Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma Husada Bandung

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma Husada Bandung"— Transcript presentasi:

1 Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma Husada Bandung
Askep TB Paru Irma Nur Amalia, M.Kep

2 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) → penyakit pada parenkim paru yg disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Merupakan penyakit dgn morbiditas & mortalitas yg tinggi terutama di negara berkembang (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO), daerah dengan kasus TB baru yang tertinggi pada tahun 2009 adalah di daerah Asia Tenggara yang merupakan 35% dari insidensi global.

3 DEFINISI Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005).

4 EPIDEMIOLOGI Pada tahun 2011, terdapat 8,7 juta kasus baru TB aktif di seluruh dunia (13% akibat infeksi dari HIV) dan 1,4 jutanya mengalami kematian. Jumlah mutlak kasus TB yang tertinggi berturut-turut adalah Asia, India, dan China (Zumla, Raviglione, Harner, & Reyn, 2013).

5 Mycobacterium tuberculosis
ETIOLOGI Mycobacterium tuberculosis Kuman berbentuk batang dgn ukuran sampai 4 mycron & bersifat anaerob. Kuman ini terdiri dari asal lemak (lipid) yg membuat kuman lebih tahan thdp asam & lebih tahan thdp gangguan kimia & fisik.

6 Mikrobiologi Mycobacterium tuberculosis (MTb) Batang tahan asam,
Tahan alkohol, tidak bergerak, aerobik, tidak membentuk spora. pertumbuhannya lambat, membutuhkan waktu 2-6 minggu dalam media khusus.

7 Melalui aliran darah, limfe dan saluran cerna
Mikrobiologi Paru Jaringan ekstra paru MTb Melalui aliran darah, limfe dan saluran cerna

8 Penularan Tuberkulosis
Penularan MTb terjadi melalui udara (airborne) yang menyebar melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi. Percik renik ini berukuran 1- 5 mikron dan dapat bertahan di udara selama beberapa jam sampai beberapa hari sampai akhirnya ditiup angin.

9 Penularan Tuberkulosis
Infeksi  bila seseorang menghirup percik renik yang mengandung M.Tb dan akhirnya sampai di alveoli. Gejala timbul beberapa saat setelah infeksi, umumnya setelah respons imun terbentuk 2-10 minggu setelah infeksi. Sejumlah kuman tetap dorman bertahun tahun yang disebut dengan infeksi laten.

10 Penularan Tuberkulosis
Keadaan yang dapat meningkatkan risiko penularan: TB Paru atau Laringitis TB Batuk produktif BTA positif Kavitas Tidak menutup hidung atau mulut saat batuk dan bersin Tidak mendapat OAT Tindakan intervensi (induksi sputum,bronkoskopi, suction)

11 Risiko Penularan Hospital-Care Associated Infections (HAIs) TB pada petugas kesehatan
Petugas yang mempunyai risiko untuk tertular: Perawat Dokter Mahasiswa kedokteran Petugas Laboratorium Petugas lain yang kontak dengan pasien

12 Risiko Penularan Hospital-Care Associated Infections (HAIs) TB pada petugas kesehatan
Faktor yang mempengaruhi: Frekuensi kontak langsung Masa kerja Kontak dengan pasien yang belum terdiagnosis dan belum diobati Risiko penularan nosokomial dapat dikurangi dengan pengendalian infeksi, diagnosis dini, dan pengobatan secepatnya pada pasien TB. Survei pada tenaga kesehatan mendapatkan bahwa sebagian besar tidak mengetahui adanya panduan pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat kerja.

13 Patofisiologi Aerosol yang terinfeksi
Basil berdiam di alveoli dan diliputi oleh makrofag alveolar Inisiasi sistem imuniti innate Makrofag pecah dan mengeluarkan bakteri Pertumbuhan logaritme yang berlipat ganda setiap 24 jam terhirup bertahan Makrofag baru Bergerak ke arah basil Siklus ulangan

14 Patofisiologi Tubuh membentuk imuniti spesifik terhadap bakteri
Sistem limfatik atau sistemik Bagian tubuh lain Setelah 3 minggu Basil Mengelilingi dan mengaktifasi makrofag Bergerak ke lokasi infeksi Ikatan MTb dan limfosit spesifik

15 Patofisiologi Seiring dengan berlangsungnya infiltrasi seluler, bagian tengah dari sel atau granuloma akan mengalami perkejuan dan nekrosis. Pada banyak kasus, individu dengan daya tahan tubuh yang baik akan dapat menghentikan pertumbuhan kuman berkisar di lokasi lesi primer dengan sedikit atau tanpa gejala penyakit. Lesi awal ini yang nantinya mengalami resolusi atau menjadi kalsifikasi dan dapat saja masih mengandung basil hidup dan individunya disebut menderita TB laten.

16

17 Patofisiologi Lesi primer TB umumnya terdapat
di bagian tengah dan bawah lapangan paru pada lokasi subpleura. Lesi primer, saluran dan kelenjar limfa yang mengering akan membentuk kompleks Ghon yang umumnya terdistribusi antara lobus atas dan lobus bawah namun agak lebih banyak di paru kanan. Meskipun demikian selama minggu awal atau beberapa bulan kemudian infeksi akan menjadi penyakit pada 10% kasus dan pasien akan mengalami gejala yang khas seperti batuk, deman, letargi dan penurunan berat badan

18 Patofisiologi Masih menjadi perdebatan apakah kejadian penyakit TB pada orang dewasa karena reaktivasi fokus Ghon atau reinfeksi. Secara umum TB paru pada individu dewasa dianggap terjadi karena reaktivasi. Hipotesis ini didukung oleh kenyataan bahwa basil tuberkel berkembang pada 40% nodul subapikal dan 5% pada fokus Ghon. Meskipun demikian reinfeksi masih bisa terjadi.

19 Patofisiologi Kaviti dapat terbentuk dengan Ø 3-10 cm, biasanya di lobus atas. Dinding kaviti terdiri dari jaringan granulasi dilapisi di bagian luar oleh jaringan fibrotik. Kaviti kronik ditandai dengan dinding yang lebih tebal. Pada bagian tranversal kaviti terdapat arteri aneurisma yang disebut arteri Rasmussen. Perdarahan mungkin terjadi karena rembesan darah dari kapiler pada jaringan granulasi yang banyak atau berasal dari pembuluh darah yang lebih besar yang terlibat dalam proses nekrotik.

20

21 PATHWAY

22 KLASIFIKASI TB Paru BTA Positif TB Paru BTA Negatif Bekas TB Paru

23 MANIFESTASI KLINIS Demam Batuk Sesak Napas Nyeri Dada Malaise

24 EVALUASI DIAGNOSTIK Sputum Tes Kulit Foti Rontgen
Histology atau kultur jaringan Biopsy Pemeriksaan Darah Tes Faal Paru

25 PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yg digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin, dan Etambutol.

26 Tujuan utama pencegahan dan pengendalian infeksi TB adalah :
Deteksi dini Pemberian OAT secepat mungkin Mencegah orang lain terinfeksi TB

27 KOMPLIKASI Malnutrisi
Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, perubahan neurologis (ketulian atau neuritis), ruam kulit, gangguan GI track. Resistensi banyak obat (MDR : Multi Drug Resisten) Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

28 TB MDR Kekebalan kuman TB terhadap obat anti TB (OAT) mulai menjadi masalah seiring dengan digunakannya Rifampisin secara luas semenjak tahun 1970-an. Kekebalan ini dimulai dari yang sederhana yaitu mono resisten sampai dengan MDR-TB dan XDR-TB. Terjadinya kekebalan kuman salah satunya adalah akibat kesalahan penanganan pasien TB.

29 TB MDR Resistensi obat berhubungan dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Kemungkinan terjadi resistensi pada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah sebesar 4 kali lipat, sedangkan untuk terjadinya TB-MDR sebesar 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan pasien yang belum pernah diobati. Pasien TB-MDR sering tidak bergejala sebelumnya sehingga tanpa diketahui dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain bahkan sebelum ia menjadi sakit.

30 TB Resisten Obat Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat
ISTC Training Modules 2008 TB Resisten Obat Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat Poly-resistant: Resisten terhadap lebih dari satu obat, tapi bukan terhadap kombinasi isoniazid dan rifampisin Multidrug-resistant (MDR): Resisten terhadap paling sedikit isoniazid dan rifampisin Extensively drug-resistant (XDR): MDR ditambah resistensi terhadap fluoroquinolon dan sedikitnya 1 dari 3 obat suntik (amikasin, kanamisin, kapreomisin) Begin with the definitions for drug resistance: Mono-resistant: The most common single drug-resistance pattern is mono-resistance to isoniazid. In general, this pattern of resistance is not usually associated with a worse outcome and does not require modification of the treatment regimen (as long as there are 4 drugs in the initial phase and rifampicin is included throughout the full duration of treatment). Rifampicin mono-resistance occurs, but is uncommon and is seen mainly in patients with HIV infection. The reasons for this association are not known. Poly-resistant: A general term used when the organism is resistant to more than one drug, but not the combination of isoniazid and rifampicin. MDR-TB: Resistance to at least isoniazid and rifampicin (the two most effective anti-tuberculosis drugs). MDR has a major adverse effect on the outcome of treatment. Patients with TB caused by MDR organisms generally require treatment with second line drug regimens. XDR-TB: MDR-TB plus resistance to the 2 most important classes of 2nd-line agents used in MDR-TB treatment: the fluoroquinolones and at least 1 of 3 injectable agents (amikacin, kanamycin, capreomycin). In addition to meeting the defining criteria, XDR-TB cases are often resistant to all four 1st-line agents. Consequently, patients with XDR-TB are significantly more difficult to treat and require specialized care. [Note: Material also covered (duplicate slide) in Management of Drug-Resistant TB module.]

31 TB Resisten Obat Resistensi primer: “Kasus Baru”
ISTC Training Modules 2008 TB Resisten Obat Resistensi primer: “Kasus Baru” Resistensi obat pada pasien yang belum pernah mendapat OAT atau pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan Resistensi sekunder/diperoleh (acquired): “Kasus yang Pernah Diobati” Resistensi obat pada pasien yang sudah pernah menjalani pengobatan OAT selama paling sedikit satu bulan Cases of drug-resistant TB may also be further defined (particularly for reporting purposes) as being a New Case or a Previously Treated Case. A drug-resistant “New Case” is defined as one in which the patient has not received prior TB treatment for any significant time. This situation then infers a primary drug resistance, i.e. the patient became infected with a strain from a drug resistant source case. A “Previously-treated case” with drug resistance has received prior TB treatment for at least one month. In these cases, the concern is that the patient has developed a secondary (acquired) drug resistance due to the past treatment. [Note: Material also covered (duplicate slide) in Management of Drug-Resistant TB module.]

32 Sekian… Terima Kasih… Semoga Bermanfaat…


Download ppt "Keperawatan Medikal Bedah STIKes Dharma Husada Bandung"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google