Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global"— Transcript presentasi:

1

2 Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global
Ekonomi Global Harga Komoditas Internasional Pasar Keuangan Global Perekonomian Domestik Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran, Nilai Tukar, dan Inflasi Suku Bunga, Uang Beredar, Kredit, dan Pasar Keuangan Prospek dan Risiko Perekonomian Prospek Perekonomian Risiko Perekonomian Kebijakan Bank Indonesia Keputusan Rapat Dewan Gubernur

3 Pendahuluan

4 Structural Reform Policy
Alur Pikir Managing risk perception through a right mixture of stabilization and structural reform policies... PDB Capital Outflows CAD RISK PERCEPTION Nilai Tukar Inflasi External Risks: Normalisasi kebijakan The Fed Perlambatan ekonomi Tiongkok, Euro & Jepang Penurunan harga komoditas Domestic Risks: Perlambatan Ekonomi Twin deficits Pembiayaan ULN Ekspektasi Inflasi Stabilization Policy Structural Reform Policy & Effective Communication Effective Coordination Fundamental Economy Risks Policy Mix

5 Ringkasan Evaluasi Perekonomian Respons Kebijakan
Pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut, meskipun berjalan tidak seimbang. Pertumbuhan ekonomi domestik masih dalam kecenderungan melambat. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) membaik pada triwulan III 2014, terutama didukung oleh defisit transaksi berjalan yang menurun. Rupiah mengalami pelemahan disebabkan sentimen global. Inflasi terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Namun, Bank Indonesia mewaspadai indikasi kenaikan ekspektasi inflasi terkait dengan rencana kebijakan BBM yang akan ditempuh Pemerintah Stabilitas sistem keuangan masih solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Respons Kebijakan Pada RDG 13 November 2014, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik. Bank Indonesia juga akan mengintensifkan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi.

6 Perekonomian Global

7 Pertumbuhan Ekonomi Global
Pemulihan ekonomi dunia terus berlanjut, meskipun berjalan tidak seimbang ... Perekonomian Amerika Serikat solid, ekonomi Eropa dan Jepang masih melambat Perekonomian Tiongkok juga terindikasi melambat sehingga mendorong berlanjutnya harga komoditas global yang masih cenderung menurun Pertumbuhan Ekonomi Global

8 Tingkat Pengangguran dan Job Openings AS
Ekonomi AS Perekonomian Amerika Serikat terus membaik meski dengan laju yang moderat .... Kegiatan produksi AS meningkat, terindikasi dari meningkatnya PMI manufacture dan pertumbuhan job openings serta menurunnya angka pengangguran Angka pengangguran menurun dari 5,9% ke 5,8% sejalan dengan pertumbuhan job opening. PMI AS Tingkat Pengangguran dan Job Openings AS

9 Perkembangan Ekspor Impor Eropa
Ekonomi Eropa Perekonomian Eropa mengalami perlambatan... Tekanan dari sisi eksternal terindikasi dari menurunnya pertumbuhan ekspor seiring melambatnya perekonomian Tiongkok Aktivitas produksi menurun terindikasi dari perkembangan indeks manufaktur PMI yang berada dalam tren menurun Perkembangan Ekspor Impor Eropa PMI Manufaktur Eropa

10 Penjualan Ritel (%yoy)
Ekonomi Jepang Perekonomian yang mengalami perlambatan juga terjadi di Jepang..... Aktivitas produksi melemah, terindikasi dari menurunnya PMI Jepang , sementara pertumbuhan indeks produksi terus terkontraksi Permintaan domestik belum membaik, terindikasi penjualan department store yang masih negatif PMI Jepang Penjualan Ritel (%yoy)

11 Ekonomi Tiongkok Perekonomian Tiongkok cenderung melambat…
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi Tiongkok terutama berasal dari turunnya pertumbuhan konsumsi dan investasi . Aktivitas produksi Tiongkok menurun terutama berasal dari sektor real estate (industri tersier) Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok Perkembangan Industri Tiongkok

12 Indeks Infrastruktur India
Ekonomi India Aktivitas produksi meningkat, terindikasi dari PMI India yang berada di level ekspansi, sementara pertumbuhan indeks produksi stabil. Selain itu, indeks infrastruktur juga berada dalam tren yang meningkat. Peningkatan perekonomian India seiring adanya sentimen positif paska terpilihnya pemerintahan baru yang mendorong pelaksanaan reformasi struktural Perekonomian India meningkat dan tumbuh lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya … PMI India Indeks Infrastruktur India

13 Harga Komoditas Internasional
Harga komoditas global juga masih cenderung menurun.... Harga batubara menurun didorong oleh melimpahnya pasokan dan melemahnya permintaan terutama dari Tiongkok Melemahnya ekonomi Tiongkok juga berdampak pada menurunnya harga komoditas nikel, timah, aluminium dan karet Pertumbuhan Harga Komoditas Ekspor Indonesia

14 Produksi dan ekspor Minyak AS
Harga Minyak Harga minyak dunia terus menurun... Harga minyak dunia terus menurun, seiring dengan meningkatnya pasokan di tengah melemahnya permintaan dunia AS akan menjadi ‘superpower’ energi seiring meningkatnya ekspor minyak dari AS Harga Minyak Produksi dan ekspor Minyak AS Pelemahan harga minyak tersebut disebabkan beberapa faktor, antara lain faktor fundamental, persaingan antara negara produsen minyak dan geopolitik. Faktor fundamental terkait dengan semakin besarnya posisi over supply minyak dunia. Sementara itu, faktor persaingan antara negara produsen minyak didorong oleh sikap Saudi Arabia yang belum mau mengurangi produksi di tengah melambatnya permintaan dengan tujuan mempertahankan pangsa pasar. Faktor geopolitik terkait dengan meredanya ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara yang menyebabkan beberapa kilang minyak di Irak dan Libya kembali dapat beroperasi.

15 Pasar Keuangan Global Perkembangan pasar keuangan global mengalami tekanan koreksi... Sumber tekanan pada pasar keuangan global didorong oleh menguatnya prakiraan terjadinya normalisasi the Fed pada pertengahan 2015 dan rilis IMF terkait penurunan pertumbuhan ekonomi dunia sehingga mendorong adanya sentimen negatif Bursa Saham Global

16 Perekonomian Domestik

17 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sejalan masih lemahnya permintaan global, pertumbuhan ekonomi domestik pada Tw III 2014 masih dalam kecenderungan melambat .... Konsumsi meningkat ditopang masih kuatnya konsumsi swasta dan meningkatnya belanja barang Pemerintah. Kinerja investasi, khususnya investasi nonbangunan, masih lemah. Ekspor masih kontraksi, seiring lemahnya ekspor komoditas primer, sementara ekspor manufaktur secara konsisten terus membaik. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

18 Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah
Meskipun masih tumbuh cukup kuat, konsumsi rumah tangga melambat .... Perlambatan terjadi seiring berakhirnya akitivas Pemilu Penurunan optimisme masyarakat juga menjadi penyebab perlambatan konsumsi RT. Perlambatan tercermin dari turunnya pertumbuhan penjualan mobil dan motor Konsumsi pemerintah tumbuh kuat didorong akselerasi belanja barang. Indeks Keyakinan Konsumen - BPS Penjualan Kendaraan Bermotor

19 Indikator Investasi Bangunan
Investasi masih lemah terutama dipicu oleh pelemahan kinerja investasi nonbangunan .... Perlambatan investasi nonbangunan terjadi seiring dengan kontraksi impor barang modal. Investasi bangunan juga tumbuh melambat disebabkan oleh perilaku wait-and-see investor pasca Pemilu. Kapasitas Utilisasi Indikator Investasi Bangunan Perlambatan investasi nonbangunan terindikasi, antara lain, dari penjualan alat berat domestik yang masih berada di teritori negatif akibat pelemahan sektor pertambangan. Indikasi lainnya adalah penurunan tingkat penggunaan kapasitas produksi pada industri yang menunjukkan minimnya insentif pelaku usaha untuk berinvestasi. Indikasi perlambatan investasi bangunan tercermin pada melambatnya penjualan semen dan impor bahan bangunan pada triwulan III 2014.

20 Ekspor - Impor Dari sisi eksternal, kinerja ekspor masih mengalami kontraksi seiring dengan melemahnya permintaan global.... Kontraksi ekspor terutama pada ekspor komoditas primer seiring lemahnya permintaan global. Namun, kontraksi ekspor mengecil didorong terus membaiknya ekspor manufaktur dan mulai terealisasinya ekspor SDA (pertambangan) khususnya ekspor konsentrat mineral. Impor mengalami kontraksi sebagai respons terbatasnya kinerja ekspor dan investasi nonbangunan. Ekspor Nonmigas Riil Impor Nonmigas Riil Berdasarkan kelompoknya, kontraksi terjadi pada kelompok impor barang modal sejalan dengan melemahnya investasi nonbangunan. Impor barang konsumsi masih terkontraksi akibat berkurangnya impor mobil penumpang, durable goods, maupun nondurable goods. Sebaliknya, impor bahan baku tumbuh positif, antara lain, dalam bentuk bahan makanan (mentah dan olahan) untuk industri, bahan baku untuk industri, serta bahan bakar untuk mesin industri.

21 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha
Pertumbuhan Sektoral Secara sektoral, melambatnya pertumbuhan terutama didorong melambatnya sektor manufaktur sejalan dgn melemahnya permintaan domestik dan terbatasnya kinerja ekspor.... Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Sektor bangunan juga mengalami kontraksi karena perilaku wait and see pelaku usaha untuk berinvestasi pasca Pemilu. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh melambat karena tertahannya kegiatan perdagangan internasional dan berkurangnya efek Pemilu dari triwulan sebelumnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya seiring berakhirnya masa kampanye pemilu. Perlambatan pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa terjadi seiring melambatnya pertumbuhan kredit. Peningkatan di sektor pertanian bersumber dari meningkatnya pertumbuhan subsektor tanaman bahan makanan (tabama) terutama jagung dan kedelai. Sektor pertambangan yang mengalami kontraksi pada triwulan I dan II 2014 karena terhambatnya ekspor mineral kembali tumbuh positif pasca penerapan UU minerba.

22 Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Perlambatan ekonomi nasional terutama bersumber dari melemahnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera sebagai wilayah pengekspor komoditas Ekonomi DKI Jakarta juga tumbuh melambat disebabkan oleh melambatnya sektor konstruksi. Pada sisi lain, perekonomian ditopang oleh pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI dan Jawa. Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan III 2014 Selain Sumatera, perlambatan ekonomi nasional didorong oleh perlambatan ekonomi yang terjadi di DKI Jakarta dan kontraksi di NTB. NTB mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup signifikan akibat penurunan kinerja sektor pertambangan. Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi di wilayah KTI mengalami peningkatan sejalan dengan kembali diekspornya komoditas mineral. Sementara itu, perekonomian kawasan Jawa (selain DKI Jakarta) tumbuh relatif tinggi dan stabil sejalan dengan terus membaiknya ekspor manufaktur akibat pemulihan ekonomi AS

23 Tk. Pengangguran Terbukan dan PDB
Tingkat Pengangguran Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2014 meningkat .... Tingkat pengangguran lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2014. Peningkatan tersebut didorong oleh penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja seiring dengan perlambatan di sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa, serta sektor lainnya. Tk. Pengangguran Terbukan dan PDB Tingkat Pengangguran Pertumbuhan PDB (%,yoy) Pada Agustus 2014, tingkat pengangguran tercatat sebesar 5,94%, lebih tinggi dibandingkan dengan bulan Februari 2014 yakni sebesar 5,70%. Peningkatan ini didorong oleh penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja seiring dengan perlambatan di sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan jasa, serta sektor lainnya.

24 Neraca Pembayaran dan Transaksi Berjalan
NPI pada Tw III 2014 menunjukkan kinerja yang semakin baik, ditopang oleh menurunya defisit transaksi berjalan..... Kinerja transaksi berjalan membaik, didukung oleh meningkatnya surplus perdagangan nonmigas. Defisit neraca perdagangan migas tetap besar. Surplus neraca nonmigas meningkat, didorong oleh menurunnya impor nonmigas sejalan dgn moderasi permintaan domestik, mulai pulihnya ekspor mineral serta msh positifnya ekspor manufaktur Secara keseluruhan, NPI pada triwulan III-2014 mengalami surplus US$6,5 miliar, meningkat dari US$4,3 miliar pada triwulan sebelumnya Neraca Pembayaran Indonesia Neraca Perdagangan

25 Perkembangan Ekspor Nonmigas September 2014
Ekspor produk manufatur meningkat… Seiring dengan berlanjutnya pemulihan AS, beberapa produk ekspor manufaktur mengalami peningkatan seperti TPT, barang dari logam, makanan olahan, dan kendaraan & bagiannya. Ekspor tembaga mampu menahan perlambatan eskpor pertambangan Perkembangan Ekspor Nonmigas September 2014

26 Aliran Modal dan Finansial
Aliran modal asing tetap kuat didorong kepercayaan investor yang masih positif terhadap prospek ekonomi Indonesia… Pada triwulan III-2014, surplus transaksi modal dan finansial mencapai US$13,7 miliar, terutama didukung aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung dan penarikan pinjaman luar negeri korporasi. Aliran Dana Masuk Asing

27 Perkembangan Cadangan Devisa
Cadangan devisa berada dalam tren meningkat... Posisi cadangan devisa pada Oktober 2014 mencapai US$112,0 miliar atau setara 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi cadev tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Perkembangan Cadangan Devisa

28 Volatilitas Nilai Tukar – Peer Group
Nilai Tukar Rupiah Rupiah mengalami pelemahan terutama dipengaruhi oleh sentimen global .... Sentimen global dipicu oleh normalisasi kebijakan The Fed, dinamika geopolitik, dan perlambatan ekonomi global Volatilitas nilai tukar rupiah masih relatif terjaga, lebih rendah dibandingkan Lira Turki, Real Brasil, dan Rand Afrika Selatan. Tekanan depresiasi rupiah berlanjut pada bulan Oktober 2014. Nilai Tukar Kawasan Volatilitas Nilai Tukar – Peer Group Pada triwulan III 2014, rupiah secara rata-rata melemah 1,2% (qtq) ke level Rp per dolar AS. Secara point-to point, rupiah juga mencatat pelemahan sebesar 2,71% ke level Rp per dolar AS. Dari faktor internal, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet baru dan program kerja pemerintah ke depan. Berlanjutnya tekanan depresiasi hingga Okt 2014 dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global.

29 Inflasi Inflasi tetap terjaga dan berada dalam tren menurun Inflasi IHK Tw III 2014 tercatat sebesar 4,53% (yoy), lebih rendah dari 6,70%(yoy) pada triwulan sebelumnya. Inflasi yang terkendali berlanjut pada bulan Oktober 2014, meskipun mencatat kenaikan menjadi 4,83% (yoy). Inflasi yang tetap terjaga tersebut didukung oleh inflasi inti dan volatile food yang terkendali. Inflasi

30 Inflasi : Volatile Food
Inflasi volatile food tercatat relatif rendah sejalan dengan cukup tingginya pasokan bahan pangan dan relatif lancarnya distribusi.. ... Mundurnya El Nino ke triwulan IV juga turut mendukung terjaganya inflasi volatile food di triwulan III ini. Inflasi volatile food pada Tw III 2014 tercatat sebesar 4,21 (yoy), lebih rendah dari 6,74% (yoy) pd Tw II Di bulan Oktober , inflasi volatile food meningkat meski masih terkendali Inflasi Volatile Food Penyumbang Inflasi/Deflasi Volatile Food

31 Inflasi Inti Traded dan Faktor Eksternal
inflasi inti terkendali sejalan dengan menurunnya tekanan eksternal dan domestik... Tekanan permintaan domestik melambat sejalan menurunnya aktivitas perekonomian, meski sempat meningkat akibat permintaan musiman lebaran dan tahun ajaran baru Penurunan tekanan eksternal terutama didorong oleh penurunan harga global, di tengah tekanan pelemahan rupiah di akhir triwulan III 2014 Inflasi inti pada Tw III 2014 tercatat sebesar 4,04% (yoy), lebih rendah dari 4,81% (yoy) pd Tw II Terkendalinya inflasi inti berlanjut di bulan Oktober Inflasi Pendidikan Inflasi Inti Traded dan Faktor Eksternal

32 Sebaran Inflasi Daerah
Inflasi IHK: Regional Laju inflasi tahunan di berbagai daerah mengalami kenaikan pada oktober 2014 sejalan dengan dampak lanjutan dari kenaikan TTL dan LPG 12 kg Selain itu, tekanan inflasi tersebut bersumber dari kenaikan inflasi volatile food terkait dengan kekeringan. Beberapa di daerah yang mencatat inflasi di atas nasional adalah Sumatera Barat, Banten dan Sulawesi Tengah, yaitu sekitar 6-7% (yoy). Sebaliknya, beberapa daerah lain mengalami inflasi di bawah rata-rata nasional, yaitu Jawa Barat, Sematera Selatan dan Sulawesi Tenggara, yaitu sekitar 3,3 – 4,6%. Sebaran Inflasi Daerah

33 Bagan Estimasi UMP Terhadap Inflasi IHK Upah Minimum Tiap Negara
Dampak Kenaikan UMP Kenaikan UMP 2015 diperkirakan berdampak relatif terbatas terhadap inflasi .... Dampak kenaikan UMP terhadap inflasi melalui jalur cost–push relatif terbatas, sekitar 0,04% UMP juga memberikan dampak tambahan 0,02% melalui upah tukang bangunan dan upah jasa rumah tangga UMP Indonesia (terutama Jakarta) kurang kompetitif bila dibandingkan Beijing (Tiongkok). Bagan Estimasi UMP Terhadap Inflasi IHK Upah Minimum Tiap Negara

34 Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N
Suku bunga PUAB relatif stabil.... Suku bunga PUAB O/N relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara Volume PUAB menurun dari triwulan sebelumnya Likuiditas di PUAB relatif stabil, sementara likuiditas perbankan meningkat Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N Pada triwulan III 2014, rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga PUAB O/N tercatat 5,86%, relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya Rata-rata volume PUAB menurun menjadi Rp11,8 triliun dari Rp12,1 triliun pada triwulan sebelumnya

35 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perkembangan Suku Bunga Perbankan
Suku bunga perbankan masih dalam tren meningkat .… Dibandingkan Tw II, suku bunga deposito 1 bulan pad Tw III 2014 naik 18 bps , sementara suku bunga kredit naik 11 bps. Kenaikan suku bunga kredit terutama disumbang oleh kenaikan KMK Perkembangan Suku Bunga Kredit Perkembangan Suku Bunga Perbankan RRT suku bunga kredit meningkat 11bps menjadi 12,87% dari 12,76%, sedangkan suku bunga deposito 1 bulan naik lebih tinggi sebesar 18bps ke level 8,48% Kenaikan RRT suku bunga kredit disumbang oleh kenaikan KMK sebesar 15bps menjadi 12,78%, KI sebesar 10bps menjadi 12,34% dan KK sebesar 8bps menjadi 13,38%

36 Pertumbuhan M2 dan Komponennya Pertumbuhan M1 dan Komponennya
Uang Beredar Pertumbuhan M2 dan M1 melambat .... M2 melambat seiring turunnya uang kuasi M1 juga melambat menjadi dipengaruhi oleh turunnya giro rupiah dan uang kartal yang melambat Pertumbuhan M2 dan Komponennya Pertumbuhan M1 dan Komponennya Uang Kartal Pada triwulan III 2014, pertumbuhan M2 melambat menjadi 11,9% (yoy) dari 13,3% (yoy), terutama dikontribusi oleh turunnya uang kuasi yang tumbuh 12,8% (yoy) dibandingkan triwulan II 2014 yang tercatat 14,1% (yoy). Pertumbuhan M1 juga melambat menjadi 9,4% (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 10,2% (yoy), dipengaruhi oleh turunnya giro rupiah yang melambat menjadi 9,1% (yoy) dari 10,3% (yoy) dan uang kartal yang melambat menjadi 9,8% (yoy) dari 9,9% (yoy)

37 Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Uang Beredar Turunnya NFA menjadi faktor utama penurunan M2 di tengah NDA yang meningkat NFA melambat disumbang oleh NFA BI seiring meningkatnya tekanan terhadap rupiah dan meningkatnya kewajiban (net) bank umum kepada nonresiden Sementara NDA meningkat disebabkan operasi keuangan Pemerintah yg ekspansif Pertumbuhan M2 dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Pertumbuhan NFA melambat menjadi 14,6% (yoy) dari 29,2% (yoy), disumbang oleh penurunan cadangan devisa bank sentral dan meningkatnya kewajiban (net) bank umum kepada nonresiden Sementara NDA meningkat dari 8,1% (yoy) menjadi 10,5% (yoy.

38 Pertumbuhan Kredit Perbankan
Laju pertumbuhan kredit melambat sejalan dengan moderasi ekonomi. Perlambatan kredit terutama disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja (KMK) ... Pertumbuhan Kredit Perbankan Pada triwulan III 2014, kredit tumbuh 13,2% (yoy), melambat dari 17,2% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan terutama disumbang oleh KMK yang memiliki pangsa 48,0%, yaitu turun menjadi 13,3% (yoy) dari 17,3% (yoy) Pertumbuhan KI dan KK juga turun masing-masing menjadi 16,4% (yoy) dan 10,1% (yoy) dari 22,5% (yoy) dan 12,7% (yoy) pada triwulan sebelumnya

39 Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi
Kredit Perbankan Secara sektoral, melambatnya kredit perbankan dikontribusi oleh sektor industri pengolahan dan perdagangan, sejalan dengan melambatnya kinerja kedua sektor tersebut .... Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Sektor industri pengolahan melambat menjadi 16,1% (yoy) dari 24,9% (yoy) Pertumbuhan kredit sektor perdagangan juga melambat menjadi 13,9% (yoy) dari 18,3% (yoy)

40 Pertumbuhan DPK Pertumbuhan DPK melambat dipicu oleh penurunan giro dan tabungan.... Namun, pertumbuhan deposito meningkat Pertumbuhan DPK Pada triwulan III 2014, pertumbuhan giro dan tabungan melambat menjadi 7,0% (yoy) dan 7,1% (yoy) dari 10,2% (yoy) dan 9,5% (yoy) Sementara pertumbuhan deposito meningkat menjadi 21,4% (yoy) dari 18,5% (yoy) Perlambatan pertumbuhan DPK dikontribusi oleh penurunan pangsa giro dan tabungan (Current Account Savings Account) yang turun menjadi 53,1% dari 54,2% pada triwulan sebelumnya

41 Pasar Saham dan Pasar SBN
Pasar saham positif, sementara yield di pasar SBN meningkat.... IHSG menunjukkan tren yang meningkat dipengaruhi optimisme terhadap pemerintahan baru Yield SBN meningkat dipengaruhi sentimen eksternal dan domestik IHSG & Net Beli/Jual Non Residen Perubahan Bulanan Yield SBN IHSG triwulan III 2014 mencapai level 5.137,58 (30 September 2014) atau naik sebesar 5,3% (yoy) dibandingkan triwulan II sebesar 4.878,58. Penguatan terutama dipicu oleh hasil Pemilihan Presiden yang sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar Yield SBN meningkat 31bps menjadi 8,37% dipicu pelemahan rupiah akibat perilaku investor yang menunggu pembentukan kabinet baru dan program kerja pemerintah ke depan, serta sentimen negatif global akibat ketegangan politik di Hongkong

42 Pasar Saham Meski menguat di Tw.III 2014, bursa saham sedikit melemah pada Oktober .... Pelemahan dipicu sentimen domestik terkait ekspektasi inflasi yang meningkat akibat rencana kenaikan harga BBM, pelemahan nilai tukar rupiah, serta sentimen global IHSG dan Indeks Bursa Global Tw III 2014 IHSG dan Indeks Bursa Global Oktober 2014 Kinerja IHSG Oktober 2014 mencapai level 5.089,55 (31 Oktober 2014) atau turun sebesar 1,3% (yoy) dibandingkan September 2014 sebesar 5.137,58 Pelemahan dipicu kekhawatiran terhadap dinamika politik di parlemen, ekspektasi inflasi akibat rencana kenaikan harga BBM, pelemahan nilai tukar rupiah, serta sentimen global terkait dinamika politik di Hongkong, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan ketegangan di Ukraina

43 Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing Bulanan
Pasar SBN Meskipun Yield SBN meingkat di Tw.III 2014, pada Oktober 2014 Yield SBN kembali menurun .... Penurunan yield dipicu oleh optimisme terhadap pemerintahan baru dan sentimen eksternal Investor asing masih membukukan net beli Yield SBN dan Net Jual/Beli Asing Bulanan Net Beli/Jual Asing Yield SUN (sk.kanan) Rp Triliun Selama bulan Oktober 2014, yield menurun sebesar 30,78 bps menjadi 7,95% dibanding September 2014 sebesar 8,37% Penurunan yield dipicu oleh sentimen positif kepemimpinan Presiden baru, penambahan stimulus ECB serta rilis PMI Cina yang lebih baik dari ekspektasi Selama triwulan III 2014, investor asing membukukan net beli sebesar Rp43,79 triliun, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp42,68 triliun

44 Sistem Pembayaran Tunai
Rata-rata harian Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) melambat sejalan dengan moderasi perekonomian .... Pertumbuhan UYD menurun dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan UYD (yoy) Pada triwulan III 2014, rata-rata UYD adalah sebesar Rp491,3 triliun atau tumbuh 12,6% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,9% (yoy) Perlambatan UYD sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan Produk Domestik Bruto pada triwulan III 2014

45 Sistem Pembayaran Non-Tunai
Volume transaksi sistem pembayaran non tunai mengalami peningkatan .... Peningkatan volume transaksi seiring dengan Hari Raya Idul Fitri dan pelaksanaan pemilihan umum Presiden 2014 Perkembangan Volume Sistem Pembayaran Non Tunai Volume (Ribu) Peningkatan volume transaksi tercatat sebesar 36,12 juta transaksi (QtQ naik sebesar 3,16%) bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, seiring dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan pelaksanaan pemilihan umum Presiden 2014 Volume transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS meningkat sebesar 48,60 ribu (QtQ naik sebesar 1,09%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi sebanyak 4,52 juta transaksi.

46 Prospek dan Risiko Perekonomian

47 Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global
Perekonomian Global Perekonomian global ke depan diperkirakan tetap dalam tren membaik, meskipun lebih moderat…. Perbaikan kondisi ekonomi global terutama ditopang oleh perekonomian AS Namun, pertumbuhan ekonomi Jepang dan Eropa direvisi ke bawah Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Global

48 Prospek Perekonomian Domestik
Perekonomian mengalami penyesuaian dengan pertumbuhan ekonomi yang termoderasi, inflasi yang terkendali pada kisaran sasaran, serta defisit transaksi berjalan yang menurun ke arah yang lebih sehat…. 2014 2015 Pertumbuhan ekonomi 5,1-5,5% 5,4-5,8% Inflasi 4,5±1% 4,0±1% CA Defisit (% PDB) ±3% <3%

49 Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
Pertumbuhan ekonomi termoderasi... Pertumbuhan ekonomi 2014 diperkirakan pada kisaran 5,1-5,5%, dengan kecenderungan menuju batas bawah kisaran, seiring pertumbuhan PDB dunia yang tidak sekuat prakiraan sebelumnya Pada tahun 2015, pertumbuhan diperkirakan kembali meningkat pada kisaran 5,4-5,8% Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)

50 Risiko Normalisasi Kebijakan The Fed
Kenaikan Fed Fund Rate diperkirakan lebih cepat dengan intensitas lebih besar... Fed Fund Survey: IMF & Market

51 Risiko Perlambatan Ekonomi China
Perekonomian China dalam tren melambat…. Retail sales nominal menurun di tengah CPI dan PPI yg cenderung melemah mengindikasikan pelemahan permintaan dalam negeri. Kinerja sektor perumahan Tiongkok juga terus menurun Penjualan Eceran Tiongkok Masalah Struktural Perumahan

52 Pertumbuhan Kredit (% ytd)
Risiko Kredit Pertumbuhan kredit 2014 berisiko di bawah target indikatif 15-17% .... Pertumbuhan Kredit (% ytd)

53 Risiko Inflasi : Ekspektasi inflasi mulai meningkat
Ekspektasi inflasi mulai meningkat dipengaruhi ekspektasi kenaikan harga BBM bersubsidi baik di sektor riil maupun ekspektasi di sektor keuangan Ekspektasi Inflasi Pasar Keuangan Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran

54 Risiko Inflasi: Dampak kenaikan BBM thd Inflasi
Inflasi menghadapi risiko terutama terkait kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi... Kenaikan harga BBM bersubsidi Rp2000/L akan berdampak pd inflasi sebesar 2,4-2,8% dengan dampaknya yang bersifat temporer. BI akan memperkuat koordinasi pengendalian inflasi, khususnya melalui forum TPI/ TPID, guna meminimalkan dampak lanjutan yg ditimbulkan & mengarahkan inflasi pd sasaran inflasi Dampak Kenaikan BBM (Premium dan Solar)

55 Risiko Fiskal Realisasi APBN hingga September 2014 mencatat defisit yang lebih besar dibandingkan tahun Untuk mencapai target defisit fiskal 2,4% PDB di 2014, Pemerintah harus melakukan penghematan dan atau kenaikan harga BBM bersubsidi

56 Kebijakan Bank Indonesia

57 Keputusan RDG 13 November 2014
Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada RDG 13 November 2014…. Pada RDG 13 November 2014, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya untuk mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai bahwa kebijakan stabilisasi ekonomi yang ditempuh selama ini mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang. Hal ini tercermin pada defisit transaksi berjalan yang menurun dan permintaan domestik yang tetap terkelola. Bank Indonesia akan memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung penguatan struktur perekonomian domestik. Bank Indonesia juga akan mengintensifkan koordinasi dengan Pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan, agar penyesuaian ekonomi tetap terkendali dan mendukung kesinambungan pertumbuhan ekonomi

58 Keputusan RDG Tambahan 18 November 2014
Merespon kebijakan reformasi subsidi BBM yang ditempuh Pemerintah pada tanggal 17 November 2014, Bank Indonesia memutuskan untuk memperkuat bauran kebijakan : Menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,75%, dengan suku bunga Lending Facility naik sebesar 50 bps menjadi 8,00% dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 5,75% berlaku efektif sejak 19 November Kenaikan BI Rate ditempuh untuk menjangkar ekspektasi inflasi dan memastikan bahwa tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi tetap terkendali, temporer, dan dapat segera kembali pada lintasan sasaran yaitu 4±1% pada tahun Kebijakan tersebut juga konsisten dengan kemajuan dalam mengelola defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat. Pelebaran koridor suku bunga operasi moneter dimaksudkan untuk menjaga kecukupan likuiditas dan mendorong pendalaman pasar keuangan. Mempersiapkan penyesuaian kebijakan makroprudensial guna memperluas sumber-sumber pendanaan bagi perbankan sekaligus mendukung pendalaman pasar keuangan serta mendorong penyaluran kredit ke sektor- sektor produktif yang prioritas. Memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung kelancaran dan perluasan penyaluran program- program bantuan dari Pemerintah kepada masyarakat guna mengurangi dampak kenaikan harga BBM melalui penggunaan uang elektronik dan implementasi Layanan Keuangan Digital (LKD). Melanjutkan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya. Kebijakan reformasi subsidi BBM diyakini dapat memperkuat konfiden pasar dan perbaikan transaksi berjalan sehingga akan lebih kondusif pada pergerakan nilai tukar Rupiah ke depan. Memperkuat langkah koordinasi bersama Pemerintah baik Pusat maupun Daerah dengan fokus pada upaya untuk meminimalkan potensi tekanan inflasi khususnya dari sisi kenaikan tarif angkutan dan terjaganya harga pangan. Bank Indonesia meyakini bahwa penguatan bauran kebijakan serta koordinasi yang erat dengan Pemerintah mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

59 Proyeksi Inflasi Dengan bauran kebijakan, inflasi 2014 diperkirakan sebesar 7,7-8,1% dan akan menuju 4±1 % di 2015.

60 Terima Kasih


Download ppt "Outline Pendahuluan Alur Pikir Ringkasan Perekonomian Global"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google