Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Dirjen Industri Agro pada
Sambutan Pengarahan Dirjen Industri Agro pada Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Program Kebijakan Pengembangan Industri Agro DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO JAKARTA, 11 MARET 2015
2
1. LATAR BELAKANG Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2014 sebagai berikut : CPO & CPKO (31 juta ton) No.1 di Dunia Lada (88 ribu ton) No.3 Di Dunia Pulp (6,2 juta ton/No 9 Dunia) & Kertas (10,9 juta ton/No 6 Dunia) Karet (3,23 Juta Ton) No.2 di Dunia Rotan (143 ribu Ton) No.1 Di Dunia Kakao (450 ribu ton) No.3 di Dunia Rumput Laut Kering (237 Ribu ton) No.1 di Dunia Kelapa (3,3 Juta Ton) No. 1 Di Dunia Kopi (738 Ribu Ton) No. 4 di Dunia Ikan dan Udang (10,5 Juta Ton) No. 2 di Dunia Teh (147,7 ribu Ton) No.7 di Dunia
3
2. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO
INDIKATOR 2012 2013 2014 2015** Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2000 5,18 4,13 7,12 7,50 Kontribusi Terhadap PDB industri pengolahan non-migas (%) 45,17 44,64 45,84 46,00 Nilai Ekspor (US$ Miliar) 40,12 38,66 35,42 *) 40,00 Nilai Impor (US$ Miliar) 13,17 13,29 11,33*) 13,00 Nilai Investasi PMDN (IDR Triliun) PMA (US$ Miliar) 49,89 11,77 51,17 15,86 41,84*) 10,15*) 60,00 20,00 Tingkat Utilitas (%) 75,93 78,82 74,61 80,00 Tenaga Kerja (Orang) Pertumbuhan sektor industri agro sebesar 7,12% pada Tahun 2014 disumbangkan oleh Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya sebesar 7,33%, Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 7,24%, serta Industri Kertas dan Barang Cetakan sebesar 6,15%. Catatan: * Data sampai dengan TW III 2014; ** Target Tahun 2015
4
3. PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS MENURUT CABANG-CABANG INDUSTRI
(tahun dasar 2010, persen) No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014* 1 Industri Makanan dan Minuman 10.98 10.33 4.07 9.54 2 Industri Pengolahan Tembakau -0.23 8.82 -0.27 8.85 3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 6.49 6.04 6.58 1.53 4 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 10.94 -5.43 5.23 5.51 5 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya -2.72 -0.80 6.19 6.07 6 Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 3.89 -2.89 -0.53 3.43 7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8.66 12.78 5.10 8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 2.08 7.56 -1.86 1.16 9 Industri Barang Galian bukan Logam 7.78 7.91 3.34 2.39 10 Industri Logam Dasar 13.56 -1.57 11.63 5.89 11 Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 8.79 11.64 9.22 2.92 12 Industri Mesin dan Perlengkapan 8.53 -1.39 -5.00 8.80 13 Industri Alat Angkutan 6.37 4.26 14.95 3.94 14 Industri Furnitur 9.93 -2.15 3.64 3.58 15 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan -1.09 -0.38 -0.70 7.30 Industri Agro 7,42 7,20 3,27 8,36 Industri Non Migas 7.46 6.98 5.45 5.61 PRODUK DOMESTIK BRUTO 6.17 6.03 5.58 5.02 Pertumbuhan cabang industri non migas pada tahun 2014 yang tertinggi dicapai oleh Industri Makanan dan Minuman sebesar 9,54%, Industri Pengolahan Tembakau sebesar 8,85%. Ket : *) Sementara Sumber : BPS diolah Kemenperin
5
KONTRIBUSI INDUSTRI AGRO TERHADAP SEKTOR INDUSTRI
4. KONTRIBUSI PDB INDUSTRI MAKANAN & MINUMAN TERHADAP PDB SEKTOR INDUSTRI NON MIGAS B. KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU TERHADAP PDB INDUSTRI NON MIGAS KONTRIBUSI INDUSTRI AGRO TERHADAP SEKTOR INDUSTRI Sumber : BPS diolah Kemenperin
6
5. PERKEMBANGAN EKSPOR INDUSTRI NON-MIGAS SAMPAI OKTOBER 2014
Nilai US$ Juta No URAIAN 2010 2011 2012 Jan-Okt Peruba-han (%) 2013 2014 1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 17.253,8 23.179,2 23.397,0 16,365.0 19,873.4 21.44 2 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 10.840,0 13.191,7 15.029,6 12,229.7 13,066.1 6.84 3 T e k s t i l 11.205,5 13.234,0 12.446,5 10,612.1 10,630.8 0.18 4 Pengolahan Karet 9.522,6 14.540,4 10.818,6 8,194.8 6,465.7 -21.10 5 Elektronika 9.254,6 9.536,1 9.444,1 7,211.3 6,730.1 -6.67 6 Pulp dan Kertas 5.708,2 5.769,4 5.518,0 4,660.6 4,610.2 -1.08 7 Pengolahan Tembaga, Timah dll 6.506,0 7.501,0 5.049,5 3,995.8 4,213.2 5.44 8 Kimia Dasar 4.568,6 6.119,9 4.870,5 4,101.5 4,935.7 20.34 9 Makanan dan Minuman 3.228,6 4.505,2 4.652,9 4,435.7 4,561.3 2.83 10 Pengolahan Kayu 4.280,3 4.475,0 4.539,9 3,867.2 4,347.8 12.43 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/ Alas Kaki 2.665,6 3.450,9 3.561,7 3,227.3 3,313.5 2.67 12 Alat-alat Listrik 2.657,9 2.995,1 3.085,0 2,685.7 2,544.9 -5.24 Total 12 Besar Industri 87.691,8 ,9 ,2 81,586.7 85,292.8 4.54 Total Industri 98.015,1 ,7 ,1 93,214.1 98,432.2 5.60 Nilai ekspor produk industri agro periode Januari-Oktober 2014 sebesar US$ 13,519.3 milyar, meningkat sebesar 4,29% bila dibandingkan dengan nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2013 yang sebesar US$ 12,963.5 milyar. Sumber : BPS diolah Kemenperin
7
6. PERKEMBANGAN IMPOR INDUSTRI NON-MIGAS SAMPAI OKTOBER 2014
Nilai US$ Juta No URAIAN 2010 2011 2012 Jan-Okt Peruba-han (%) 2013 2014 1 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 43.218,6 52.471,7 62.624,6 46,098.2 40,893.2 -11.29 2 Elektronika 14.176,2 16.116,6 16.702,5 13,946.6 13,045.5 -6.46 3 Kimia Dasar 11.431,5 15.413,3 16.077,1 13,809.3 13,899.3 0.65 4 T e k s t i l 5.031,2 6.735,2 6.805,5 5,923.7 5,918.4 -0.09 5 Makanan dan Minuman 4.514,2 6.851,9 6.158,4 4,802.9 4,802.8 0.00 6 Alat-alat Listrik 3.142,8 3.769,1 4.190,6 3,508.7 3,054.2 -12.95 7 Pulp dan Kertas 2.731,8 3.262,6 3.019,9 2,743.7 2,743.1 -0.02 8 P u p u k 1.509,2 2.707,0 2.918,4 1,695.9 1,603.3 -5.46 9 Makanan Ternak 1.871,6 2.220,5 2.799,7 2,596.5 2,843.4 9.51 10 Barang-barang Kimia lainnya 2.199,3 2.592,3 2.753,6 2,481.3 2,422.7 -2.36 11 Plastik - 1,991.8 1,961.7 -1.51 12 Pengolahan Tembaga, Timah dll. 1.822,1 2.195,1 2.377,4 1,805.7 1,826.4 1.15 Total 12 Besar Industri 93.046,7 ,9 ,8 101,404.3 95,013.8 -6.30 Total Industri ,4 ,5 ,1 110,706.2 103,906.2 -6.14 Nilai impor kelompok Industri Agro periode Januari-Oktober 2014 sebesar US$ 10,389.3 milyar sedikit meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 yang bernilai sebesar US$ 10, milyar. Sumber : BPS diolah Kemenperin
8
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
A. KRONOLOGIS 16 Desember 2004 Pembentukan JSG 1 April 2005 Mulai Negosiasi 20 Agustus 2007 Tanda Tangan IJEPA 19 Mei 2008 Perpres 36/2008 Ratifikasi IJEPA 20 September 2013 Pemri Ajukan GR IJEPA 1 Juli 2013 General Review IJEPA Kategori R-1 (perjanjian) 1 Juli 2012 Perundingan Produk Kategori R-4 (perjanjian) 1 Juli 2008 Implementasi IJEPA 9 Desember 2013 Jepang setuju GR IJEPA 20 April 2014 Pemri sampaikan TOR GR IJEPA 12 September 2014 Pre-Consultation TOR GR IJEPA Sumber : BPS diolah Kemenperin
9
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
B. EKSPOR INDUSTRI AGRO KE JEPANG US$ Juta No Nama Komoditi 2011 2012 2013 Jan-Okt 2013 Jan-Okt 2014 1 Crumb rubber 38,751.4 27,231.9 23,486.1 20,211.3 13,549.7 2 Kertas 15,546.7 14,688.1 11,495.2 10,013.3 7,781.9 3 Pulp 4,256.5 3,181.2 2,628.0 2,175.1 2,997.9 4 Komponen furniture 1,480.4 2,100.3 1,915.0 1,559.9 1,751.2 5 Makanan ternak 385.0 321.6 418.3 403.1 426.9 6 Baking powder dan olahan makanan 0.5 1.0 13.1 1.7 145.5 7 Kopi instan 288.1 126.5 144.2 120.4 71.5 8 Gula tetes 75.6 37.6 70.9 36.2 63.5 9 Biskuit 56.5 52.0 40.3 30.3 29.8 10 Teh instan 0.9 6.0 5.4 4.6 23.2 11 Minuman keras 85.1 49.9 39.5 14.9 12 Juices 7.8 7.0 2.0 Sumber : BPS diolah Kemenperin
10
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
C. IMPOR INDUSTRI AGRO KE JEPANG US$ Juta No Nama Komoditi 2011 2012 2013 Jan-Okt 2013 Jan-Okt 2014 1 Kertas 34.0 37.0 48.2 40.2 26.6 2 Barang dari kertas/ karton lainnya 19.1 10.8 13.7 10.7 21.7 3 Kecap, Saus, Bumbu & Bahan penyedap lainnya 1.7 1.2 2.7 2.3 1.6 4 Makanan ternak 3.2 2.6 2.1 1.4 5 Pulp 1.1 0.8 6 Biskuit 0.7 0.9 0.6 0.5 7 Juices 0.3 8 Crumb rubber 0.0 0.1 0.2 9 Gula aren 0.4 10 Kayu lapis (plywood) 11 Minuman keras 12 Es dan es krim Sumber : BPS diolah Kemenperin
11
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
D. NERACA PERDAGANGAN INDUSTRI AGRO INDONESIA - JEPANG No Komoditi Neraca Perdagangan (US$ Juta) 2011 2012 2013 (TW III) 2014 1 Crumb rubber 38,751.42 27,231.85 23,484.76 20,209.96 13,549.45 2 Kertas 15,512.70 14,651.12 11,447.07 9,973.02 7,755.29 3 Pulp 4,254.88 3,180.02 2,626.82 2,173.95 2,997.13 4 Makanan ternak 381.74 318.95 416.17 401.36 425.56 5 Komponen furniture 1,480.32 2,100.24 1,914.96 1,559.84 1,751.25 6 Biskuit 55.76 51.09 39.57 29.68 29.33 7 Juices 7.12 6.35 0.29 0.30 1.73 8 Kopi instan 287.99 126.42 144.22 120.38 71.46 9 Gula aren (0.86) (1.10) (0.49) (0.34) (0.09) 10 Minuman keras 71.47 84.93 49.60 39.29 14.79 11 Minyak nabati lainnya 15.27 23.52 26.05 20.72 29.12 Sumber : BPS diolah Kemenperin
12
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
E. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN SEKTOR INDUSTRI AGRO SETELAH IJEPA INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN Sumber : BPS diolah Kemenperin
13
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
E. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN SEKTOR INDUSTRI AGRO SETELAH IJEPA INDUSTRI MINUMAN DAN TEMBAKAU Sumber : BPS diolah Kemenperin
14
7. KERJASAMA EKONOMI INDONESIA-JEPANG
E. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN SEKTOR INDUSTRI AGRO SETELAH IJEPA INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN Sumber : BPS diolah Kemenperin
15
8. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
REGULASI Bea Keluar Tax Holiday Tax Allowance Larangan ekspor bahan baku INTERVENSI Bantuan peralatan dan/atau mesin Bantuan sertifikasi SVLK & V-legal Promosi pasar melalui pameran di dalam maupun luar negeri FASILITASI/ PENDAMPINGAN Pelatihan desain, peningkatan kompetensi SDM, kualitas/mutu Pendampingan teknologi SOSIALISASI Peraturan-peraturan Standardisasi
16
9. PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO
INDUSTRI BERDAYA SAING KUAT Industri Berbasis Rumput Laut Industri Berbasis Minyak Sawit Industri Berbasis Karet Industri Berbasis Pulp dan Kertas Industri Pengolahan Kakao INDUSTRI BERDAYA SAING MODERAT Industri Pengolahan Kayu dan Rotan Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Teh Industri Pengolahan Ikan INDUSTRI PENUNJANG PANGAN Industri Gula Berbasis Tebu Industri Tepung Terigu Industri Pakan Ternak Industri Pengolahan Susu Industri Pengolahan Buah INDUSTRI YANG DIKENDALIKAN Industri Hasil Tembakau Industri Minuman Beralkhohol
17
10. ISU STRATEGIS GLOBAL Ekonomi global masih menghadapi risiko pelemahan di tahun walaupun diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2014. China diperkirakan masih akan mengalami perlambatan, karena fokus pada struktural. Gejolak harga komoditas pasar global, termasuk harga minyak dan harga komoditas ekspor Indonesia. Dampak resesi global yang masih berlanjut (masalah restrukturisasi utang dan krisis perbankan Eropa), berakibat melambatnya daya beli konsumen dan penurunan permintaan produk agroindustri di luar negeri. Hal ini juga berdampak pada terganggunya pasar dalam negeri, akibat beralihnya tujuan ekspor negara produsen dunia ke Indonesia karena Indonesia merupakan pasar potensial. 5. Adanya kampanye negatif oleh NGO asing terhadap produk turunan minyak sawit dan pulp kertas di Eropa dan Amerika Serikat.
18
10. ISU STRATEGIS GLOBAL (lanjutan)
6. Adanya hambatan tarif (diskriminasi bea masuk) dan non-tarif barrier di beberapa negara tujuan ekspor. 7. Persaingan Global : Indonesia saat ini berpartisipasi aktif di dalam forum Codex Allimentarius Commission (CAC) yang bertujuan untuk membahas standar mutu dan keamanan pangan dunia yang terkait dengan kepentingan industri. Proses integrasi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, dimana sektor pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat pelaksanaannya. Pembahasan dilakukan melalui Prepared Foodstuff Product-Working Group (PFPWG) yang merupakan bagian dari forum ASEAN Consultative Committee on Standards and Quality (ACCSQ). Proses perintisan integrasi ekonomi ASEAN, melalui harmonisasi standar dan perintisan saling pengakuan (MRA) untuk sektor pangan olahan (HS 16-21).
19
11. ISU STRATEGIS DOMESTIK
Konsumen berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih menuntut akan produk-produk agro yang berkualitas tinggi, sehat/aman dan halal dikonsumsi. Terganggunya pemasaran produk industri agro dalam negeri oleh produk ilegal dan produk impor kualitas rendah dengan harga murah. Penerapan UU No.18 Tahun 2012 tentang Pangan : Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Belum terintegrasinya suplay chain terhadap bahan baku, industri dan pasar. Terganggunya pasar industri makanan dan minuman akibat isu negatif penggunaan bahan tambahan pangan yang mengganggu kesehatan, pencantuman label peringatan kandungan kholesterol, gula dan isu cukai minuman berkarbonasi.
20
12. KEGIATAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DI DAERAH
Kegiatan Pokok di Pusat yang mendukung kegiatan yang didanai melalui Dana Dekonsentrasi di daerah meliputi: Fasilitasi/pendampingan terhadap Kelompok Kerja Daerah dalam rangka penyusunan peta potensi industri agro unggulan daerah sebagai bahan penyusunan RPIP (Rencana Pengembangan Industri Propinsi) dengan melibatkan Tenaga Ahli dari Perguruan Tinggi. Fasilitasi dan Koordinasi pengembangan industri unggulan daerah. Bantuan Peralatan dan/atau Mesin dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM industri, modernisasi peralatan, pengembangan industri prioritas, pengembangan industri agro unggulan daerah dan pengenalan teknologi baru. Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Industri Agro.
21
13. KEGIATAN DI DAERAH MELALUI DANA DEKONSENTRASI
Kegiatan yang dilaksanakan dalam mengembangkan industri agro unggulan daerah melalui dana dekonsentrasi meliputi 32 propinsi, dengan cakupan kegiatan sebagai berikut: Identifikasi potensi wilayah pengembangan industri agro unggulan daerah dan penyusunan road-map sebagai bahan dalam penyusunan Rencana Pengembangan Industri Propinsi (RPIP) yang merupakan mandat dari UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Fasilitasi dan koordinasi pengembangan industri agro unggulan daerah (rapat-rapat koordinasi di daerah yang melibatkan unsur ABG dan sinkronisasi pengembangan industri agro dengan pusat). Monitoring, evaluasi dan pelaporan pengembangan industri agro.
22
14. HASIL IDENTIFIKASI INDUSTRI UNGGULAN PROPINSI
NAD Sumut Kep. Riau Riau Sumbar Bengkulu Lampung Banten Jambi Sumsel Jabar DKI Jakarta Jateng Jatim DI Yogya Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Gorontalo Sulteng Sulsel Sultra Papua Maluku Utara NTT NTB Bali Maluku Kelapa Ikan/Rumput Laut CPO Kakao dan Kelapa Tembakau Gula Susu & Furniture Buah & Kertas Kopi Karet Papua Barat Kelapa/Rumput Laut Babel Kopi/Karet
23
15. PENUTUP Sinergi program dan kegiatan pengembangan industri agro baik di pusat maupun di daerah yang melibatkan asosiasi/dunia usaha mutlak diperlukan, sebagai upaya dalam meningkatkan daya saing produk agroindustri dan percepatan penyebaran serta pemerataan pengembangan industri agro di daerah, dengan bersama-sama mengatasi permasalahan-permasalahan yang menghambat pengembangan industri agro, khususnya dalam hal pengembangan industri agro prioritas, melalui fasilitasi perbaikan infrastruktur, akses bahan baku, sistem logistik dan distribusi, serta perbaikan teknologi (R & D).
24
Terima Kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.