Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

  PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGATASI DAMPAK KECEMASAN SISWA AKIBAT PERCERAIAN ORANGTUA PADA SISWA KELAS.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "  PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGATASI DAMPAK KECEMASAN SISWA AKIBAT PERCERAIAN ORANGTUA PADA SISWA KELAS."— Transcript presentasi:

1 PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGATASI DAMPAK KECEMASAN SISWA AKIBAT PERCERAIAN ORANGTUA PADA SISWA KELAS IX SMP 1 MEJOBO KUDUS    Oleh VIDYA ARIA PUTRI NIM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2017

2 KONSELING BEHAVIORISTIK
1. KONSELING BEHAVIORISTIK 2. KECEMASAN Latar belakang 3. PERCERAIAN ORANG TUA Siswa menjadi mudah emosi (sensitif), Siswa kurang konsentrasi belajar Siswa tidak tahu sopan santun Siswa senang mencari perhatian orang Siswa ingin menang sendiri Siswa susah diatur

3 konseling Behavioristik adalah layanan konseling yang membantu konseli dalam pemecahan masalahnya yang berfokus pada tingkah laku konseli yang terjadi akibat adanya perubahan tingkah laku karena pengaruh dari lingkungannya. kecemasan adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan perasaan takut, khawatir, dan ketidakyakinan seseorang tentang apa yang akan dialaminya suatu saat nanti tentang suatu permasalahan yang telah terjadi. perceraian adalah tidak adanya hubungan lagi antara seorang ayah dan ibu dalam suatu ikatan yaitu pernikahan.

4 Fokus dan Lokus KECEMASAN AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA
KONSELING BH penelitian ini difokuskan pada mengatasi kecemasan anak akibat perceraian orangtua pada siswa kelas IX SMP 1 Mejobo Kudus Lokus yaitu lokasi penelitian yang dalam hal ini peneliti melakukan penelitian di SMP 1 Mejobo Kudus yang berlokasi di desa Jepang, kecamatan Mejobo, kabupaten Kudus. Sekolah ini letaknya tepat dipinggir jalan raya KECEMASAN AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA TEKNIK DESENSITITASI SISTEMATIK

5 Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Bagaimana Penerapan Konseling Behavioristik dengan Teknik Desensititasi Sistematik untuk mengatasi kecemasan siswa akibat perceraian orang tua pada siswa? Faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi kecemasan akibat perceraian orang tua pada siswa SMP 1 Mejobo Kudus? Mendiskripsikan Penerapan Konseling Behavioristik dengan Teknik Desensititasi Sistematik untuk mengatasi kecemasan siswa akibat perceraian orang tua. Menemukan faktor penyebab yang mempengaruhi kecemasan akibat perceraian orang tua pada siswa SMP 1 Mejobo Kudus.

6 Manfaat Penelitian Ruang Lingkup TEORITIS Maka ruang lingkup penelitian adalah konseling behavioristik, teknik desensitisasi sistematik dan kecemasan akibat perceraian orangtua pada siswa kelas IX SMP Mejobo Kudus. PRAKTIS: Kepala Sekolah Guru BK Siswa Peneliti

7 Teknik Desensititasi Sistematik
konseling Behavioristik adalah layanan konseling yang membantu konseli dalam pemecahan masalahnya yang berfokus pada tingkah laku konseli yang terjadi akibat adanya perubahan tingkah laku karena pengaruh dari lingkungannya.  Konseling BH desensitisasi sistematis adalah sebuah teknik dalam pengubahan tingkah laku yang dipergunakan untuk mengurangi atau menghilangkan suatu bentuk kecemasan dan fobia yang timbul secara bertahap yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Teknik Desensititasi Sistematik

8 Anak Korban Perceraian Orang Tua
Kecemasan adalah suatu keadaan dimana seseorang merasakan perasaan takut, khawatir, dan ketidakyakinan seseorang tentang apa yang akan dialaminya suatu saat nanti tentang suatu permasalahan yang telah terjadi. Kecemasan Perceraian adalah suatu perpisahan secara resmi yang diputuskan oleh hukum antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri karena tidak adanya keharmonisan dan ketentraman di dalam keluarga. Anak Korban Perceraian Orang Tua

9 Menjelang gentingnya konflik ini biasanya sang ayah kurang memikirkan resiko yang bakal terjadi dalam mengasuh anak. Sementara ibu paling memikirkan resiko akibat perceraian. Dan bagaimanapun kasus perceraian tersebut jelas-jelas membawa resiko yang berantai. Hal yang paling dipersoalkan adalah dampaknya dalam diri anak. Hal ini lah yang dapat menimbulkan kecemasan kepada anak yang mendalam. Banyak sekali pikiran-pikiran irrasional yang terbentuk oleh anak ketika ia menghadapi suatu masalah yang ada didalam keluarga entah itu perlakuan yang buruk dari ayah maupun dari seorang ibu.

10 METODE PENELITIAN Penelitian ini berjudul: Penerapan Konseling Behavioristik Teknik Desensitisasi Sistematik Untuk Mengatasi Kecemasan Siswa Akibat Perceraian Orangtua Pada Siswa Kelas IX SMP 1 Mejobo Kudus. Jenis penelitian yang digunakan peneliti kali ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan metode study kasus.

11 RANCANGAN PENELITIAN Penerapan Konseling BH
Pengumpulan data Penerapan Konseling BH Identifikasi kasus Diagnosis Jenis Penelitian Studi Kasus Prognosis Treatment Metode Pengumpulan Data

12 SUBjEK PENELITIAN No Nama Jenis Kelamin Kelas 1 AMA L VIIIA 2 AF 3 VN

13 METODE PENGUMPULAN DATA
Wawancara Home Visit Observasi Dokumentasi

14 BAB IV HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian data dari 3 siswa yaitu: AMA, AF, VN. Dalam peneitian ini peneliti memperoleh informasi tentang dampak kecemasan akibat perceraian orang tua yang diperoleh atas rekomendasi dari guru BK yaitu siswa AMA, AF, dan VN. Adapun pembahasanya diuraikan sebagai berikut;

15 Hasil konseling konseli AMA
Pelaksanaan konseling dilaksanakan 3 kali pertemuan oleh peneliti dengan AMA sebagai berikut: 1. Konseling pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 27 September 2016 dengan hasil yaitu peneliti mendapatkan data tentang alasan mengapa konseli mengalami kecemsan akibat perceraian orangtua. konseling ke dua dilaksanakan pada hari selasa 04 oktober 2016, dari hasil konseling ke dua diperoleh data tentang Dalam tahap ini peneliti berperan aktif mengarahkan AMA untuk berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya. Dengan teknik relaksasi yang terkandung dalam tahap pelaksanaan teknik desensitisasi sistematik ini, membantu AMA menjadi tidak terlalu takut dan tegang seperti saat ia berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya sehari-hari.

16 Lanjutan 3. Konseling ke tiga dilaksanakan pada hari Selasa, 11 oktober dari hasil konseling ke tiga peneliti menggunakan teknik desensitisasi sistematik telah dapat menunjukkan perubahan lain yang dilakukan oleh konseli secara signifikan. Oleh karena itu Peneliti mengakhiri tahap treatment dan selanjutnya melakukan tahap evaluasi pada pertemuan selanjutnya.

17 Hasil konseling konseli AF
Pelaksanaan konseling dilaksanakan 3 kali pertemuan oleh peneliti dengan AF sebagai berikut: Pada hari selasa, 27 September 2016, diperoleh data tentang peneliti mendapatkan data tentang alasan mengapa konseli mengalami kecemsan akibat perceraian orangtua. 2. Selasa 04 oktober 2016, pada konsling kedua diperoleh data untuk mengarahkan AF untuk berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya. Dengan teknik relaksasi yang terkandung dalam tahap pelaksanaan teknik desensitisasi sistematik ini, membantu AF menjadi tidak terlalu takut dan tegang seperti saat ia berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya sehari-hari

18 Lanjutan 3. Selasa, 11 oktober dari hasil konseling ke tiga peneliti sudah melihat adanya perubahan dari dalam diri konseli hal ini ditandai dengan hasil layanan konseling perorangan yang ditulis langsung oleh konseli, dan juga ketika proses konseling konseli sudah menyadari akan kecemasan yang dialaminya selama ini

19 Hasil konseling konseli VN
Pelaksanaan konseling dilaksanakan 3 kali pertemuan oleh peneliti dengan VN sebagai berikut: Pada hari selasa, 27 september 2016, diperoleh data tentang peneliti mendapatkan data tentang alasan mengapa konseli mengalami kecemsan akibat perceraian orangtua. 2. Selaa 04 oktober 2016, pada konseling kedua diperoleh data tentang tahap ini peneliti berperan aktif mengarahkan AF untuk berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya. Dengan teknik relaksasi yang terkandung dalam tahap pelaksanaan teknik desensitisasi sistematik ini, membantu AF menjadi tidak terlalu takut dan tegang seperti saat ia berhadapan dengan situasi sosial yang dihadapinya sehari-hari

20 Lanjutan 3. Selasa , 11 oktober dari hasil konseling ke tiga peneliti sudah melihat adanya perubahan dari dalam diri konseli hal ini ditandai dengan hasil layanan konseling perorangan yang ditulis langsung oleh konseli, dan juga ketika proses konseling konseli sudah menyadari akan kesalahan pikiranya terhdap dirinya dan akhirnya konseli mau untuk berubah dan sekarang konseli sudah tidak mengalami kecemasan akibt perceraian orang tua.

21 Bab v Pembahasan Konseli I (AMA)
Hasil kasus terhadap konseli yang bernama AMA, diketahui bahwa sebelum proses konseling konseli I (AMA) memiliki masalah dampak kecemasan akibat perceraian orangtua yaitu: sering sekali emosi (sensitif), kurang konsentrasi saat belajar, sering berlaku kasar atau tidak sopan terhadap teman sebayanya, selalu mencari perhatian, ingin menang sendiri dan kadang-kadang susah diatur.

22 Berdasarkan informasi diatas maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, faktor-faktor penyebab timbulnya dampak kecemasan akibat perceraian orang tua pada siswa SMP 1 Mejobo Kudus dalam diri konseli mencerminkan adanya aspek-aspek faktor penyebab kecemasan seseorang menurut Ramaiah (2003:87) disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu: lingkungan, emosi yang ditekan dan sebab-sebab fisik.

23 Konseli II AF Hasil kasus terhadap konseli yang bernama AF, diketahui bahwa sebelum proses konseling konseli II (AF) memiliki masalah dampak kecemasan akibat perceraian orangtua yaitu: sering sekali melamun, kurang konsentrasi saat belajar, selalu mencari perhatian, kadang-kadang ingin menang sendiri dan kadang-kadang susah diatur.

24 Lanjutan Uraian faktor-faktor diatas sangat cocok dengan dampak negatif perceraian orangtua yang dialami konseli II (AF). Konseli II (AF) merasa akibat adanya faktor internal ia merasa bahwa karena itulah konseli mengalami dampak kecemasan akibat perceraian orangtua karena tidak adanya dukungan, dan semangat dari dalam keluarga sendiri. Perilaku yang ditunjukkan oleh konseli tentang dampak kecemasan yang timbul akibat perceraian orangtua sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (dalam Prawitasari 2012: 78) bahwa dampak negatif kecemasan terhadap motivasi dan prestasi akademik dijelaskan, berdasarkan teori pemprosesan informasi sebagai berikut : Tingginya kecemasan yang dialami siswa menimbulkan kesulitan baginya untuk berkonsentrasi. Akibatnya yang lebih jauh ialah mereka tidak mampu memberi perhatian yang baik yang seharusnya mereka lakukan. Karena mereka merasa khawatir tentang kemungkinan mengalami kegagalan, boleh jadi malah mereka memiliki ekspetasi untuk gagal, mereka semakin sering melakukan kesalahan dalam menangkap/ memahami informasi yang mereka peroleh baik melalui penglihatan maupun pendengaran. Siswa dengan kecemasan tinggi sering kali mempergunakan strategi belajar yang dangkal dan tidak efektif.

25 Konseli III VN Hasil kasus terhadap konseli yang bernama VN, diketahui bahwa sebelum proses konseling konseli III (VN) memiliki masalah dampak kecemasan akibat perceraian orangtua yaitu sebagai berikut: mudah emosi, sering sekali melamun, kurang konsentrasi saat belajar, terkadang suka mencari perhatian, kadang-kadang ingin menang sendiri dan susah diatur.

26 lanjutan Berdasarkan informasi diatas maka dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini, faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan dari dalam diri konseli mencerminkan adanya aspek-aspek yang mempengaruhi kecemasan seseorang menurut Stoltz (2000: 22), sebagai berikut: 1. Faktor internal (genetika, keyakinan, bakat, hasrat atau kemauan, karakter, kinerja, kecerdasan, kesehatan), 2. Faktor eksternal (pendidikan, dan lingkungan). Serta karena adanya masalah permusuhan antara dua keluarga mengakibatkan konseli III (FS) menjadi bersikap seperti itu yaitu mudah emosi, sering sekali melamun, kurang konsentrasi saat belajar, terkadang suka mencari perhatian, kadang-kadang ingin menang sendiri dan susah diatur.

27 SIMPULAN DAN SARAN KASUS KONSELI I (AMA)
faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasn terhadap anak korban dampak negatif perceraian orangtua pada konseli AMA sebagai berikut: Faktor internal: Adanya masalah internal yaitu perceraian orangtua sehingga anak tersebut berperilaku yang salah dan sering melanggar tata tertib sekolah. Faktor eksternal: kurangnya perhatian dan kasih sayang serta bimbingan dari orangtua ataupun wali murid yang mengakibatkan konseli I (AMA) merasa kurang perhatian dan kasih sayang dari keluarga sehingga pada akhirnya konseli I (AMA) melakukan perbuatan yang salah tersebut.

28 KONSELI II (AF) faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan anak korban dampak negatif perceraian orangtua Pada konseli AF, sebagai berikut: Faktor internal: karena banyakanya masalah yang dihadapi yaitu masalah perecraian orangtua dan masalah keluarga membuat konseli II (AF) berperilaku kurang aktif dan juga menjadi siswa yang tidak mudah bergaul sehingga dia kurang memiliki kesadaran akan pentingnya bersosialisasi dengan orang sekitar. Faktor eksternal: adanya pengaruh dan hasutan dari setiap pihak keluarga sehingga memacu adanya intrik di dalam keluarga tersebut. Selain itu karena adanya masalah perebutan hak asuh anak membuat konseli II (AF) merasa bingung dan takut untuk mmeilih salah satu pihak.

29 Kasus konseli VN Permasalahan yang dialami konseli III (VN), mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan terhadap anak korban dampak negatif perceraian orangtua sebagai berikut: Faktor internal: adanya permasalahan keluarga yaitu masalah perceraian orangtua. Masalah perceraian orangtua ini membuat konseli III (VN) membenci kedua orangtuanya, karena dengan perceraian ini membuat kehidupan konseli III (FS) semakin berantakan dan tidak ada arah tujuan hidup yang dimiliki oleh VN sehingga membuat VN memilki pikiran irrasional tentang namanya pernikahan. Faktor eksternal: karena kurangnya Perhatian, bimbingan dan kasih sayang dari orangtua sehingga konseli III (VN) tidak pernah mengetahui apa saja hal-hal yang tidak baik untuk dirinya dan orang lain, selain itu karena adanya hinaan dari luar yang membedakan dirinya karena berasal dari keluarga yang tidak utuh membuat konseli III (VN) melakukan perbuatan menyimpang seperti suka membolos, suka melamun, sering terlambat sekolah, dan sering melamun di dalam kelas.

30 saran Bagi kepala sekolah Bagi guru BK Bagi siswa
Bagi peneliti selanjutnya

31 PENUTUP Penulis menyadari skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang Bimbingan dan Konseling Kudus, 14 Februari 2017 VIDYA ARIA PUTRI NIM

32 TERIMA KASIH


Download ppt "  PENERAPAN KONSELING BEHAVIORISTIK TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIK UNTUK MENGATASI DAMPAK KECEMASAN SISWA AKIBAT PERCERAIAN ORANGTUA PADA SISWA KELAS."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google