Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLiana Budiaman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Menjelaskan mengenai kesenian mamanda
Nama:: Puji Lestari Dwi .K. Kelas:: XI.IPS-1
2
Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Kasihnya, saya dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Saya menyadari bahwa hasil tugas saya ini masih belum sempurna. Oleh karena itu dimohon agar dapat dimaklumi. Karena dengan waktu singkat ini saya mencoba untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Puji Lestari Dwi K. XI.IPS-1
3
Pengertian Mamanda Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan. Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri).
4
Lanjutan pengertian Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat. Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan. Tokoh-tokoh ini wajib ada dalam setiap Pementasan. Agar tidak ketinggalan, tokoh-tokoh Mamanda sering pula ditambah dengan tokoh-tokoh lain seperti Raja dari Negeri Seberang, Perompak, Jin, Kompeni dan tokoh-tokoh tambahan lain guna memperkaya cerita.
5
Sejarah Mamanda Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya diKalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda. Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda".
6
Aliran dan Nilai Budaya Mamanda
Mamanda mempunyai dua aliran. Pertama adalah Aliran Batang Banyu yang hidup di pesisir sungai daerah Hulu Sungai yaitu diMargasari. Sering juga disebut Mamanda Periuk. Kedua adalah Aliran Tubau yang bermula tahun 1937 M. Aliran ini hidup di daerah Tubau, Rantau. Sering dipentaskan di daerah daratan. Aliran ini disebut juga Mamanda Batubau. Aliran ini yang berkembang di Tanah Banjar. Pertunjukkan Mamanda mempunyai nilai budaya Yaitu pertunjukkan Mamanda disamping merupakan sebagai media hiburan juga berfungsi sebagai media pendidikan bagi masyarakat Banjar. Cerita yang disajikan baik tentang sejarah kehidupan, contoh toladan yang baik, kritik sosial atau sindiran yang bersifat membangun, demokratis, dan nilai-nilai budaya masyarakat Banjar. Bermula, Mamanda mempunyai pengiring musik yaitu orkes melayu dengan mendendangkan lagu-lagu berirama melayu, sekarang beralih dengan iringan musik panting dengan mendendangkan Lagu Dua Harapan, Lagu Dua Raja, Lagu Tarima Kasih, Lagu Baladon, Lagu Mambujuk, Lagu Tirik, Lagu Japin, Lagu Gandut , Lagu Mandung-Mandng, dan Lagu Nasib.
7
Perkembangan Mamanda saat ini
Sekarang ini Mamanda mulai terpinggirkan oleh kesenian modern. Bahkan mungkin, hanya sedikit generasi muda yang tahu kesenian ini. Jika kesenian asli daerah seperti Mamanda tak lagi mendapat perhatian generasi muda, jangan heran nantinya benar-benar punah. Keberadaan kesenian bertutur seperti Mamanda Kecamatan Paringin Selatan dan Wayang Gong di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan sudah sekarat. Kesenian, yang dulu jadi sarana warga mendapatkan hiburan sekaligus informasi, nyaris mati karena kurang mendapat apresiasi masyarakat. Abdul Syukur, pelaku teater dan sastra Banjarmasin, mengatakan dulu saat ada Departemen Penerangan, kesenian bertutur lebih terangkat karena sering diminta tampil menyampaikan program Pemerintah, terutama di kalangan pedalaman. Tapi sekarang makin jarang sehingga banyak masyarakat jadi kurang mengenal.
8
Penyebab Mamanda Mulai Punah
Kesenian mamanda pada saat ini berangsur angsur mulai punah, itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah : Banyak remaja yang lebih menyukai kesenian modern Kesenian daerah saat ini kurang dilestarikan Remaja banyak yang belum mengetahui seperti apa mamanda itu Masyarakat mulai bosan dengan cerita yang dibawakan pada kesenian mamanda
9
Dampak mamanda bagi daerah atau sekolah
Dampak mamanda bagi sekolah maupun daerah diantaranya adalah: masyarakat bisa menjadikan mamanda sebagai hiburan apabila ada wisatawan yang datang kedaerahnya Siswa bisa lebih mengenal bagaimana kesenian mamanda yang sebenarnya Siswa bisa mempelajari bagaimana mengadakan kesenian mamanda
10
Mencegah mamanda agar tidak punah
Kita bisa melakukan berbagai upaya untuk mencegah agar kesenian mamanda tidak punah, diantaranya adalah : Menampilkannya sebagai hiburan dalam sebuah acara Mengajarkan siswa agar mengetahui tentang mamanda Belajar untuk bisa menampilkan mamanda Mengenalkan kesenian mamanda bila ada wisatawan yang datang
11
Kesimpulan Kesenian mamanda pada saat ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat, hal itu karena adanya kesenian modern. Oleh sebab itu, untuk mencegah agar kesenian ini tidak punah maka kita harus melestarikannya.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.