Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
MASALAH TES I. PENGERTIAN TES
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah Pengembangan tes yang dilakukan oleh orang Prancis bernama Binet yang kemudian disempurnakan oleh Simon berusaha membedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Hasilnya dikenal istilah-istilah umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan.Inteligensi Kuosien atau Intelligence Quantient (IQ) Ada beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes:
2
Tes (sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan test) : merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Testing : merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes Testee (Dalam istilah Indonesia tercoba), adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat,bakat, pencapaian, dsb.
3
Tester (Dalam istilah Indonesia : pencoba): orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain, tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya) Tugas tester antara lain : Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan Menerangkan cara mengerjakan tes Mengawasi responden mengerjakan tes Memberikan tanda-tanda waktu Mengumpulkan pekerjaan responden Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada)
4
II. PERSYARATAN TES Sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal : Menyangkut mutu tes Menyangkut pengandministrasian dalam pelaksanaan tes Meskipun sudah mengkuti atauran tentang suasana, cara dan prosedur yang telah ditentukan menurut Gilbert Sax ada kelemahannya : Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa) menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak disengaja demikian), misalnya dalam rumusan soal, pelaksanaan, maupun pengumuman hasil Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni. Tidak dapat dipungkiri bahwa tes akan menimbulkan suasana khusus yang mengakibatkan hal-hal yang tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain.
5
Dalam penelitian Kirkland menyimpulkan bahwa :
Besar kecilnya kecemasan mempengaruhi murni dan tidaknya hasil belajar. Murid yang kurang pandai mempunyai kecemasan yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang berkemampuan tinggi. Kebiasaan terhadap tipe tes dan pengadministrasiannya, mengurangi timbulnya kecemasan dalam tes. Dalam kecemasan yang tinggi, murid akan mencapai hasil baik jika soalnya bersifat ingatan, tetapi hasilnya tidak baik jika soalnya pikiran. Timbulnya kecemasan sejalan dengan tingkatan kelas Meskipun pada tingkat SD tidak terdapat perbedaan kecemasan antara anak laki-laki dengan anak permepuan, tetapi di tingkat sekolah menengah anak perempuan cenderung mempunyai kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki
6
Tes mengategorikan siswa secara tetap
Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang lalu membedakan cap kepada siswa menurut kelompok atau kategorinya, misalnya A termasuk pandai, sedang, atau kurang. Sangat sukar bagi tester untukmengubah predikat tsb jika memang tidak sangat menyolok hasil dari tes berikutnya. Tes tidak mendukung kecermelangan dan daya kreasi siswa Dengan rumusan soal tes yang kompleks kadang-kadang siswa yang kurang pandai melihat pada kalimat secara sepintas. Cara ini boleh jadi menguntungkan karena waktu yang disediakan tidak banyak habis terbuang. Siswa yang pandai kerena terlalu hati-hati mempertimbangkan susunan kalaimat, dapat terjebak pada suatu butir tesdan merekaakan kehabisan waktu.
7
Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas
Manusia mempunyai seperangkat sifat (traits) yang tidak semuanya tepat diukur melalui tes. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih cocok diketahui melalui pengamalan secara cermat. Beberapa sifat yang lain mungkin perludiukur dengan berbagai instrumen yang bukan tes. CIRI-CIRI TES YANG BAIK Sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki : Validitas Reliabilitas Objektivitas Praktikabilitas Ekonomis
8
Validitas Perlu dipahami dulu perbedaan arti istilah “validitas” dengan “valid”. Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid merupakan kata sifat. Jika data yang dihasilkan oleh istrumen benar dan valid, sesuai kenyataan maka instrumen yang digunakan juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Istilah “valid”,sangat sukar dicari gantinya. Ada istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu sahih, sehingga validitas diganti menjadi kesahihan. Ada beberapa macam validitas yaitu validitas logis (logical validity), validitas ramalan (predictive validity), dan validitas kesejajaran (concurrent validity)
9
Reliabilitas Kata reliabilitas dalambahasaIndonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa Inggris,berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. “Reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliabel” merupakan kata sifat atau kata keadaan. Tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tsb menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dengan kelompoknya. Jika dihubungkan dengan validitas maka : Validitas adalah ketepatan Reliabilitas adalah ketetapan
10
Objektivitas Dalam pengertian sehari-hari objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi lawannya adalah subjektif artinya terdapat unsur pribadi yang masuk mempengaruhi. Sebuah tes diakatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Bila dikaitkan dengan reliabilitas maka objekvitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes yaitu bentuk tes dan penilai
11
Bentuk tes Tes berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan kepada si penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari sebuah tes,akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai. Itulah sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan penggunaan tes objektif di berbagai bidang. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai, maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya, antara lain dengan membuat pedoman skoring terlebih dahulu. 2). Penilai Subjektivitas penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian.
12
Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektivitas antara lain : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu mengadakan penilaian, kelelahan, dsb. Untuk menghindari atau mengurangi unsur subjektivitas dalam pekerjaan penilaian, maka penialain atau evaluasi ini harus dilaksnaakan dengan mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud, terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas: Evaluasi harus dilakukansecara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka guru akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan siswa. Tes yang diadakan secara on the spot dan hanya satu atau duakali,tidak akan dapat memberikan hasil yang objektif tentang keadaan siswa.
13
Contoh : ada seorang anak yang sebetulnya pandai,tetapi pada waktu guru mengadakan tes dia sedang dalam kondisi yang jelek karena semalaman merawat ibunya yang sedang sakit,maka ada kemungkinan nilai tesnya jelek pula. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), yang dimaksud dengan evaluasi yang komprehensif adalah atas berbagai segi peninjauan,yaitu : Mencakup keseluruhan Mencakup berbagai aspek berpikir (ingatan, pemahaman, aplikasi,dsb) Melalui berbagai cara yaitu tes tertulis, tes lisan,tes perbuatan,pengamataninsidental,dsb. Praktikabilitas (Practicability) Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tsb bersifat praktis, mudah pengadministrasian- nya.
14
Tes yang praktis adalah tes yang :
Mudah dilaksanakan,misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa Mudah pemeriksaannya,artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberika/ diawali oleh orang lain Ekonomis Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tsb tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal,tenaga yang banyak,dan waktu yang lama.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.