Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehBudi Kurniawan Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
ANALISIS PASANGAN BIBLIOGRAFI (BIBLIOGRAPHIC COUPLING) DAN KO-SITASI (CO-CITATION)
Pendahuluan Dalam proses penciptaan suatu dokumen, seorang penulis (author) menyitir dokumen lain apabila dokumen tersebut berisi informasi yang berguna atau sesuai dengan subjek dokumen yang akan ditulisnya. Hal tersebut memberikan konsekuensi adanya hubungan antara dokumen yang disitir (cited document) dan dokumen yang menyitir (citing document). Berangkat dari fenomena tersebut, telah dikembangkan berbagai metode analisis dalam bibliometrika yang didasarkan pada hubungan antara dokumen yang disitir dengan dokumen yang menyitir. Beberapa metode tersebut antara lain analisis sitasi yang didasarkan pada perhitungan sitasi langsung (direct citation counting), pasangan bibliografi (bibliographic coupling) dan ko-sitasi (co-citation).
2
Pasangan Bibliografi (Bibliographic Coupling)
Pasangan bibliografis atau "bibliographic coupling" pertama sekali dikemukakan oleh Kessler, Fano dan Martinova secara bersamaan dalam tulisannya masing-masing yang dimuat pada majalah yang berlainan. Menurut Kessler (1963), pasangan bibliografi adalah satu dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh dua dokumen yang terbit kemudian. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa maka jika 2 (dua) dokumen menyitir paling sedikit satu dokumen yang sama dikatakan bahwa kedua dokumen tersebut terkapling secara bibliografi.
3
Lanjutan: Dua buah dokumen dikatakan berpasangan secara bibliografis atau merupakan pasangan bibliografis bila kedua dokumen tersebut memiliki paling sedikit satu rujukan yang sama Dokumen yang menyitir Dokumen yang disitir A B 1 2 3 4 5 6
4
Misalnya sebuah buku tentang sejarah Jawa ditulis oleh Sartono Kartodirdjo menggunakan karya Raffles berjudul The History of Java sebagai salah satu sumber rujukan. Pada karya lain, sejarahwan Bernard Dahm juga menggunakan buku Raffles The history of Java sebagai sumber rujukan. Maka dapat dikatakan bahwa Sartono Kartodirdjo dan Dahm merupakan pasangan bibliografis dengan kekuatan 1 karena dokumen A (Sartono) dan B (Bernard Dahm) mengacu pada satu sumber rujukan yang sama. Bila Sartono dan Bernard Dahm juga mengacu pada buku lain, misalnya karya de Graff, maka kekuatan pasangan bibliografis Sartono dan Dahm itu ialah 2. Pengacuan pada sumber yang sama tidak selalu berarti bahwa dokumen Sartono dan Dahm sama-sama menggunakan informasi yang sama. Mungkin saja dokumen A mengacu pada kegiatan Raffles dalam X sedangkan dokumen B tentang informasi Y. Pasangan bibliografis ini menghubungkan dua dokumen atau lebih pada waktu kemudian dalam hubungannya dengan satu atau lebih dokumen yang diterbitkan terlebih dahulu.
5
Dimana dilihat? Secara praktis pasangan bibliografi ini dapat dilihat pada daftar referensi yang terdapat dalam kedua dokumen. Adapun dokumen yang tercantum secara bersama-sama dalam daftar referensi kedua dokumen tersebut dinamakan pasangan bibliografi. Banyaknya dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh dua dokumen yang terbit kemudian disebut frekuensi pasangan bibliografi atau kekuatan pasangan (coupling strength). Semakin banyak jumlah dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh dua dokumen atau semakin besar frekuensi pasangan bibliografi maka semakin tinggi kekuatan pasangan kedua dokumen tersebut. Apabila kekuatan pasangan yang disitir oleh dokumen A dan B semakin tinggi, maka kesamaan subyek yang dibahas dalam kedua dokumen semakin dekat.
6
Menurut Kessler, pasangan bibliografis merupakan metode baru bagi pengelompokan artikel ilmiah dan teknis. Fakta penting dalam metode itu ialah: (a) Sebuah rujukan yang digunakan oleh dua artikel/ makalah disebut satu unit pasangan antara artikel/makalah. (b) Sejumlah artikel/makalah membentuk kelompok berkaitan yang disebut Gi bila masing-masing anggota (artikel/makalah) dalam kelompok tersebut memiliki paling sedikit satu unit yang terdapat pada artikel/makalah uji tertentu, disebut Po. (c) Kekuatan pasangan antara antara Po dan setiap anggota Gi diukur berdasarkan jumlah unit pasangan (n) antara artikel/makalah.
7
Rujukan (sitiran) dokumen Po
Berdasarkan unit pasangan (sebuah rujukan yang digunakan oleh dua artikel/makalah), maka Kessler membagi dua kriteria pasangan yaitu grup I dan II. Kriteria I mencakup unsur (b) dan (c) seperti yang dikemukakan di atas. Dokumen yang menyitir A B C D a a h d b e i q c f j d g Rujukan (sitiran) dokumen Po rujukan: a, b, c, d, e, f, g, h, i, j dan q, dengan ketentuan bahwa Po merupakan makalah uji sedangkan A,B,C dan D merupakan anggota GA
8
Untuk memudahkan maka berikut ini penulis memberikan contoh fiktif.
Kriteria II berisi kelompok yang berhubungan disebut GB bila masing-masing artikel/makalah dihubungkan dengan sesama artikel/makalah lain melalui paling sedikit oleh satu unit pasangan Untuk memudahkan maka berikut ini penulis memberikan contoh fiktif. Dokumen yg menyitir A B C D a a a d c b c b d c d e
9
Maka kekuatan masing-masing pasangan dapat dihitung sebagai berikut: pasangan A dan B 2 pasangan B dan C 2 pasangan A dan C 3 pasangan C dan D 1 pasangan A dan D 1 pasangan B dan D 1 Berdasarkan data di atas ternyata pasangan dokumen A dan C merupakan pasangan bibliografi kapling yang memiliki kekuatan 3, sehingga kedua dokumen tersebut diduga memiliki kesamaan subyek.
10
Prosedur Pengumpulan Data Pasangan Bibliografi (Bibliographic Coupling)
Prosedur pengumpulan data pasangan bibliografi adalah sebagai berikut: (a) Menentukan koleksi uji yaitu koleksi dokumen dalam suatu subjek atau topik tertentu yang akan diamati. (b) Mengumpulan data bibliografi dokumen yang disitir yaitu data bibliografi dokumen yang terdapat dalam daftar pustaka (referensi). (c) Memasangkan setiap dokumen dalam koleksi uji satu sama lain. (d) Memeriksa data bibliografi dokumen yang disitir pada setiap pasangan dokumen. (e) Menghitung banyaknya dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh pasangan dokumen.
11
Relevansi subyek dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir
Relevansi subyek yang dimaksud adalah kesamaan atau kemiripan subyek dokumen yang menyitir dengan subyek dokumen yang disitir. Contoh: Journal of Englan Law Volum 1 No: 2 memuat 7 artikel mengenai hukum pidana. Salah satu judul artikel yang dimuat adalah:
12
The aplication of KUHAP for Deatly decisicion of accourt. 345. 3598. 1
The aplication of KUHAP for Deatly decisicion of accourt N =50 ukuran relevan selali relevan, 340. relevan marginal, Di luar kelas 340. not elevan.
13
Ko-Sitasi (Co-Citation)
Konsep ko-sitasi atau kositiran (cocitation) dikemukakan bersamaan oleh Henry Small dan Marshanova. Dua dokumen disebut dokumen dikositasi (dikositir) bila kedua dokumen tersebut disitir oleh dokumen lain yang terbit kemudian hari. Ko-sitasi menghubungkan dua dokumen atau lebih yang diterbitkan sebelumnya dalam hubungannya dengan dokumen yang terbit kemudian. Ko-sitasi adalah 2 (dua) dokumen yang disitir secara bersama-sama oleh paling sedikit satu dokumen yang terbit kemudian. Dengan kata lain jika 2 (dua) dokumen disitir secara bersama-sama oleh paling sedikit satu dokumen maka dikatakan bahwa kedua dokumen tersebut disebut ko-sitasi.
14
Secara praktis suatu pasangan yang terdiri dari dokumen dikatakan ko-sitasi apabila dapat ditemukan paling sedikit satu dokumen yang menyitir pasangan dokumen tersebut secara bersama-sama. Jumlah atau banyaknya dokumen yang menyitir 2 (dua) dokumen sebelumnya secara bersama-sama disebut frekuensi atau kekuatan ko-sitasi. Dua dokumen mempunyai kekuatan ko-sitasi yang tinggi apabila semakin banyak dokumen yang terbit kemudian yang menyitir kedua dokumen tersebut. Oleh karena itu, pola ko-sitasi berubah dari waktu ke waktu.
15
Untuk memperjelas pengertian pasangan bibliografi dan ko-sitasi diberikan ilustrasi pada Gambar berikut: Gambar Pasangan bibliografi dan ko-sitasi
16
Dokumen 1 dan dokumen 2 merupakan pasangan dokumen yang menjadi objek pengamatan.
Dokumen 1 mempunyai referensi a, c, d, dan e, sedang dokumen 2 mempunyai referensi b, c, d, e dan f. Dari referensi yang dimiliki oleh dokumen 1 dan dokumen 2 terlihat ada 3 referensi sama yaitu c, d, dan e. Oleh karena itu dikatakan bahwa c, d, dan e merupakan kekuatan pasangan bibliografi. Dokumen 1 dan dokumen 2 dikatakan terkapling secara bibliografi. Adapun kekuatan pasangan antara dokumen 1 dan dokumen 2 adalah 3, karena ada 3 dokumen yang sama yang disitir secara bersama-sama oleh pasangan dokumen tersebut yaitu c, d, dan e
17
Selanjutnya dokumen 1 disitir oleh dokumen p, q, r, s, dan u; sedangkan dokumen 2 disitir oleh dokumen p, s, dan t. Dari sitiran tersebut terlihat bahwa dokumen 1 dan dokumen 2 disitir secara bersama-sama oleh dokumen p dan s. Oleh karena itu dikatakan bahwa dokumen 1 dan dokumen 2 merupakan ko-sitasi. Adapun kekuatan ko-sitasinya adalah 2 karena ada 2 dokumen yang menyitir secara bersama-sama. Kedua dokumen tersebut yaitu dokumen p dan s. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada kedekatan yang subyek yang dibahas dokumen p dan s.
18
Ada 2 (dua) jenis kositiran yaitu ko-sitasi dokumen yang menghubungkan artikel atau buku berdasarkan sitiran bersama oleh penulis kemudian, sedangkan ko-sitasi pengarang menghubungkan pengarang berdasarkan teknik paparan grafik dan komputasi yang menghasilkan peta penulis terkenal dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Ada perbedaan antara pasangan bibliografis dengan ko-sitiran. Pada pasangan bibliografis tergantung pada rujukan yang terdapat dalam dokumen yang dipasangkan yang merupakan himpunan permanen atau hubungan permanen, sedangkan pada ko-sitiran pola berubah sesuai dengan perubahan minat dan pola intelektual.
19
Prosedur Pengumpulan Data Ko-Sitasi (Co-Citation)
Prosedur pengumpulan data ko-sitasi adalah sebagai berikut: (a) Menentukan koleksi uji yaitu koleksi dokumen dalam suatu subjek atau topik tertentu yang akan diamati. (b) Mengumpulkan dokumen yang menyitir, yaitu dokumen yang terbit pada periode waktu berikutnya yang menggunakan dokumen dalam koleksi uji sebagai referensinya. (c) Memasangkan setiap dokumen dalam koleksi uji satu sama lain. (d) Memeriksa daftar pustaka atau referensi pada dokumen yang menyitir. (e) Menghitung banyaknya dokumen yang menyitir secara bersama-sama setiap pasangan dokumen dalam koleksi uji.
20
Kendala dalam Pengumpulan Data
Pengumpulan data mengenai pasangan bibliografi dan ko-sitasi berkaitan dengan penelusuran dokumen pada suatu subjek tertentu. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan penelusuran secara manual untuk mendapatkan dokumen secara fisik, atau penelusuran secara otomatis dengan menggunakan basis data untuk mendapatkan data bibliografi dokumen.
21
Pengumpulan data secara manual mempunyai beberapa kendala, antara lain:
(a) Koleksi dokumen dalam suatu subjek tertentu seringkah tidak lengkap. (b) Keberadaan dokumen yang "terserak" di berbagai tempat. (c) Pencantuman data dalam daftar pustaka seringkah tidak lengkap. (d) Cara penulisan daftar pustaka bervariasi. (e) Memerlukan sumber daya (waktu, tenaga, dan biaya) yang sangat besar.
22
Adapun kendala yang dihadapi dalam pengumpulan data secara otomatis antara lain:
(a) Keterbatasan cakupan basis data bibliografi dalam suatu subjek tertentu. (b) Keterbatasan cakupan basis data sitasi dalam suatu subjek tertentu, misalnya Social Science Citation Index (SSCI). (c) Permasalahan teknis yang muncul dalam data mining dari basis data. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya kesalahan/variasi ejaan dan penggunaan format yang tidak standard, yang biasanya terjadi dalam penulisan judul jurnal, singkatan judul jurnal, tahun, volume, nomor, dan lain-lain.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.