Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Latihan Kasus.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Latihan Kasus."— Transcript presentasi:

1 Latihan Kasus

2 Kasus 1 Subjek (S), seorang perempuan berusia 20 tahun. S anak kedua dari 4 bersaudara, kakaknya laki-laki berusia 23 tahun, dan dua adiknya perempuan berusia 17 dan 15 tahun. Sejak kecil hubungan S dengan ibu sangat buruk, bahkan S merasa sangat membenci ibunya. S menganggap ibunya adalah sumber penderitaan bagi diri dan keluarganya. Pada waktu S berusia 5 tahun, ibunya pergi dari rumah, bersama dengan laki-laki, waktu itu adik S yang paling kecil baru berusia 3 bulan. Ibunya tidak pernah bercerai dari ayahnya. Empat bulan sebelum ibunya pergi, ayah S mengalami kecelakaan, sehingga sulit berjalan. Sepeninggal ibunya, S dan saudara-saudaranya diurus oleh kakek-neneknya yang rumahnya bersebelahan. Sejak itu S tidak bertemu lagi dengan ibunya.

3 Karena kepergian ibunya, subjek hanya sekolah sampai pertengahan kelas 4 SD. Badannya yang besar & kuat membuat S bisa membantu bekerja di sawah dan mengerjakan urusan rumah tangga. Waktunya habis untuk mengurusi keluarga. Kakaknya sekolah sampai lulus SMP dan kedua adiknya meneruskan sekolah sampai SMP juga. Ketika S remaja, ibunya datang & menyampaikan keinginannya untuk kembali bersama lagi dengan keluarga S melalui salah satu saudaranya. Namun, reaksi S sangat keras menolak ibunya. Kepada bapaknya, subjek mengancam, “Bapak mau pilih ibu atau saya. Jika bapak pilih ibu, saya akan pergi dan tidak akan pernah kembali. Hati ini masih sakit dan malu jadi cemoohan orang-orang”.

4 Saat ini hubungan S dengan ayahnya tidak terlalu dekat, bahkan cenderung kaku. S jarang berkomunikasi dengan ayahnya (tidak pernah bercanda). Dia hanya berkomunikasi jika ada hal-hal yang penting atau jika subjek ingin minta uang. Menurut S, ayahnya seorang yang pendiam dan sabar. Kebetulan S sering marah bahkan kalau sudah marah sering pergi dari rumah (pergi ke rumah temannya beberapa hari) dan ayahnya tidak pernah memarahinya. Jika minta uang, S tidak mau ditanya alasannya. Jika ditanya, subjek menjadi marah. Meskipun S selalu marah-marah jika ada perilaku keluarganya yang tidak berkenan di hatinya, tapi S termasuk orang yang bertanggung jawab dan sayang pada saudara-saudaranya. Jika adik-adiknya minta uang jajan atau beli baju, S selalu memberinya meskipun untuk dirinya sendiri S tidak terlalu peduli. S sangat marah dan membela jika adik-adiknya diejek oleh orang lain.

5 Meskipun di lingkungan rumah S termasuk orang yang suka marah dan kaku, tetapi di lingkungan tetangganya S termasuk anak yang baik dan ramah. Dalam pergaulan dengan teman sejenis sangat akrab dan ramah. S tidak pelit. Dia sering membantu sehingga teman-teman senang bersamanya. S juga punya banyak teman laki-laki. Rumahnya tidak pernah sepi dari teman-temannya. S tidak merasa risih jika kemana-mana harus diantar oleh teman laki-lakinya berganti-ganti. Bahkan S merasa enak saja menerimanya jika teman-teman laki-lakinya memberi uang atau membelikannya baju meskipun teman itu bukan pacarnya.

6 S sering berganti-ganti pacar
S sering berganti-ganti pacar. Jika berpacaran, S tidak serius dan bahkan masih sempat memikirkan laki-laki lain. Jika keluarga S menunjukkan sikap kurang setuju dengan pacarnya, S langsung memutus laki-laki tersebut dan anti dengan laki-laki lain. Menurut S berpacaran itu harus mencari laki-laki yang ganteng dan kaya. Suatu ketika S cinta sekali dengan salah seorang laki-laki dan laki-laki tersebut pacarnya. Namun, perilaku laki-laki tersebut sangat kasar, tidak menghargai keluarganya, bahkan jika main ke rumahnya tidak mau berkomunikasi dengan yang lain kecuali dengan S.

7 Jika sedang di rumah, S senderung suka marah-marah dan sering merasa jengkel. Tapi di luar rumahnya, S dikenal sebagai orang yang sangat baik dan ramah. Jika adik-adiknya bersikap atau berperilaku yang tidak disukainya, S langsung marah-marah. Namun kemarahannya tidak sampai merusak barang-barang atau memukul adiknya. Reaksi marahnya muncul dalam bentuk umpatan-umpatan. Isi umpatan selalu mengungkit bahwa dirinyalah yang selama ini sudah membanting tulang untuk andil membesarkan adik-adiknya. Jika kekesalannya sudah memuncak, S akan pergi dari rumah beberapa hari dan setelah kembali ia akan merasa tenang kembali karena selama pergi dia selalu curhat dengan teman-temannya. #

8 Kasus 2 Identitas Subjek:
Laki-laki, usia 22 tahun, mahasiswa, anak ke-5 dari 7 bersaudara. Kesan secara umum : Tinggi badan kurang lebih 165 cm, berat badan kurang lebih 46 kg, tampak bersih dan sehat, sopan, tenang dan serius, terkesan kooperatif, terkesan rapi.

9 Latar Belakang keluarga:
Menurut Subjek, ia berasal dari keluarga yang pas-pasan dalam hal ekonomi. Bahkan cenderung kurang, sehingga ibunya harus meminjam ke orang lain untuk membiayai anak-anaknya. Hal itu karena ayahnya hanya memberi uang kepada ibu secukupnya dan tidak mau memberi tambahan kalaupun kurang. Namun demikian kakaknya yang ketiga dan keempat yang keduanya laki-laki dan sudah bekerja namun belum menikah, sering mengirimkan uang kepada ibunya. Mereka tahu kondisi ekonomi keluarga yang perlu bantuan.

10 Subjek merasa lebih dekat kepada ibu dibanding ayahnya karena ibu mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh anak-anaknya. Sedangkan kepada ayah, Subjek kurang bisa dekat karena ayahnya kurang mau mendengarkan laporan anak-anaknya. Bahkan ayah seringkali justru menyalahkan dan tidak mau memikirkannya. Ayahnya seringkali membalikkan perkataan kepada anaknya, sehingga Subjek memilih tidak bercerita kepada ayahnya jika ada masalah. Sikap ayahnya yangs eperti itu kadang juga ditujukan kepada ibu Subjek, yang seringkali kemudian dapat menimbulkan percekcokan. Dari masalah yang sepele bisa berubah menjadi besar karena mereka sama-sama saling membalikkan perkataan.

11 Akan tetapi biasanya ibunya akan mengalah
Akan tetapi biasanya ibunya akan mengalah. Subjek kadang merasa geli dengan tindakan ayah dan ibunya. Kadangkala juga merasa trenyuh atau sedih. Kalau sudah begitu, biasanya Subjek akan masuk kamar dan tidur, karena ia tidak ingin melihat ayah dan iunya bertengkar. Subjek juga tidak berani memberikan komentar kepada ayah dan ibunya karena takut dimarahi. Kedua adik Subjek,menurutnya justru lebih berani memberikan komentar jika ayah dan ibunya sedang bertengkar. Dulu, ayahnya sering berpindah-pindah tempat karena pekerjaannya. Akan tetapi keluarganya tidak pernah ikut, sehingga ibulah yang di rumah menjaga anak-anaknya.

12 Kakak tertua Subjek yang sudah menikah ikut tinggal serumah dengan ibunya. Subjek merasa kurang dekat dengan kakak-kakaknya. Subjek merasa pernah dekat dengan kakaknya yang kedua, tetapi Subjek tidak dapat membagi kesulitan dengannya. Setiap permasalahan yang dihadapi, Subjek akan memecahkannya sendiri. Secara keseluruhan, Subjek merasa kurang dekat dengan keluarganya. Oleh saudara-sudaranya, di rumah Subjek dijuluki sebagai si pendiam karena takut berkomunikasi dengan orang tuanya dibanding mereka. Akan tetapi menurutnya, di luar rumah ia banyak bergaul dan tidak pendiam.

13 Riwayat pendidikan: Di Sekolah Dasar, Subjek sering mendapatkan ranking yang bagus, tetapi belum pernah menduduki ranking pertama. Di SMP, Subjek menduduki ranking empat pada semester pertama, kemudian menduduki ranking kedua sampai lulus. Di SMA, Subjek memperoleh ranking sembilan pada semester pertama. Semester kedua rankingnya turun menjadi 33, kemudian berturut-turut menjadi ranking 11, 8, 8 dan 6. Setelah lulus, ia diterima bebas tes di suatu perguruan tinggi negeri, fakultas hukum. Sewaktu di SMA, Subjek tidak senang dengan pelajaran matematika dan bahasa Inggris karena dianggapnya sebagai pelajaran sulit.

14 Tetapi ketika mengetahui bahwa nilai itu juga diperhitungkan dalam seleksi ke perguruan tinggi negeri, maka ia belajar giat terutama pada kedua pelajaran itu, dan ternyata tidak sesulit anggapannya. Subjek memilih jurusan itu sesuai keinginannya sendiri untuk menjadi ahli hukum. Sedangkan ayahnya menginginkannya menjadi seorang guru, tetapi tidak memaksanya. Hanya saja ketika pengumuman bebas tes diperolehnya, ayahnya kurang menunjukkan rasa senangnya, yang sempat membuat Subjek merasa kecewa. Ia melaporkan prestasinya itu ke ibunya, orang yang dapat membuatnya merasa senang. Saat kuliah dijalaninya, ayahnya sering mengingatkannya agar berhati-hati apabila sudah lulus, karena kemungkinan akan ada banyak cobaan dengan profesi sebagai ahli hukum.

15 Kehidupan Emosi dan Dorongan:
Apabila Subjek marah, biasanya ia akan menyendiri. Kalau di rumah, maka ia akan masuk kamar dan tidur. Subjek merasa mudah tersinggung, tetapi ia tidak bisa menanggapi orang yang menyinggungnya. Ia hanya akan diam, berusaha menghindari orang yang menyinggungnya, dan apabila tanpa sengaja bertemu maka ia akan teringat kembali hal yang menyinggungnya itu. Namun kondisi seperti itu biasanya tidak berlangsung lama. Sekitar seminggu perasaan seperti itu akan hilang dengan sendirinya. Ia merasa dendam, tetapi hanya sebentar saja, tdak sampai berlarut-larut. Dengan tindakan dia itu, Subjek berharap orang lain akan tahu kalau dirinya sedang marah.

16 Kehidupan Relasi Sosial:
Subjek merasa mempunyai banyak teman. Ia banyak mengikuti kegiatan di organisasi. Namun demikian Subjek kurang mempunyai teman akrab yang dapat diajaknya berdiskusi mengenai masalah pribadi. Hal itu karena ia kurang mau membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. Biasanya yang dibicaraka dengan temannya adalah masalah yang berkaitan dengan kegiatan di organisasi.

17 Saat di SMA, ia pernah tertarik dengan teman perempuannya, dan ingin menjadi pacarnya. Namun pada saat yang bersamaan, ada teman laki-lakinya yang juga tertarik pada teman perempuan yang ditaksirnya. Saat kuliah, iapun tertarik dengan teman perempuan di kampusnya. Namun ia kurang mampu menyatakan perasaannya itu. Ia merasa cenderung lebih banyak diam saat ada teman perempuan yang ditaksirnya. Namun dengan teman perempuan lain yang tidak ditaksirnya, ia bisa lebih akrab berbincang-bincang tentang kegiatan di kampus. #


Download ppt "Latihan Kasus."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google