Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MORFOLOGI BAHASA INDONESIA"— Transcript presentasi:

1 MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
R. MEKAR ISMAYANI, M.PD. STKIP SILIWANGI BANDUNG

2 PERTEMUAN 1 Pertemuan (tatap muka) dilaksanakan 16 kali, dengan rincian sebagai berikut: a. Tatap Muka : 14 kali b. UTS : 1 kali c. UAS : 1 kali Buku sumber : Abdul Chaer Tugas Kuis

3 NA = TM+RT+UTS+2UAS 5 5. Penilaian
Akhlaq : bersikap, bertutur, berpakaian Kehadiran : 30% (minimal 90%) Tugas : 10% UTS : 30% UAS : 30% NA = TM+RT+UTS+2UAS 5

4 SILABUS (Uraian Materi)
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-4 Pertemuan ke-5 Pertemuan ke-6 Pertemuan ke-7 Pertemuan ke-8 Pertemuan ke-9 Pertemuan ke-10 Pertemuan ke-11 Pertemuan ke-12 Pertemuan ke-13 Pertemuan ke-14 Pertemuan ke-15 Pertemuan ke-16

5 Konsep dasar morfologi
Pertemuan 1 Konsep dasar morfologi MEKAR ISAMYANI

6 Secara Umum Morfologi Mengkaji
Morfem Kata

7 TATARAN LINGUISTIK WACANA SINTAKSIS
MORFOLOGI FONOLOGI

8 wacana kalimat klausa frasa kata morfem fonem fon
SINTAKSIS TATA BAHASA frasa kata MORFOLOGI morfem fonem FONOLOGI fon

9 MATERI YANG AKAN DIPAPARKAN
Pengertian Morfologi Hubungan Morfologi dengan Kebahasaan Lain

10 APAKAH MORFOLOGI ITU? Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (Ramlan, 2009:21)

11 Morfology atau tata bentuk (Inggris morfology; ada pula yang menyebutnya morphemics) adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal (Verhaar, 1984:52) Dengan perkataan lain, morfologi mempelajari dan menganalisis struktur, bentuk, dan klasifikasi kata-kata.

12 Dalam bahasa linguistik bahasa Arab , morfologi ini disebut tasrif, yaitu perubahan suatu bentuk (asal) kata menjadi bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan makna yang berbeda (baru). Tanpa perubahan bentuk ini, maka yang berbeda tidak akan terbentuk (Alwasilah, 1983:101) .

13 Prawirasumantri lebih tegas merinci bidang yang dibahas oleh morfologi yakni:
morfem-morfem yang terdapat dalam sebuah bahasa, proses pembentukan kata, fungsi proses pembentukan kata, makna proses pembentukan kata, dan penjenisan kata (1985:107).

14 MORFOLOGI DAN LEKSIKOLOGI
Leksikologi mempelajari seluk-beluk kata, ialah mempelajari pemakaian kata serta artinya seperti dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa. Morfologi dan Leksikologi sama-sama mempelajari seluk-beluk kata.

15 Perbedaan Morfologi dan Leksikologi
Morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai peristiwa gramatik, ialah yang biasa disebut arti gramatik (grammatical meaning). Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata, atau yang lazim disebut arti leksikal (lexical meaning).

16 Dalam penyelidikan bentuk, morfologi berdekatan dengan etimologi.
Etimologi menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata secara khusus sedangkan morfologi menyelidiki seluk-beluk asal-usul kata yang disebabkan akibat sistem bahasa secara umum. Contoh: dari kata pakai terbentuk kata  pakaian, terpakai, memakai, dipakai, berpakaian. (perubahan-perubahan itu disebabkan oleh sistem bahasa yaitu sistem afiksasi  gejala itulah yang dipelajari oleh morfologi).

17 kata kenan  berkenan, tuan  tuhan (perubahan-perubahan tersebut bukan bersifat umum atau bukan akibat sistem bahasa dan tidak dipelajari oleh morfologi atau ilmu asal-usul kata). Asal-usul sebuah kata berasal dari bahasa apa, itu dipelajari oleh etimologi. Contoh: kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna tulisan.

18 MORFOLOGI DAN SINTAKSIS
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun “dengan” dan tattien “menempatkan”. Dengan jelas, menempatkan bersama-sama dengan kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 1985:70). Bidang sintaksis menyelidiki semua hubungan antarkata dan antarkelompok kata dalam kalimat. Morfologi mempelajari seluk beluk kata itu sendiri secara mandiri tanpa memperhatikan hubungannya dalam kalimat.

19 SATUAN-SATUAN GRAMATIK
MORFOLOGI Pertemuan 2 SATUAN-SATUAN GRAMATIK MEKAR ISAMYANI

20 Pada bagian ini akan dipaparkan:
Pengertian satuan-satuan gramatika Bentuk tunggal dan bentuk kompleks Bentuk bebas dan bentuk ikat Pokok Kata Hirarki Bahasa Bentuk asal dan bentuk dasar

21 Pengertian Satuan Gramatik
Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal maupun gramatikal Arti leksikal adalah makna yang terkandung dalam kata Arti gramatikal adalah makna yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik

22 Urutan Satuan Gramatik
Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem

23 Bentuk Tunggal & Bentuk Kompleks
Bentuk tunggal yaitu satuan gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi. Bentuk Kompleks yaitu satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi.

24 Satuan Gramatik Bebas & Satuan Gramatik Terikat
Satuan gramatik bebas adalah satuan gramatik yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan. Satuan gramatik terikat adalah satuan gramatik yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan.

25 Pokok Kata Satuan yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan dan secara gramatik tidak memiliki sifat bebas serta dapat dijadikan bentuk dasar. Contoh bentuk pokok kata : alir, sandar, juang, baca, ambil, perbesar, pertiga, ketahu, jabat, main, rangkak, dll.

26 Bentuk asal dan bentuk dasar
Bentuk asal adalah satuan yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata kompleks. Bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal .

27 Contoh : berpakaian terbentuk dari asal pakai mendapat imbuhan afiks –an menjadi pakaian, kemudian mendapat imbuhan afiks ber- menjadi berpakaian

28 Bentuk dasar adalah satuan baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Bentuk dasar dapat berupa bentuk tunggal atau bentuk kompleks.

29 Contoh: Kata berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-, Kata dasar pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an.

30 Deretan Morfologik Suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan arti Fungsi deretan morfologik adalah untuk menentukan morfem-morfem Contoh: kejauhan, menjauhkan, dijauhkan, terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi  memiliki satu morfem yaitu jauh

31 MORFEM DAN PROSEDUR PENGALAMANNYA
MORFOLOGI Pertemuan 3 MORFEM DAN PROSEDUR PENGALAMANNYA MEKAR ISAMYANI

32 MORFEM Ramlan (1983: 26), morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya. Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang (Samsuri, 1928: 170).

33 Morf adalah morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik.
Morfem, Morf, Alomorf Morfem Morf adalah morfem yang mempunyai beberapa struktur fonologik. Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mewakili fungsi dan makna yang sama

34 Mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me-
variasi Mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me- meN- morf alomorf

35 Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa atau morfem yang dapat berfungsi sebagai kata Morfem Morfem terikat: morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa

36 Contoh bersepeda ber- sepeda Morfem Terikat Morfem Bebas

37 Satuan bebas yang paling kecil atau dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata
(Ramlan) Kata Bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara mandiri (Bloomfield)

38 Ciri-ciri Kata Parera (1980 : 10)
Kata merupakan satu kesatuan penuh dan komplit dalam sebuah ujaran bahasa Kata dapat ditersendirikan yakni bahwa sebuah kata dalam kalimat dapat dipisahkan dari yang lain dan dapat dipindahkan Parera (1980 : 10)

39 Perbedaan Morfem dengan Kata
Kata = Morfem Morfem ≠ Kata Kata merupakan suatu kesatuan penuh dan komplit dalam sebuah ujaran bahasa.

40 PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS
Pertemuan 4 PARADIGMA DAN DERETAN MORFOLOGIS MEKAR ISAMYANI

41 Paradigma Paradigma Deretan Morfologik
Paradigma yaitu daftar lengkap perubahan afiksasi yang mungkin dengan morfem asal yang sama (Verhaar, 1984: 65). Paradigma Deretan Morfologik Makna Ramlan (1983: 28)

42 Paradigma sama maknanya dengan deretan morfologik menurut Ramlan (1983: 28), yaitu suatu deretan atau daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Contoh: terlantar menelantarkan ditelantarkan keterlantaran Kata terlantar terdiri atas satu morfem, bukan dua morfem ter- dan lantar.

43 Ahmad Slamet (1982: 46) prinsip-prinsip pengenalan morfem
Pengenalan morfem dapat dilakukan dengan cara membanding-bandingkan suatu bentukan yang berulang dengan cara mengadakan subtitusi (Prawirasumantri, 1985:125). Ahmad Slamet (1982: 46) prinsip-prinsip pengenalan morfem

44 Prinsip 1. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama termasuk satu morfem Prinsip 2. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda termasuk satu morfem apabila memiliki satu arti yang sama sedangkan perbedaan struktur tersebut dapat dijelaskan secara fonologis Prinsip 3. Satuan-satuan atau bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna atau arti yang sama dan mempunyai distribusi yang komplementer. Prinsip 4. Apabila deretan suatu satuan berparalel dengan suatu kekosongan itu merupakan morfem yang disebut morfem zero.

45 Prinsip 6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.
Prinsip 5. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem yang berbeda. Prinsip 6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem. Prinsip 7. Bagian gabungan yang diketahui maknanya setelah bergabung dengan bagian lainnya dianggap sebuah morfem.

46 MORFOLOGI Pertemuan 5 WUJUD DAN JENIS MORFEM MEKAR ISAMYANI

47 Wujud Morfem Berwujud fonem atau urutan fonem segmental Terdiri atas gabungan fonem segmental dengan suprasegmen- tal (prosodi) Berwujud fonem-fonem prosodi (suprasegmental) Berwujud gabungan fonem suprasegmental dengan kesuprasegmen-talan yakni intonasi atau kalimat Berwujud kekosongan

48 Ditinjau dari hubungannya Ditinjau dari distribusinya
Jenis Morfem Ditinjau dari distribusinya

49 Ditinjau dari hubungannya
Hubungan struktur Hubungan posisi aditif replasif urutan sisipan substraktif simultan

50 KONSTRUKSI MORFOLOGIS
Pertemuan 6 KONSTRUKSI MORFOLOGIS MEKAR ISAMYANI

51 Konstruksi Morfologis
Kontruksi morfologis adalah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana, 1983:92) Maksudnya, bentukan atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut kontruksi rumit.

52 1. Klasifikasi Konstruksi Sederhana
Klitik: satuan berwujud kecil yang secara morfologis berdiri sendiri Akar : Bentuk atau satuan tunggal bebas yang sekaligus merupakan kata.

53 2. Konstruksi Rumit + Pokok Afiks ber- + juang makan + -an

54 Derivasi dan Infleksi Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya atau pengimbuhan afiks yg tidak bersifat infleksi pada bentuk dasar untuk membentuk kata. Infleksi adalah konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan bentuk dasarnya atau perubahan bentuk kata yg menunjukkan berbagai hubungan gramatikal Contoh: Anak itu menggunting kain. Anak itu gunting rambut. Contoh: Kami mendengar suara itu. Kami dengar suara itu.

55 Endosentris dan Eksosentris
Endosentris adalah konstruksi morfologis yang salah satu atau semua unsurnya mempunyai distribusi yang sama dengan konstruksi tersebut. Eksosentris adalah unsur-unsurnya yang tidak sama dengan konstruksi tersebut. Contoh: Rumah sakit itu baru dibangun. Contoh: Mereka mengadakan jual beli.

56 MORFOLOGI Pertemuan 7 PROSES MORFOLOGIS MEKAR ISAMYANI

57 PROSES MORFOLOGIK Proses morfologik adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya dapat berupa kata, pokok kata, frase, kata dan kata, kata dan pokok kata, pokok kata dan pokok kata. Contoh: terjauh, mengalir, ketidakadilan, rumah sakit, pasukan tempur, lomba tari.

58 9 Proses morfologis menurut Zainal Arifin sebagai berikut:
Derivasi zero Afiksasi Reduplikasi Komposisi Abreviasi Derivasi balik Metanalisis Analogi Kombinasi proses

59 Proses Pembubuhan Afiks
Pembubuhan afiks pada suatu satuan baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata Namun ada juga afiks tidak membentuk kata tetapi membentuk pokok kata. Contoh : perindah, perluas, duduki, bangunkan, tanami, pukuli, ambilkan, bacakan, dll.

60 Pengertian Afiks Menurut Ramlan (2009:54-55)
Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang didalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pasa satuan lain untuk membenuk kata atau pokok kata baru. Ida Bagus Putrayasa ( 2008:5) Afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik berupa tunggal maupun kompleks. Abdul Chaer (106) Afiksasi adalah salah satu proses dalam pembentukan kata turunan baik berkategori verba, berkategori nomina maupun berkategori ajektiva. Dalam hal ini akan dibahas afiksasi berkategori verba.

61 Afiks Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru

62 Afiks Berdasarkan Letak
JENIS-JENIS AFIKS Afiks Berdasarkan Letak Simulfiks Infiks Prefiks Suprafiks Sufiks Intrfiks Konfiks Tranfiks Kombinasi Afiks

63 Prefiks Infiks Sufiks Konfiks
meng- -el- -kan peN-an me- -er- -an pe-an di- -em- -i per-an ter- -in- -nya ber-an peng- -wan ke-an pe- -wati se-nya se- -isme per- -man pra- -ah ke- -wi a- maha- para-

64 Afiks Berdasarkan Asal
Afiks Asli Afiks Asing (Serapan)

65 Afiks Berdasarkan Sifat
Afiks Produktif Afiks Improduktif

66 Fungsi Afiks Afiks meng- Afiks ber- Afiks di- Afiks ke- Afiks per-
Afiks se-

67 Kata ulang Pengulangan satuan gramatik baik sebagian atau seluruhnya baik dengan variasi fonem maupun tidak.

68 Pengertian Reduplikasi atau kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang.

69 Macam-macam pengulangan
Pengulangan seluruhnya Pengulangan sebagian Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks Pengulangan dengan perubahan fonem

70 Fungsi dan Makna Kata Ulang
A. Fungsi pembentuk kata nominal dari kata kerja Pembentuk kata keterangan dari kata sifat tidak mengubah golongan kata B. Makna Menyatakan banyak dan bermacam-macam Menyatakan banyak tak tentu Menyatakan tak bersyarat Menyatakan menyerupai Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif) Menyatakan saling Menyatakan agak Menyatakan paling (superlatif)

71 Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.
Proses Pemajemukan Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.

72 Pemajemukan Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri). Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk. Menurut Ramlan, kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya.

73 Teori Pemajemukan Kata
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan dua buah kata yang menimbulkan suatu kata baru (M. Ramlan, 2007 ). Pemajemukan adalah proses pembentukan suatu konstruksi melalui penggabungan 2 morfem / kata atau lebih (Samsuri, 1978 ).

74 Teori Pemajemukan Kata
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dasar yang hasil keseluruhannya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bukan pemajemukan (Harimurti Kridalaksana, 1982 ).

75 Teori Pemajemukan Kata
Pemajemukan adalah proses pembentukan kata melalui penggabungan morfem dengan kata, atau kata dengan kata yang menimbulkan pengertian baru yang khusus (TBBI, 1988 : 168).

76 Simpulan Teori Pemajemukan
Pemajemukan kata adalah proses penggabungan kata dengan kata, kata dengan pokok kata, atau pokok kata dengan pokok kata yang menghasilkan makna baru secara khusus yang saling berkaitan. Hasil dari pemajemukan disebut dengan kata majemuk atau kompositum. Kata dengan kata Rumah Sakit Kata dengan pokok kata Pasukan Tempur Pokok kata dengan pokok kata Jual Beli

77 Kata Majemuk Satuan gramatik yang unsurnya dapat berupa kata, pokok kata dan mungkin morfem unik yang mempunyai makna yang berkaitan dengan unsur-unsur pembentuknya.

78 Penggolongan Kata Majemuk
1. Berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya 2. Berdasarkan hubungan semantis antarunsurnya 3. Berdasarkan jumlah bentuk dasar yang membentuk kata majemuk itu 4 . Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang membentuknya.

79 Berdasarkan hubungan gramatik antar usurnya
Kata majemuk endosentris adalah kata majemuk yang unsur pembentuknya ada yang diterangkan (D) dan ada yang menerangkan (M). Strukturnya bisa berupa D-M, misalnya kamar mandi dan hari besar, atau M-D yamg pada umumnya berasal dari unsur serapan, misalnya perdana menteri dan akil balig. kata majemuk eksosentris adalah kata majemuk yang hubungan gramatis antarunsurnya sejajar dan tidak saling menerangkan sehingga hanya bersifat kopulatif. Contoh kata majemuk jenis ini adalah kaki tangan, tua muda, dan sunyi senyap.

80 Berdasarkan hubungan semantis antarunsurnya
1. Setara Contoh : tanggung jawab 2. Bersinonim Contoh : pucat pasi 3. Berantonim Contoh : simpan pinjam

81 Berdasarkan jumlah bentuk dasar yang membentuk kata majemuk itu
1. Dua bentuk dasar Contoh : meja tulis, kepala dingin, membabi buta 2. Tiga Bentuk Dasar Contoh : setali tiga uang, kepala rumah sakit.

82 Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang membentuknya.
KB-KB, misalnya tuan tanah, tanah air, dan kepala batu. KB-KK, misalnya kamar tidur dan kamar mandi. KB-KS, misalnya orang tua, istri muda, dan kursi malas. KB-KBil, misalnya roda dua, roda empat, dan langkah seribu. KK-KS, misalnya tertangkap basah dan adu untung. KK-KB, misalnya makan hati dan adu mulut. KS-KB, misalnya keras kepala dan haus darah.

83 Berdasarkan kelas kata bentuk dasar yang MEMBENTUKNYA
KBil-KB, misalnya setengah hati dan empat mata. KBil-Kbil, misalnya sekali dua. KBil-KK, misalnya setengah hati. KB-PKK, misalnya roti bakar, buku tulis, dan ruang kerja. KS-PKK, misalnya buruk sangka dan salah paham PKK-PKK, misalnya jual beli dan kerja paksa. KB-KB-KB, misalnya telur mata sapi. KB-KB-KS, misalnya kereta api cepat. KB-KB-KBil, misalnya pedagang kaki lima KB-KK-KB, misalnya senjata makan tuan. KB-KS-KK, misalnya bus cepat terbatas.

84 Ciri-ciri Kata Majemuk
Menurut Harimurti Ketaktersisipan Ketakterluasan Ketakterbalikan

85 Ketaktersisipan Yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat disisipi apa pun. Harimurti memberi contoh kata alat negara. Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat dari negara. Jadi, kategori ini bukan kata majemuk, melainkan frase.

86 Ketakterluasan Yaitu komponen-komponen kompositum tersebut tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu pun hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh yang diberikan adalah kereta api yang dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.

87 Ketakterbalikan Yaitu komponen-komponen tersebut tidak dapat dipertukarkan.Menurutnya, Bapak ibu, pulang pergi, dan lebih kurang  bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif karena dapat dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk rayu barulah disebut kompositum karena tidak dapat dibalikkan. Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di atas, bentuk tersebut bukan kompositum, melainkan frase.

88 Menurut Sumadi : 1. Menimbulkan Makna Baru 2. Hubungan Antar unsur Sangat Padu 3. Memiliki Struktur yang Tetap

89 Menimbulkan Makna Baru
Dalam kata majemuk, terjadi pertalian makna di antara bentuk dasar yang membentuknya sehingga penafsiran makna terhadap kata majemuk tidak dapat dilakukan terhadap makna bentuk dasarnya. Kamar Mandi Kata Majemuk Kamar Saya Bukan Kata majemuk

90 Ciri-ciri Kata Majemuk, menurut Ramlan
1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata majemuk. Kolam renang, Medan tempur, Temu karya,dll.

91 Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II bukan kata majemuk
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya. I II Meja makan Adik makan Rumah sakit Burung sakit Kamar mati Tikus mati Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II bukan kata majemuk

92 Ciri-ciri kata majemuk
Salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata. Contoh : barisan tempur, kolam renang, dll. Unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya. Contoh : kaki tangan, kamar mandi. Tidak bisa disisipkan kata lain “itu, tidak, sangat, agak, yang, oleh, dari. Kata majemuk dengan unsur yang berupa morfem unik yaitu morfem yang hanya berkombinasi dengan satu satuan tertentu. Contoh : simpang siur, sunyi senyap, terang benderang, gelap gulita Membentuk makna baru.

93 Macam-macam kata majemuk:
1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Contoh: Rumah sakit itu baru dibangun. 2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya. Contoh: Rumah itu baru dibangun.

94 Rumah sakit, orang tua, dll.
Kata majemuk eksosentris, dibedakan menjadi: Kata majemuk koodinatif Kata majemuk atributif/subordinatif Budi bahasa Rumah sakit, orang tua, dll.

95 Hubungan Antar unsur Sangat Padu
Hubungan antarunsur pembentuk kata majemuk sangat padu sehingga di antara unsur pembentukya tidak dapat disisipi satuan gramatis yang lain Rumah makan Kata majemuk Rumah untuk makan ?

96 Memiliki Struktur yang Tetap
Karena hubungan di antara satuan gramatis pembentuk kata majemuk itu sangat erat, maka posisinya tidak dapat dipertukarkan sehingga strukturnya tetap. Kamar tidur tidur kamar? Tanggung jawab jawab tanggung? Rumah sakit Sakit rumah?

97 Kata Majemuk, Idiom dan Frasa
Reduplikasi Berubah Bunyi (cantik-molek, basah-kuyup, tua renta, dan hancur luluh (Chaer, 2008:212)

98 Frasa Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa. Non predikatif yang dimaksud ialah kata-kata pembentuk frasa tidak ada yang berkedudukan sebagai predikat. Misalnya, rumah saya, makan sate, mereka semua, dan hari Sabtu

99 Idiom Idiom merupakan satuan bahasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsurnya, tidak dapat diramalkan dari makna leksikal dan makna gramatikal unsurnya. Misalnya, meja hijau, kambing hitam, panjang tangan, dan membanting tulang.

100 Proses Perubahan Zero Perubahan zero terjadi pada kata kerja aktif yang bisa dipasifkan contoh: makan, minum, mohon, minta dll.

101 AFIKSASI BAHASA INDONESIA
MORFOLOGI Pertemuan 9 AFIKSASI BAHASA INDONESIA MEKAR ISAMYANI

102 Pengertian Afiks Jenis-jenis Afiks Pembubuhan Afiks Fungsi dan Makna Afiks

103 AFIKS Imbuhan

104 (Harimurti Kridalaksana)
Apa itu Afiks? Satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok katabaru. (Ramlan) Bentuk linguistik yang pada suatu kata merupakan unsur langsung dan bukan kata atau pokok kata, yang memiliki kemampuan melekat pada bentuk-bentuk lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. (Ida Bagus Putrayasa) Bentuk terikat yang jika ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya. (Harimurti Kridalaksana) Bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir, atau tengah kata. (Richards)

105 Proses Pembubuhan Afiks AFIKSASI

106 Jenis AFIKS Posisi/Letak Asal Produktivitas

107 L E Infiks T A K Sufiks Prefiks Konfiks me-, ber-, ter- dll -el-,-em-,
-an, -kan, -i dll Ke-an, ber-an dll Konfiks

108 -man, -wan, -wati, -isme, -i,
-wi, non-, pra- , dll Asli Asing Asal me-, pe-, ber-, -el-, -em-, -kan, -an, dll

109 meN-, ber-, -kan, -i, ke-an, per-an, dll
IMPRODUKTIF P R O D U K T I F -man, -el-, -em-, -er-, a- dll PRODUKTIVITAS meN-, ber-, -kan, -i, ke-an, per-an, dll

110 Proses Pembubuhan Afiks
prefiks me-, pe-, ber-, ter-, di-, per-, ke-, se-, dan prefiks serapan infiks -el-, -em-, -er-, -in- sufiks -an, -kan, -i, -nya, dan sufiks serapan konfiks me-kan, di-kan, ber-kan, dll

111 A. me- Dalam pembentukan kata, prefiks me- mengalami perubahan bentuk menjadi: me-, mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-. Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/,/m/,/n/,/ny/,/n/,/r/,/y/, dan/w/. Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/,/p/,/f/. Fonem /p/ mengalami peluluhan. Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami peluluhan.

112 Prefiks me- berubah menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/,/g/,/h/,/kh/, dan semua vokal. Fonem /k/ mengalami peluluhan. Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/,/j/,/s/, dan /sy/. Fonem /s/ mengalami peluluhan. Prefiks me- berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk dasar satu suku kata.

113 fungsi makna

114 A. Fungsi prefiks me- Fungsi prefiks meN- membentuk kata kerja transitif maupun intransitif. B. Makna / Arti prefiks me- suatu perbuatan yang aktif lagi transitif menjadi seperti keadaan yang tersebut pada bentuk dasarnya memakai apa yang tersebut pada bentuk dasar berlaku atau menjadi seperti apa yang tersebut pada bentuk dasar menuju ke tempat membuat apa yang tersebut pada bentuk dasar dalam keadaan

115 REDUPLIKASI (PROSES PENGULANGAN)
MORFOLOGI Pertemuan 10 REDUPLIKASI (PROSES PENGULANGAN) MEKAR ISAMYANI

116 Pengertian Hasil pengulangan disebut kata ulang.
Reduplikasi atau kata ulang adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang.

117 Jenis-jenis Kata ulang
Pengulangan utuh Pengulangan sebagian Pengulangan dengan perubahan bunyi Pengulangan dengan afiks

118 Fungsi dan Makna Kata Ulang A. Fungsi
pembentuk kata nominal dari kata kerja Pembentuk kata keterangan dari kata sifat tidak mengubah golongan kata B. Makna Menyatakan banyak dan bermacam-macam Menyatakan banyak tak tentu Menyatakan tak bersyarat Menyatakan menyerupai Menyatakan perbuatan berulang-ulang (intensitas kuantitatif) Menyatakan saling Menyatakan agak Menyatakan paling (superlatif)

119 KOMPOSISI (PROSES PEMAJEMUKAN)
MORFOLOGI Pertemuan 11 KOMPOSISI (PROSES PEMAJEMUKAN) MEKAR ISAMYANI

120 Pemajemukan Pemajemukan adalah proses morfologis yang berupa perangkaian (bersama-sama) dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang menghasilkan satu kata (Prawirasumantri). Hasil proses pemajemukan disebut kata majemuk. Menurut Ramlan, kata majemuk yakni kata yang terdiri dari dua kata atau lebih sebagai unsurnya.

121 Ciri-ciri Kata Majemuk, menurut Ramlan:
1. Gabungan dua buah bentuk dasar (bentuk asal) atau lebih yang salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata termasuk kata majemuk. Bentuk yang terdiri dari bentuk dasarnya yang berupa morfem bebas dengan pokok kata atau pokok kata semua, maka gabungan tersebut pastilah termasuk kata majemuk. Kolam renang, Medan tempur, Temu karya,dll.

122 Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II bukan kata majemuk
2. Unsur-unsur kata majemuk tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya. I II Meja makan Adik makan Rumah sakit Burung sakit Kamar mati Tikus mati Pada lajur I merupakan kata majemuk dan lajur II bukan kata majemuk

123 Macam-macam kata majemuk:
1. Kata majemuk endosentris: kata majemuk yang konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsurnya. Contoh: Rumah sakit itu baru dibangun. 2. Kata majemuk eksosentris: kata majemuk yang konstruksinya berlainan distribusinya dan salah satu unsurnya. Contoh: Rumah itu baru dibangun.

124 Rumah sakit, orang tua, dll.
Kata majemuk eksosentris, dibedakan menjadi: Kata majemuk koodinatif Kata majemuk atributif/subordinatif Budi bahasa Rumah sakit, orang tua, dll.

125 KONSEP DASAR MORFOFONEMIK
MORFOLOGI Pertemuan 12 KONSEP DASAR MORFOFONEMIK MEKAR ISAMYANI

126 PROSES PERUBAHAN PONEM
APA ITU PROSES MORFOFONEMIK ? M O R F N E I K PROSES PERUBAHAN PONEM PROSES PENAMBAHAN FONEM PROSES HILANGNYA FONEM

127 Morfofonemik adalah... Morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain.

128 PROSES PERUBAHAN FONEM
Terjadi sebagai akibat per -temuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya 1. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/ Contoh : meN- + paksa = memaksa peN- + berontak = pemberontak meN- + fitnah = memfitnah

129 2.Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/ Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. Contoh : meN- + tarik = menarik peN- + datang = pendatang meN- + survei = mensurvei

130 3. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah menjadi /ň(ny)/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,ŝ,c,j/. Contoh : meN- + sapu = menyapu meN- + syukuri = mensyukuri (lihat pada buku) peN- + cukur = pencukur (lihat pada buku) peN- + jajah = penjajah (lihat pada buku)

131 4. Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN berubah menjadi /η/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /k,g,x,h, dan vokal/. Contoh : meN- + kacau = mengacau peN- + gali = penggali peN- + khayal = pengkhayal meN- + hias = menghias

132 5. Fonem /r/ pada morfem ber- dan per- mengalami perubahan menjadi fonem /l/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berupa morfem ajar. contoh: ber- + ajar  belajar per- + ajar  pelajar 6. Fonem /?/ pada morfem ke-an, peN-an, dan –i mengalami perubahan menjadi fonem /k/ sebagai akibat pertemuan dengan bentuk dasarnya berakhir dengan fonem /?/. contoh: ke-an + duduk  kedudukan peN-an + petik  pemetikan rusak + -i  rusaki

133 Proses penambahan fonem
Terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku kata, contoh:bom, las, cat, bur. Fonem tambahan /ə/ sehingga meN- berubah menjadi menge- Fonem tambahan /ə/ sehingga peN- berubah menjadi penge-

134 B. Terjadi akibat pertemuan morfem –an, ke-an, dan peN-an dengan bentuk dasarnya.
1. Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/. contoh: -an + terka  terkaan /terka?an ke-an + raja  kerajaan / keraja?an peN-an + ada  pengadaan / pengada?an 2. Terjadi penambahan fonem /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem /u,o,aw/. contoh: ke-an + pulau  kepulauan /kepulawwan peN-an + toko  pertokoan / pertokowan per-an + temu  pertemuan /pertemuwan 3. Terjadi penambahan fonem /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan fonem /i, ay/. contoh: -an + hari  harian / hariyan ke-an + pandai  kepandaian / kepandayyan

135 Proses penghilangan fonem
1.Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w, dan nasal/. Contoh : meN- + lerai = melerai peN- + ramal = peramal meN- + yakinkan = meyakinkan peN- + warna = pewarna meN- + nganga = menganga

136 ber- + renang = berenang ter- + perdaya = teperdaya
2. Fonem /r/ pada morfem ber-, per-, dan ter- hilang akibat pertemuan morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /ər/ Contoh : ber- + renang = berenang ter- + perdaya = teperdaya per- + ramping = peramping

137 peN- + karang = pengarang
3. Fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem hilang sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu. Contoh : meN- + paksa = memaksa meN- + tulis = menulis meN- + sapu = menyapu peN- + karang = pengarang

138 Catatan: Hilangnya fonem tidak terjadi pada bentuk dasar yang berprefiks. Hilangnya fonem juga tidak terjadi pada bentuk dasar kata-kata berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.

139 PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA)
MORFOLOGI Pertemuan 13 PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) MEKAR ISAMYANI

140 Penggolongan Kata Menurut Pakar
Slametmulyana 1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatra sebutan. 2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan. 3. Kata-kata pembantu regu II 4. Kata-kata pembantu pertalian

141 Kata Keadaan Kata Kerja
1. Kata-kata yang pada hakekatnya hanya melakukan jabatan gatra sebutan. Contoh: Besar Sukar Sibuk Jauh dll. Kata Keadaan Kata kerja buntu: jatuh, menangis Kata Kerja Kata kerja langsung: menggali, membaca Kata kerja sambung: cinta, pada cinta kepada ayah.

142 Kata pemisah: yang, tempat. Kata ganti diri dan milik.
Kata Benda: Kata benda nyata: batu, orang ,laut. Kata benda tidak nyata: keindahan, kebesaran. Kata Ganti: Kata penunjuk: ini, itu. Kata pemisah: yang, tempat. Kata ganti diri dan milik. Kata ganti tanya. Kata ganti sesuatu. 2. Kata-kata yang dapat melakukan jabatan gatra pangkal dan gatra sebutan. Kata Golongan: Bilangan pokok: satu,sebelas. Bilangan bantu: batang, biji. Bilangan tak tentu: banyak, sedikit. Bilangan himpunan: ketika. Bilangan tuturan: kedua, ketiga. Bilangan pecahan: setengah, seperempat.

143 3. Kata-kata pembantu regu II
Kata-kata yang menjelaskan tempat kedudukan kata benda: ini, itu. 3. Kata-kata pembantu regu II Kata-kata yang menunjukkan kekianan: dua, tiga. Kata-kata keadaan dan kata benda yang memberikan penjelasan: kaya pada orang kaya.

144 Anton M. Moeliono 1. Rumpun nominal: rumpun yang diingkari oleh kata bukan dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut. 2. Rumpun verbal: rumpun yang diingkari oleh kata tidak dalam suatu konstruksi endosentrik beratribut. 3. Rumpun partikel: preposisi, konjungsi, penunjuk kecaraan (modalita), penunjuk segi, penunjuk derajat yang berdistribusi preverbal.

145 PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) BAGIAN II
MORFOLOGI Pertemuan 14 PENGGOLONGAN KATA (KELAS KATA) BAGIAN II MEKAR ISAMYANI

146 ALIRAN TRADISIONAL ALIRAN LINGUISTIK ALIRAN STRUKTURAL
TATA BAHASA TRADISIONAL ALIRAN LINGUISTIK ALIRAN STRUKTURAL TATA BAHASA STRUKTURAL

147 ALIRAN TRADISIONAL ALIRAN STRUKTURAL
Kata-kata dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan struktur Semua kata yang dapat mengisi formula TIDAK adalah kata kerja (verba) Semua kata yang mengisi formula BUKAN adalah kata benda (nomina) Semua kata yang mengisi formula SANGAT adalah kata sifat/keadaan (adjektiva) Kata-kata dikelompokkan atau diklasifikasikan berdasarkan kriteria semantik dan kriteria fungsi Kriteria SEMANTIK digunakan untuk mengklasifikasikan kelas verba, nomina, dan adjektiva. Kriteria FUNGSI digunakan untuk mengklasifikasikan kelas preposisi, konjungsi, seru, ganti, sandang, dan bilangan

148 TOKOH ALIRAN TRADISIONAL
PLATO ARISTOTELES onoma dan rhema Onoma, rhema, dan sindesmoy

149 SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA
TOKOH ALIRAN TRADISIONAL DI INDONESIA C. A . MEES HARIMURTI KRIDALAKSANA TARDJAN HADIDJAJA

150 KELAS KATA TRADISIONAL
VERBA PREPOSISI NOMINA PRONOMINA AJEKTIVA KELAS KATA TRADISIONAL INTERJEKSI ADVERBIA ARTIKULA NUMERALIA KONJUNGSI

151 TOKOH ALIRAN STRUKTURAL
FERDINAND DE SAUSSURE L. BLOOMFIELD

152 TOKOH ALIRAN STRUKTURAL DI INDONESIA HARIMURTI KRIDALAKSANA
SLAMET MULYANA TOKOH ALIRAN STRUKTURAL DI INDONESIA HARIMURTI KRIDALAKSANA GORYS KERAF HASAN ALWI

153 KATA BENDA (NOMINA,PRONO- MINA, NUMERALIA)
HASAN ALWI DKK KATA BENDA (NOMINA,PRONO- MINA, NUMERALIA) KATA TUGAS (PREPOSISI, ARTIKULA, KONJUNGSI, INTERJEKSI, PARTIKEL) KATA KERJA (VERBA) KELAS KATA STRUKTURAL KATA KETERANGAN (ADVERBIA) KATA SIFAT (AJEKTIVA)

154 MENURUT ABDUL CHAER KRITERIA KLASIFIKASI KATA
KELAS KATA TERBUKA  kelas yang keanggotaannya dapat bertambah atau berkurang sewaktu-waktu (NOMINA, VERBA, AJEKTIVA) MENURUT ABDUL CHAER KRITERIA KLASIFIKASI KATA KELAS KATA TERTUTUP ( PRONOMINA, ADVERBIA, PREPOSISI, KONJUNGSI, ARTIKULA)

155 CIRI-CIRI KATA BENDA (NOMINA)
DILIHAT DARI ADVERBIA PENDAMPINGNYA Tidak dapat didahului oleh negasi TIDAK Tidak dapat didahului oleh derajat AGAK (LEBIH, SANGAT, PALING) Tidak dapat didahului oleh kata WAJIB Dapat didahului oleh kata jumlah (SATU, SEBUAH, SEBATANG, SEEKOR, dsb) Afiks-afiks pembentuk kata benda (pe-, per-, pe-an, per-an, ke-an, -an) DILIHAT DARI SEGI SEMANTIK Komponen makna NAMA DIRI Komponen makna NAMA PERKERABATAN Komponen makna NAMA PENGGATI Komponen makna NAMA JABATAN Komponen makna NAMA GELAR Komponen makna NAMA PANGKAT Komponen makna NAMA INSTITUSI Komponen makna NAMA (BINATANG, TUMBUHAN, BUAH-BUAHAN) Komponen makna PERALATAN Komponen makna MAKANAN + MINUMAN Komponen makna GEOGRAFI Komponen makna KEGIATAN

156 CIRI-CIRI KATA KERJA (VERBA)
DILIHAT DARI ADVERBIA PENDAMPINGNYA Dapat didahului oleh negasi TIDAK dan TANPA Dapat didampingi negasi BUKAN dengan syarat berada dalam konstruksi konstratif (bukan menangis) Dapat didampingi adverbia jumlah (kurang, sedikit, cukup) Dapat didampingi oleh kata SERING, JARANG, KADANG-KADANG Tidak dapat didampingi oleh adverbia derajat (agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali) Tidak dapat didahului oleh kata jumlah (SATU, SEBUAH, SEBATANG, SEEKOR, dsb) Dapat didampingi oleh adverbia kala (sudah, sedang, tengah, lagi, akan, hendak, mau) Afiks-afiks pembentuk kata kerja (ber-an, ber-, ber-kan, me- , me-kan, me-i, memper-, ter-, ter-kan, ter-i, -kan, -I, ke-an) Berfungsi sebagai predikat atau inti predikat Mengandung makna perbuatan (aksi) proses atau keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- untuk menyatakan makna paling (terhidup, termati, terpingsan  tdk ada) Tidak dapat bergabung dengan kata petunjuk kesangatan (agak, sangat, amat) Mengandung makna perbuatan

157 CIRI-CIRI KATA SIFAT (AJEKTIVA)
Dapat bergabung dengan partikel tidak Mendampingi nomina Didampingi partikel (lebih, sangat, agak) Mempunyai ciri-ciri morfologis –er (honorer), -if (sensitif), -i (alami) Dibentuk nomina dengan konfiks ke-an (keadilan, kehalusan, keyakinan) Dalam gabungan kata menduduki posisi awal di muka kata benda

158 Berprefiks se-: sebagian, seberapa
Berprefiks se dengan reduplikasi : sekali-kali, semena-mena Berkonfiks se-nya: seharusnya, sesungguhnya Berkonfiks se-nya dengan reduplikasi: selambat-lambatnya Dari segi makana Jenis adverbia :

159 Kelas negasi/ingkar(tidak, bukan, tiada, tak, tanpa)
Kelas frekuensi (sering, jarang, kadang-kadang, selalu, sekali-kali, acapkali) Kelas kuantitas/jumlah (banyak, sedikit, cukup, kurang, semua, sebagian, seluruh, beberapa) Kelas derajat/kualitas (agak, cukup, lebih, kurang, sangat, paling, sedikit, sekali) Kelas waktu/kala (sudah, sedang, lagi, akan, setelah, mau, setiap, hendak, tengah) Kelas keselesaian (sudah, baru, belum, sedang) Kelas pembatasan (hanya, saja) Kelas keharusan (boleh, wajib, harus, mesti) Kelas kepastian (pasti, tentu, mungkin, barangkali)

160 TERIMA KASIH


Download ppt "MORFOLOGI BAHASA INDONESIA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google