Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PENDEKATAN SCIENTIFIC pada Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PENDEKATAN SCIENTIFIC pada Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti"— Transcript presentasi:

1 PENDEKATAN SCIENTIFIC pada Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
oleh: Tim Narasumber TOT Kurikulum 2013 Direktorat PAI Kemenag RI 1

2 Penyempurnaan pola pikir pembelajaran
1 Berpusat pada Guru Berpusat pada Siswa 2 Satu Arah Interaktif 3 Isolasi Lingkungan Jejaring 4 Pasif Aktif-Menyelidiki 5 Maya/Abstrak Konteks Dunia Nyata 6 Pribadi /individu Pembelajaran Berbasis Tim 7 Luas (semua materi diajarkan) Perilaku Khas Memberdayakan Kaidah Keterikatan 8 Stimulasi Rasa Tunggal (beberapa panca indera) Stimulasi ke Segala Penjuru (semua Panca indera) 9 Alat Tunggal (papan tulis) Alat Multimedia (berbagai peralatan teknologi pendidikan) 10 Hubungan Satu Arah Kooperatif Menuju 2

3 Penyempurnaan pola pikir pembelajaran
11 Produksi Masa (siswa memperoleh dokumen yg sama) Kebutuhan Pelanggan (siswa mendapat dokumen sesuai dgn ketertarikan sesuai potensinya) 12 Usaha Sadar Tunggal (mengikuti cara yang seragam) Jamak (keberagaman inisiatif individu siswa) 13 Satu Ilmu Pengetahuan Bergeser (mempelajari satu sisi pandang ilmu) Pengetahuan Disiplin Jamak (pendekatan multidisiplin) 14 Kontrol Terpusat (kontrol oleh guru) Otonomi dan Kepercayaan (siswa diberi tanggungjawab) 15 Pemikiran Faktual Kritis (membutuhkan pemikiran kreatif) 16 Penyampaian Pengetahuan (pemindahan ilmu dari guru ke siswa) Pertukaran Pengetahuan (antara guru dan siswa, siswa dan siswa lainnya) Menuju 3

4 Hasil refleksi dengan guru PAI terkait metode pembelajaran (Masykuri)
Metode Ceramah (Monolog/Konvensional) berkisar 90-95% Teori berkisar %, sehingga hanya menyentuh kognitif peserta didik (afektif dan psikomotor?) Bila siswa menjawab pertanyaan dan tidak sesuai mindset guru, jawaban siswa sering disalahkan Guru bertindak seperti hakim di dalam kelas Ukuran keberhasilan peserta didik condong dinilai dari hasil belajar, kurang melihat proses. Kurangnya reinforcement dari guru kepada peserta didik disaat peserta didik mengambil peran. Kurangnya pengayaan guru dalam proses pembelajaran 4

5 Lanjutan hasil refleksi ...
Terbatasnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru Guru terbiasa memanjakan peserta didik Guru menganggap peserta didik ibarat “gentong /tong“ kosong Lemahnya keteladanan, konstruksi pengetahuan, dan ketrampilan guru dalam mendukung proses pembelajaran Lemahnya kreatifitas guru dalam memodifikasi metode/teknik pembelajaran Lemahnya guru dalam menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Terbatasnya kemampuan guru dalam bidang IT, evaluasi, dan penyusunan RPP 5

6 Dampak Pembelajaran Peserta didik pasif, kurang kreatif, inovatif, dan inventif Potensi peserta didik kurang terasah secara optimal Pembelajaran condong pada pengembangan kognitif peserta didik, sedangkan aspek afektif dan psikomotorik terabaikan Lemahnya kemampuan peserta didik untuk memahami lingkungannya Situasi kelas bagi peserta didik menjadi momok dan menakutkan Miskinnya pembentukan karakter bagi peserta didik dalam proses pembelajaran 6

7 SUMBER EXPERIENCES CHILDREN (Peter)
Pengalaman belajar 10% diperoleh dari membaca 20% dari apa yang di dengar 30% dari apa yang di lihat 50% dari apa yang di dengar dan dilihat 70% dari apa yang di katakan 90% dari apa yang dikatakan dan dikerjakan 7

8 Menurut Confusius Apa yang saya dengar saya lupa
Apa yang saya lihat saya ingat Apa yang saya lakukan saya paham 8

9 Mell Seberman Memperluas pendapat Confusius
Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya dengar dan lihat saya ingat sedikit Apa yang saya dengar, lihat dan didiskusikan dengan beberapa teman lain saya mulai paham Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan. Apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai 9

10 PENDEKATAN SCIENTIFIC
Kriteria Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 10

11 Kriteria lanjutan ... Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. 11

12 Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran
Observing (mengamati) Questioning (menanya) Exploring/ Experimen- ting(menda-lami/menco-ba) Associating (menalar dan menyimpul-kan) Communi-cating (mengkomu-nikasikan) Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran 12

13 Melihat, Membaca, Mendengar, Memperhatikan tayangan
1. Mengamati Melihat, Membaca, Mendengar, Memperhatikan tayangan Menyimak tayangan video pelaksanaan Shalat Mengamati shalat di rumah, di masjid/mushalla sekitar rumah, atau di sekolah baik secara individu atau kelompok 13

14 Menanya, Memberi umpan balik, dan Mengungkapkan
melakukan tanya jawab tentang macam-macam shalat melakukan tanya jawab tentang hikmah shalat melakukan tanya jawab tentang keutamaan shalat melakukan tanya jawab perbedaan shalat wajib dan shalat sunnah 14

15 Berpikir kritis, Mendialogkan, Mengeksperimen
3. Eksplorasi  Berpikir kritis, Mendialogkan, Mengeksperimen mendiskusikan tentang pengertian shalat mengidentifikasi syarat dan rukun shalat mendemonstrasikan shalat baik secara kelompok maupun klasikal 15

16 Menghubungkan dengan materi lain, membuat rumusan
4. Asosiasi Menghubungkan dengan materi lain, membuat rumusan Menghubungkan hikmah Shalat dengan kehidupan sehari-hari. Menghubungkan perilaku dalam Shalat dengan kehidupan sehari-hari Menyimpulkan dua jenis shalat fardhu dan shalat sunnah 16

17 Mempresentasikan, Mendialogkan, Menyimpulkan
5. Komunikasi Mempresentasikan, Mendialogkan, Menyimpulkan Menjelaskan hikmah Shalat Menjelaskan makna Shalat dalam kehidupan sehari-hari. Mengevaluasi penjelasan makna Shalat Berjamaah dalam kehidupan sehari-hari. Mempresentasikan makna shalat berjamaah Membiasakan diri untuk shalat berjamaah. 17

18 PILIHAN METODE dalam PENDEKATAN SCIENTIFIC
oleh: Tim Narasumber TOT Kurikulum 2013 Direktorat PAI Kemenag RI 18

19 TAKSONOMI PEMBELAJARAN
Proses Informasi, Personal, Interaksi Sosial, Perilaku, Simulasi, Latihan Penelitian, Sinektik Langsung, Tidak Langsung, Interaktif, Eksperimen, Mandiri MODEL STRATEGI METODE TEKNIK Kontekstual, Kooperatif, Terpadu, Aktif, Berbasis Proyek, Berbasis Masalah, Interaksi Dinamis, Kuantum, Dimensi Belajar Implementasi Aktivitas Belajar Mengajar di Dalam Kelas Ceramah, Tanya Jawab, Resitasi, Demonstrasi, Diskusi, Bermain Peran, Pariwisata,

20 METODE PEMBELAJARAN Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Poses, guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran, antara lain: Discovery Learning, Inquiry, Project Based Learning, dan Problem Based Learning

21 Discovery Learning Mengarahkan siswa untuk memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Penggunaan Discovery Learning, mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

22 Langkah Pembelajaran:
1. Menciptakan stimulus/rangsangan (Stimulation) Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat siswa melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak.

23 2. Menyiapkan pernyataan/Merumuskan
masalah (ProblemStatement) Guru memerintahkan siswa untuk mengidentifikasi masalah yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis

24 3. Mengumpulkan data (Data Collecting)
siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, melalui berbagai cara, misalnya membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

25 4. Mengolah data (Data Processing)
Siswa mengolah data dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan sehingga siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

26 5. Memverifikasi data (Verification)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing . Hasil pengolahan data dan tafsirannya kemudian dikaitkan dengan hipotesis, maka akan terjawab apakah hipotesis tersebut terbukti atau tidak sehingga siswa menumukan teori baru.

27 6. Menarik kesimpulan (Generalisation)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi

28 PROJECT BASED LEARNING(Pembelajaran Berbasis Proyek)
Model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.

29 Langkah Pembelajaran: Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.Mengambil topik yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di awal semester agar dapat dirancang kegiatan selanjutnya yaitu mendesain perencanaan.

30 Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa sehingga siswa merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan main, pemilihan aktivitas pendukung untuk menjawab pertanyaan esensial dengan cara mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin. Serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

31 Menyusun Jadwal Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

32 Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Menguji hasil Guru membimbing siswa menguji hasil pekerjaannya, karena siswa belum terbiasa melakukan kegiatan tsb.

33 Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

34 PROBLEM BASE LEARNING Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang peserta didik untuk belajar

35 Langkah Pembelajaran Mengorientasi peserta didik pada masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan.

36 Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Guru membentuk kelompok –kelompok siswa Guru Memberikan orientasi kepada siswa guru menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal guru melakukan monitoring (menjadi mentor).

37 Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

38 Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan/pengembangan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Mengembangkan dan Menyajikan hasil karya

39 Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

40 SELAMAT & SUKSES BERKARYA
TERIMA KASIH SELAMAT & SUKSES BERKARYA 40


Download ppt "PENDEKATAN SCIENTIFIC pada Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google