Penyelamatan Industri Tindakan Pengamanan Industri Tindakan Penyelamatan Industri Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Bidang Perindustrian

5 II. KERANGKA PIKIR.......LANJUTAN
IKLIM USAHA Insentif fiskal dan non fiskal Kemudahan perijinan Penguatan perdagangan dalam negeri R & D Penguatan Balai Industri Pemanfaatan hasil riset industri Pengamanan HKI riset industri Spesifikasi bahan baku Harga INPUT SNI SKKNI GMP UKL/UPL ISO 9001;2008 ISO 19000 Panduan teknis PROSES Akses pasar Daya saing Nilai jual OUTPUT ENVIRONMENT INFRASTRUKTUR Jalan - Kawasan Industri Pelabuhan - Energi air SDM Pendirian Sekolah Industri Peningkatan kualifikasi SDM industri

6 III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
Industri Pulp NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 12 11 2 Kapasitas Izin Ton/th 3 Produksi Riil 4 Konsumsi Ton 5 Ekspor Ribu US$ 6 Impor Ribu USS 7 Investasi Rp. Juta 8 Tenaga Kerja Orang 79.108 82.350 86.530 Industri Kertas NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 79 77 2 Kapasitas Izin Ton/th 3 Produksi Riil 4 Konsumsi Ton 5 Ekspor Ribu USS 6 Impor 7 Investasi Rp. Juta 8 Tenaga Kerja Orang Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)

7 III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Turunan CPO Potensi Bahan Baku Perkiraan Produksi dan Penggunaan Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GAPKI (2016) Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, GIMNI (2016)

8 III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Furniture Kayu NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 1.063 1.084 1.126 2 Kapasitas Izin Ton/th 3 Produksi Riil 4 Konsumsi Ton 5 Ekspor Ribu US$ 6 Impor 35.365 48.645 41.610 23.683 15.535 11.597 Ribu USS 57.919 88.520 89.623 73.296 30.747 22.952 7 Investasi Rp. Juta 8 Tenaga Kerja Orang Industri Pengolahan Rotan NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 220 223 221 166 2 Kapasitas Izin Ton/th 3 Produksi Riil 6 Konsumsi Ton i 7 Ekspor 65.083 52.177 54.751 61.363 60.633 42.300 Ribu USS 8 Impor 94.000 86.000 90.870 63.395 9 Investasi Rp. Juta 10 Tenaga Kerja Orang Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)

9 III. PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN.....LANJUTAN
Industri Crumb Rubber NO. URAIAN SATUAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 Sept 2015* 1 Jumlah Perusahaan Unit 188 2 Kapasitas Izin Ton/th 3 Produksi Riil 4 Konsumsi Ton 23.171 82.430 5 Ekspor Ribu US$ 6 Impor 12.700 17.100 16.400 27.100 25.800 16.938 Ribu USS 6.481 21.626 19.501 12.040 9.104 5.977 7 Investasi Rp. Juta 8 Tenaga Kerja Orang 24.740 26.450 26.564 Sumber: Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan (2016)

10 IV. ANALISIS SWOT Industri Pulp Dan Kertas Kekuatan
Daya saing industri pulp & kertas Indonesia cukup tinggi (pulp serat pendek No. 9 dunia, dan kertas No. 6 dunia). Ikilm tropis yg memungkinkan tanaman dpt tumbuh lebih cepat. Adanya potensi pengembangan bahan baku (HPK masih cukup luas). Potensi bhn baku non-kayu (abaka, tandan konsong kelapa sawit, dll). Teknologi proses pulp dan kertas telah dikuasai dan hampir semua jenis kertas sudah dapat diproduksi di D.N. Dukungan BBPK dan ATPK. Kelemahan Masih tingginya impor pulp serat panjang. Belum dikuasainya teknologi rancang bangun dan perekayasaan permesinan pulp & kertas. Sulitnya proses perizinan perolehan HTI baru. Masih rendahnya pengumpulan kertas bekas di D.N., shg impornya masih tinggi. Kesempatan Jml penduduk yg besar dan konsumsi kertas per kapita di Indonesia masih rendah yaitu baru 32,6 kg. Menurunnya peranan NORSCAN (Norwegia, Swedia dan Scadinavia) sebagai penyuplai utama pulp dan kertas dunia. Ancaman : Tuntutan lingkungan (eco-label). Berkembangnya teknologi informasi mengarah ke paperless. ketentuan impor limbah non B3 dimana kertas bekas sebagai bahan baku industri pulp dikategorikan sebagai limbah

11 IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Hilir Kelapa Sawit Kekuatan : Ketersediaan b.b CPO dan CPKO berlimpah. Bbrp lembaga riset dan P.T. memfokuskan R & D di bidang ind. turunan CPO, seperti : PPKS-Medan, SRDC (IPB-Bogor), BBIA, BPPT, dll. Adanya dukungan kebijakan, a.l. Penerapan BK; Tax Holiday; Tax Allowance; pembebasan BM impor mesin, barang dan bahan; tersedianya Dana Pungutan Sawit. Tersedianya kawasan industri khusus sbg pusat pengembangan ind. turunan CPO spt : Sei Mangke-Sumut; Dumai Pelintung-Riau dan Bontang-Kaltim. Kelemahan : Masih terbatasnya ketersediaan infrastruktur, termasuk di kawasan-kawasan industri pusat pengembangan industri berbasis CPO. Belum sinerginya kerjasama antar lembaga riset. Belum matching-nya R & D dgn kebutuhan industri. Belum dikuasainya teknologi proses produksi , termasuk rancang bangun dan perekayasaan mesin/peralatan. Banyak hasil-2 riset yang tidak ditindaklanjuti. Masih terbatasnya penyediaan SDM yang qualified di bidang industri turunan CPO. Belum adanya Balai Khusus yang menangani hilir kelapa sawit Kesempatan : Jumlah penduduk yg besar. Produk hilir industri turunan CPO sangat luas dan banyak yg mrpk keb. sehari-hari, spt : bahan makanan (minyak goreng, mentega, CBS, dll); bahan bakar (bio-diesel, bio-avtur), farmasi (betakaroten, tocoferol, tocotrienol), personal care (detergent, sabun, dll); bio-lub; bio-plastik; surfaktan, dll. Nilai tambah yang sangat besar dari Industri Hilir Kelapa Sawit Ancaman : Negative campaign. Masih adanya kebijakan yg kontra produktif, spt : masih tingginya subsidi bhn bakar dari fosil. Teknologi dan pasar produk intermediate serta hilir CPO dikuasai oleh bbrp MNC (spt : Unilever, Kao, Protec & Gambler).

12 IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Furniture Kayu Kekuatan Industri furniture memiliki nilai tambah tertinggi dibandingkan industri pengolahan kayu lainnya. Adanya Pusat Desain Furniture Kayu di Jepara. Adanya terminal kayu di beberapa daerah (di Jateng dan Sulut). Banyaknya jumlah perajin furniture di Indonesia. Masih adanya hutan (HPH, HPK, Perhutani, Hutan Rakyat) sbg sumber bahan baku. Masih adanya potensi pengembangan bahan baku alternatif (spt: kayu kelapa sawit yg tdk produktif lagi, kayu karet,dll). Kelemahan Lokasi pusat-pusat industri furniture pada umumnya berjauhan dengan lokasi sumber-sumber bahan baku kayu. Makin terbatasnya pasokan bahan baku kayu dengan kualitas yang baik Terbatasnya SDM yang menguasi bidang desain dan teknik produksi. Terbatasnya penguasaan teknologi kayu engineering (finger jont, laminating). Belum optimalnya peranan Pusat Desain dan Terminal Kayu Terbatasnya pameran produk-produk furniture. Kesempatan Besarnya permintaan di DN dan ekspor. Furniture masuk kelompok industri kreatif dan fashionable, dinamika pasar cukup tinggi. Pasar Eropa, AS dan Jepang mulai menerapkan regulasi terkait legalitas kayu dan di Indonesia telah memiliki SVLK untuk menembus pasar tersebut Hambatan/Gangguan Tuntutan masalah lingkungan dan Negative campaign. Persaingan dengan produk-produk sejenis dari impor. Banyaknya retribusi daerah yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.

13 IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Pengolahan Rotan Kekuatan Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia. Ada kebijakan larangan ekspor rotan asalan, sehingga dapat membantu ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Adanya Pusat Desain Furniture Rotan di Cirebon. Bahan baku rotan masuk kategori ramah lingkungan. Kelemahan Belum adanya litbang yang khusus meneliti mengenai pemanfaatan rotan, sehingga belum semua rotan yang tumbuh di Indonesia dapat dimanfaatkan. Terbatasnya SDM yang menguasai bidang desain dan proses produksi. Belum optimalnya peranan Pusat Desain Furniture Rotan di Cirebon dalam mendukung kebutuhan desain para perajin IKM. Kesempatan Peluang pasar furniture rotan, baik di dalam maupun di luar negeri. Di Indonesia terdapat 312 jenis rotan sedangkan yang dimanfaatkan secara komersial hanya 16 jenis dan pada dasarnya seluruh jenis rotan dapat dimanfaatkan Hambatan/Gangguan Masih adanya penyelundupan rotan. Persaingan dengan produk-produk sejenis (khususnya dari China). Adanya saingan dengan rotan sintetis.

14 IV. ANALISIS SWOT.........LANJUTAN
Industri Crumb Rubber Kekuatan Areal perkebunan karet terluas di dunia +3,6 juta ha sbg sumber bahan baku. Teknologi pengolahan crumb rubber telah dikuasi. Adanya Consorsium Tripartit antara Indonesia, Malaysia dan Thailand Kelemahan Kapasitas terpasang pabrik crumb rubber jauh melebihi ketersediaan bahan olah karet, akibatnya bahan olah karet (bokar) sejelek apapun diterima pabrik. Produktivitas tanaman karet lebih rendah dibandingkan di Thailand dan Malaysia. Mutu bokar yang jelek (kotor), menyebabkan biaya produksi relatif tinggi dan produk crumb rubber yg dihasilkan relatif rendah. Ada potensi pencemaran lingkungan (terutama bau). Kesempatan Peluang pemasaran produk karet masih cukup terbuka baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Pemanfaatan karet alam dalam pengembangan inprastruktur di dalam negeri (jalan, dokpender, dsb) Hambatan/Gangguan Adanya negara pesaing yang tidak masuk consorsium (terutama Vietnam), shg sulit mengendalikan suplai karet dunia, menyebabkan harga dunia terpuruk. Persaingan dengan karet sintetis.

15 V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN
Industri Turunan CPO Mendorong hilirasi sawit, melalui promosi investasi dengan mensosialisasikan berbagai faslitas atau insentif yang mendukung pengembangan industry turunan CPO, terutama yang diamanatkan pada RIPIN dan KIN. Mengawal terus pengembangan infrastruktur di Kawasan Industri Sei Mangke, Dumai dan Bontang, serta pengisian industrinya. Mensinergikan berbagai lembaga riset yang memfokuskan R & D di bidang produk-produk turunan CPO (baik yang melakukan pengembangan produk-produk baru maupun perekayaan mesin/peralatan) dalam rangka mewujudkan kemandirian pada jangka panjang. Mendukung dilakukannya Pilot Project untuk mengangkat hasil-hasil R & D, sampai dengan komersialisasinya dengan melibatkan pemangku kepentingan. Pada jangka pendek adalah betakaroten, untuk mengurangi impor Vit. A, yang harus dilakukan terkait program SNI Wajib Minyak Goreng Sawit yang difortifikasi dengan Vit. A. Memfasilitasi kemungkinan dilakukannya aliansi strategis antara pebisnis local dengan pelaku usaha global (MNC) di bidang industry turunan sawit. Tahapan hilirisasi turunan CPO: Short Term ( ) Medium Term ( ) Longterm ( ) Fokus pada optimalisasi kapasitas terpasang, peningkatan kapasitas refinery dan biodiesel, dan penguatan iklim usaha investasi. Focus pada produk hilir dengan “distinctive aspect” untuk mendukung ketahanan pangan dan memenuhi kecukupan nutrisi masyarakat. Fokus pada produk canggih sawit sebagai substitusi produk sejenis yang tidak terbarukan (non-renewable, green products) Fokus produk : minyak goring, lemak padatan pangan, asam lemak dan alcohol lemak, serta biodiesel. Fokus produk : betacarotene, tocoferol, tocotrienol, protein sel tunggal, personal care. Contoh : bio-asphalt, bio-surfactant, bio-polimer, bio-avture, bio-lube, bio-plastic.

16 V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN....LANJUTAN
Industri Pulp dan Kertas Kajian pengembangan industry pulp serat pajang dengan bahan baku abaca. Pengembangan SNI dalam rangka peningkatan daya saing melalui revisi/penyusunan SNI baru. Peningkatan pengumpulan kertas bekas dari dalam negeri melalui pengembangan lapak-lapak kertas bekas di berbagai daerah. Penyusunan buku pedoman manejemen lingkungan dan pemanfaatan limbah. Usulan pemberlakuan SNI wajib untuk kertas pembungkus makanan. Implementasi SKKNI Industri Furniture Kayu Pengembangan bahan baku kayu alternative melalui pilot project pemanfatan limbah kayu kelapa sawit. Mendukung pengembangan pemanfatan teknologi kayu engineering. Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal kayu yang telah ada dan mengembangkan terminal kayu baru di daerah-daerah pusat pengembangan industry furniture yang jauh dari sumber bahan baku kayu. Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Kayu Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture kayu. Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional. Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture kayu.

17 V. KEBIJAKAN DAN ARAH PENGEMBANGAN....LANJUTAN
Industri Pengolahan Rotan Mempertahan kebijakan larangan ekspor rotan asalan. Mengoptimalkan pemanfaatan terminal-terminal rotan di daerah-daerah sumber bahan baku. Mengoptimalkan pemanfaatan Pusat Desain Furniture Rotan. Memperbanyak frekwensi lomba desain furniture rotan. Meneruskan pelaksanaan program pameran di dalam dan di luar negeri untuk pengembangan akses pasar dan memelihara konsumen tradisional. Memperbanyak pelatihan di bidang proses produksi dan desain furniture rotan. Industri Crumb Rubber Menyusun SNI bokar yang bersih (premium). Mempertahankan kebijakan DNI untuk investasi baru di bidang industry crumb rubber. Menyusun buku panduan manajemen lingkungan pada industry crumb rubber. Mendorong pengaktifan kembali pengendalian suplai crumb rubber ke pasar dunia melalui perluasan kerjasam Consorsium Industri Karet Alam yang semula hanya terdiri dari dunia menjadi efektif kembali. Mendorong penyerapan crumb rubber di dalam negeri dengan pemanfaat dalam program inprastruktur seperti Aspal karet, Bantalan Jembatan, Dock fender dermaga, dll

18 VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016
Penyusunan rekomendasi terkait iklim usaha industri hasil hutan dan perkebunan Penyusunan rekomendasi terkait pengembangan desain furniture kayu dan rotan Penyusunan rekomendasi terkait infrastruktur industri kimia hasil hutan, pertanian dan perkebunan Pendampingan dan mentoring aplikasi sertifikasi sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) dan dokukmen V-Legal untuk industri furniture dan kerajinan kayu Penyusunan dokumen kajian DED Pengembangan Indusri Pengolahan Kayu berbasis bahan baku alternatif Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama International bidang industri hasil hutan dan perkebunan Penyusunan/penyempurnaan standar furniture, pulp kertas dan crumb rubber Pembinaan teknis standardisasi dan teknologi Industri Hilir kelapa sawit dan bahan bakar nabati Penyusunan rancangan SKKNI Industri Furniture, industri percetakan dan Industri Hilir kelapa sawit dan bahan bakar nabati Implementasi SKKNI dan fasilitasi sertifikasi SDM bidang Industri pulp dan kertas

19 VI. KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2016.........LANJUTAN
Bantuan mesin peralatan untuk industri pengolahan kayu Bantuan mesin peralatan Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber Pelatihan SDM Industri Percetakan bidang manajemen Pemasaran Pelatihan SDM Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Bidang aplikasi industri hijau Pelatihan SDM Industri furniture bidang teknik produksi (finishing) dan bidang desain Pelatihan SDM Industri Karet Remah dalam bidang konservasi energi dan bidang SML ISO 14000;2004 Pelatihan penerapan pembuatan chipboard dalam rangka pemanfaatan limbah padat industri pulp dan kertas Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit Promosi Industri hasil hutan dan perkebunan pada pameran bertaraf international baik di dalam maupun di luar negeri

20 VII. RENCANA KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2017
Pendampingan dan Mentoring Aplikasi Sertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dan Dokumen V-Legal untuk Industri Furnitur dan Kerajinan Kayu Penyusunan/penyempurnaan Rancangan Standar produk industri hasil hutan dan perkebunan penyusunan rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan Implementasi SKKNI dan pembiayaan sertifikasi SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan Bantuan mesin peralatan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan Pelatihan pengembangan SDM Industri crumb rubber Pelatihan pengembangan SDM industri pulp dan kertas Pelatihan pengemabangan SDM Industri furniture dan pengolahan kayu Partisipasi dalam kegiatan forum kerjasama international bidang industri hasil hutan dan perkebunan Pelaksanaan pameran di dalam dan luar negeri dalam rangka promosi industri hasil hutan dan perkebunan Pelaksanaan promosi investasi industri hilir kelapa sawit Penyusunan dokumen perencanaan, monitoring dan evaluasi kinerja industri hasil hutan dan perkebunan Penyusunan rekomendasi kebijakan terkait iklim usaha dan investasi industri hasil hutan dan perkebunan Implementasi Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber

21 TERIMA KASIH


Download ppt "INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google