Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehVerawati Gunawan Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
RINGKASAN PROPOSAL Nama : Anisa Tuanany NPM : Prody : Pend. Matematika Pembimbing I : Ir Abdullah Tuasikal M.Si Pembimbing II : Wa ode Dahiana S.Pd M.Pd Judul :Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make a match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Persamaan Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Pulau Haruku
2
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara efektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu. Manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul) yaitu dengan cara mampu mengembangkan keunggulan-keunggulan tersebut. Belajar Cooperatife dinilai mampu mengembangkan jiwa kepemimpinan yang baik karena dalam tim terjadi penunjuk tanggung jawab secara bergiliran. Setiap anggota harus mampu menyumbangkan sesuatu untuk keberhasilan bersama, keberhasilan tim, tokoh belajar cooperatife, Slavin (1995) mengatakan bahwa belajar cooperatife adalah metode yang memungkinkan belajar untuk bekerja dan belajar dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain untuk mengatasi kesulitan belajar. SMA Negeri 2 Pulau Haruku merupakan sebuah lembaga formal yang memperhatikan terciptanya kualitas siswanya. Dimana ketika itu penulis melakukan pangamatan di sekolah tersebut, dan fenomena yang tergambar di atas merupakan fenomena yang telah ditemui penulis pada lembaran hasil kerja siswa kelas X semester 1 tahun ajaran dalam menyelesaikan soal-soal materi Persamaan Kuadrat banyak kesulitan yang mereka alami. Artinya, hasil kerja mereka tidaklah memuaskan. Karena, metode yang digunakan masih besifat konvensional. Hal ini kurang merangsang kreativitas berfikir siswa. Pembelajaran harusnya berpusat kepada siswa bukan berpusat pada guru. Oleh karena itu, pembelajaran matematika yang dapat mengaktifkan siswa belajar di kelas sudah saatnya diterapkan. Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar adalah dengan menerapkan strategi maupun model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar selain itu siswa merasa mengambil bagian dalam proses belajar mengajar. Untuk lebih banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, maka peneliti akan menggunakan model pembelajaran cooperatife learning tipe make a match. Pembelajaran dengan cooperatife learning tipe make a match ini akan banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian dengan judul "Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Persamaan Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku”.
3
1.2. dentifikasi Malasah Dari latar belakang masalah, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: Pembelajaran matematika di kelas masih berjalan monoton. Metode yang digunakan bersifat konvensional. Rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika, khususnya materi Persamaan Kuadrat. 3. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan penerapan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model cooperative learning tipe make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku. 5. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: Sekolah : sebagai informasi tentang hasil belajar siswa yang memperoleh pengajaran dengan model pembelajaran cooperative tipe make a match. Guru : sebagai bahan informasi dalam menggunakan metode pengajaran yang tepat khususnya bagi guru bidang studi matematika. Siswa : diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi dengan teman–temannya sehingga menimbulkan kekompakan, perasaan saling membantu, dan berbagi pengetahuan. Peneliti : sebagai calon guru bila kelak bertugas sebagai guru dapat menerapakan model cooperative learning tipe make a match. 6. Definisi Operasional Untuk tidak menimbulkan salah penafsiran terhadap permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut: Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan beberapa siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas (Widdihartono, 2004:14). Make a match adalah model pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatihss materi yang telah dipelajari (Lorry Curran, 1994). Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa selama mengikuti program belajar yang dibuktikan dengan nilai yang diperoleh melalui alat uji (Sardiman, 1987). Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polynomial berorde dua.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar Sebagian orang beranggapan bahwa belajar semata–mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta–fakta yang terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003 : 2). Pengertian Pembelajaran Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Ratumanan (2004 : 3), pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membelajarkan siswa secara eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. 2.2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaa saja (Suprijono, 2012 : 5 & 7). 2.3. Cooperative Learning Cooperative learning merupakan suatu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ratumanan (2004:129), belajar
5
cooperative merupakan suatu kumpulan strategi mengajar yang digunakan siswa untuk membantu satu dengan yang lain dalam poses belajar. 2.4. Pengertian Make a Match Metode make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari (Lorry Curran : 1994). Menurut Agus (2009 : 94), hal–hal yang perlu dipersiapakan jika pembelajaran dikembangkan dengan metode make a match adalah kartu–kartu. Kartu–kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan–pertanyaan dan kartu–kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan–pertanyaan tersebut. 2.5. Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match Menurut Lorna Curran (1994) : Setelah guru menyampaikan materi, guru dan siswa diminta melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sisi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama. Setelah tahap pertama selesai, kelompok pertama dan kelompok kedua memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai. sementara kelompok ketiga dibagi menjadi dua kelompok. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 2.6. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Tipe Make a Match. Kelebihan Make a Match Kelebihan make a match (Amin, 2011) sebagai beikut: Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. Materi pembelajaran yang di sampaikan lebih menarik perhatian siswa. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai tarap ketuntasan belajar.
6
X1 atau x2 x1..2 dinamakan rumus kuadrat.
Kelemahan Make a Match Kelemahan make a match (Amin, 2011) sebagai berikut: Bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. Banyak siswa tidak senang apabila di suruh bekerja sama dengan yang lain. Perasaan was-was pada aggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. 2.7. Ruang Lingkup Materi Persamaan Kuadrat 1. Pengertian Persamaan Kuadrat Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan polynomial berorde dua, bentuk umum persamaan kuadrat; ax2 + bx + c = 0 dengan a, b, dan c adalah bilangan real, a ≠ 0 dan x menyatakan variabel. 2. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat Menyelesaikan persamaan kuadrat adalah menentukan nilai – nilai variabel yang memenuhi persamaan kuadrat tersebut. 3. Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Rumus Kuadrat (Rumus abc) Dari penyelesaian persamaan kuadrat: ax2 + bx + c = 0, dengan melengkapkan kuadrat sempurna diperoleh dua harga x, yaitu: X atau x2 x dinamakan rumus kuadrat. Dengan ketentuan a= koefisien X² : b= koefisien x dan c= konstanta.
7
PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH
2.8. Kerangka Fikir PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH ADA PENGARUH SISWA HASIL BELAJAR MENINGKAT Gambar 2.1 Hubungan Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make a Match dengan Hasil Belajar 2.9. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka fikir yang diuraikan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Pulau Haruku
8
Arikunto (2009: 236) BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan siklus-siklus yang dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). 3.2. Sumber Data 3.3. Tempat dan Waktu Penelitian 3.4. Subjek Penelitian 3.5. Prosedur Penelitian 3.6. Instrumen Penelitian 3.7. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. 1. Teknik Analisis Data Kuantitatif Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara statistika deskriptif. Untuk mengetahui nilai akhir yang dicapai dalam tes secara umum dianalisis dengan menggunakan rumus: Nilai akhir = Arikunto (2009: 236)
9
Selanjutnya dari hasil belajar siswa kemudian dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan di SMA NEGERI 2 PULAU HARUKU sebagai berikut: Tabel 3.3 Kualifikasi Tingkat Hasil Belajar Siswa Sumber : (SMA negeri 2 pulau haruku) Dan secara klasikal siswa telah mencapai 60 ketuntasan minimal dikatakan tuntas. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui apakah siswa tersebut tingkat penguasaannya terhadap materi telah tuntas atau belum. Untuk mendapatkan data KKM secara klasikal dibuat rumus sebagai berikut: Ketuntasan Klasikal = Arikunto (2009 : 236) 2. Teknik Analisis Data Kualitatif Analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman (Susilo, 2009:12) memiliki tiga tahapan yaitu: 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menyederhanakan, meringkas data mana yang penting dan data mana yang diabaikan, sehingga data yang terkumpul dapat memberi informasi yang bermakna. 2. Penyajian Data Penyajian data dapat ditampilkan dalam bentuk uraian singkat, grafis, tabel, matrik yang berfungsi untuk menunjukan informasi tentang sesuatu hal yang berkaitan dengan variabel yang satu dengan yang lain. 3. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah proses intisari atas sajian data dalam bentuk pernyataan yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian yang luas. Dan dilakukan secara bertahap, mulai dari kempulan sementara yang ditarik pada siklus satu kekesimpulan terevisi pada akhir siklus dua dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan terakhir saling terkait dengan kesimpulan pertama sebagai pijakan. Hasil Belajar Siswa Keterangan Tuntas Tidak Tuntas
10
DAFTAR PUSTAKA Agus, S Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amin, S. Lorry curran Metode Make a Match. Ratumanan, T. G Belajar Dan Pembelajaran. Edisi Ke-2. Surabaya: Unesa Universiti Press. Sadirman A,M Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Slameto Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cet. Ke-4. Jakarta:Rineka Cipta. Slavin, R. E Educational Psychologi, Theori And Practici. Baston.Alin And Bacon. Sudjana, M. A Statistic Desskriftif Untuk Ekonomi Dan Niaga. Bandung: Tarsito. Suprijono, agus. (2012 & 2009) cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta : Pustaka pelajar Widdihartono, R Model-Model Pembelajaran Matematika SMP.S. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dan Menengah, Pusat Pengembangan Penetaraan Guru (PPPG).
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.