Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Perkembangan Sosial Psikologi Anak Usia Dini

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Perkembangan Sosial Psikologi Anak Usia Dini"— Transcript presentasi:

1 Perkembangan Sosial Psikologi Anak Usia Dini
Unita Werdi Rahajeng –

2 Perkembangan Psiko-Sosial: Erik Erikson
Stage 1 : Basic Trust vs Mistrust Stage 2 : Autonomy vs Shame-Doubt Stage 3 : Initiative vs Guilt Stage 4 : Industry vs Inferiority

3 PERKEMBANGAN EMOSI

4 Perkembangan Emosi Reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis & tingkah laku. Perkembangan emosi terjadi secara bertahap: sederhana  rumit. Merupakan elemen dasar kepribadian. Emosi muncul dalam bentuk: ekspresi wajah, aktivitas motorik, bahasa tubuh, dan perubahan fisiologis. Elemen emosi: Biologis, Kognitif, Budaya.

5 Tanda-tanda Pertama Emosi
Bayi baru lahir – menunjukkan dengan jelas bila mereka tidak senang – menangis, menggerakkan tangan & kaki, dan mengakukan tubuh. Bulan pertama – tenang ketika mendengar suara seseorang / ketika digendong, & tersenyum ketika tangan digerakkan untuk bermain puk ame-ame. Seiring berjalannya waktu – bayi lebih merespon terhadap orang sekitarnya  tersenyum, mengeluarkan bunyi tanpa arti, menjamah, mendekati mereka. Bayi menyampaikan pesan – respon  menumbuhkan rasa keterikatan  mampu berpartisipasi aktif dalam mengatur kehidupan emosional mereka. Mengidentifikasi emosi bayi – menantang – bayi belum bisa menyampaikan apa yang mereka rasakan.

6 Emosi Bayi Menangis – cara terkuat/kadang satu2nya bagi bayi u/ mengkomunikasikan kebutuhannya. Tangisan lapar, tangisan marah, tangisan sakit, & tangis frustasi (Wood & Gustafson, 2001). Tersenyum – senyum kecil paling dini terjadi secara spontan segera setelah lahir - merupakan aktivitas system saraf subkortikal – sering muncul pada periode tidur REM – berkurang pada usia tiga bulan pertama dg makin matangnya jaringan korteks (Sroufe, 1997). Carroll Izard dkk memvideokan ekspresi wajah bayi – senang, sedih, tertarik, dan takut, marah, terkejut, serta jijik (1980)  ekspresi emosi mirip seperti orang dewasa.  emosi dasar

7 Emosi Usia Dini Memahami & mengatur emosi sendiri membantu kompetensi sosial anak, kemampuan mereka u/ akur dg orang lain (Denham et al., 2003). Bagian dari kebingungan anak kecil – kesulitan untuk mengenali reaksi emosi yang bersamaan. Masa kanak-kanak tengah – anak memperoleh pemahaman yg lebih canggih mengenai emosi yang berbarengan & kemampuan yg lebih u/ mengaturnya.

8 Temperamen Disposisi karakteristik / gaya / bagaimana individu bereaksi terhadap berbagai situasi. Temperamen memiliki dimensi emosional. Tetapi temperamen relatif konsisten dan menetap. Temperamen membentuk perkembangan kepribadian seseorang. Temperamen: Easy Child, Difficult Child, Slow to Warm up. Temperamen berkembang bersamaan dengan munculnya berbagai emosi dan kapasitas regulasi regulasi diri (Rothbart et al, 2000) dan dapat berubah sebagai respon terhadap sikap & perlakuan orang tua (Belsky, Fish, & Isabella, 1991).

9 Self Concept Citri diri – gambaran utuh tentang kemampuan dan sifat diri. Menggambarkan apa yg kita ketahui & rasakan tentang diri kita dan memandu tindakan kita. Pengasuhan, responsivitas, emosi yg menyenangkan/tidak terkait dg pengalaman sensorimotorik berperan penting dalam pengorganisasian diri. Usia 4 – 10 bln  bayi belajar meraih, menggenggam, & membuat berbagai hal terjadi – Sense of Personal Agency – kesadaran bahwa mereka dapat mengendalikan kejadian eksternal – cikal bakal Self Efficacy (Bandura). Usia 18 – 24 bln - Self Awareness – kesadaran tentang diri sbg makhluk yg berbeda dari yg lain & dapat diidentifikasi – menyadari citra diri / mengenali diri mereka sendiri. Usia 20 – 30 bln  menggunakan kata sebut orang pertama “Aku”, menggunakan istilah deskriptif (mis. Besar, kecil, keriting), dan evaluatif terhadap diri mereka sendiri (mis. Bagus, cantik)

10 Next… Perkembangan konsep diri mengalami lompatan di usia 5 – 7 thn  Self Definition – anak mendeskripsikan diri mereka dg karakteristik kemampuan tertentu. Biasanya anak usia dini menggambarkan diri mereka dengan perilaku konkret dan dapat diamati, karakteristik eksternal seperti tampilan fisik (rambutku panjang, pakai kuteks, dll), kepemilikan (punya kelinci, punya boneka, dll) serta anggota keluarga (ada uti, kung, ayah, bunda, dll), menyebut keterampilan tertentu dan bukan umum (memanjat, menari, dll). Gambaran dirinya sangat positif & tidak realistis. SELF-ESTEEM (HARGA DIRI) - Penilaian yang dibuat seseorang mengenai keberhargaan dirinya sendiri. Internalisasi standar orang tua & sosial penting dlm membentuk & mempertahankan harga diri anak.

11 PERKEMBANGAN GENDER Gender mengacu pada perilaku/ psikososial/ dimensi sosial tentang menjadi laki-laki atau perempuan. Identitas gender (Gender Identity) – kesadaran bahwa seseorang adalah laki-laki atau perempuan. Identitas gender pada kebanyakan anak menjadi lebih jelas pada usia 3 tahun. Peran gender (Gender Role) – seperangkat harapan tentang bagaimana seharusnya perempuan dan laki- laki berpikir, bertindak dan merasa. Misal: anak laki-laki lebih agresif, anak perempuan lebih empatik dan suka menolong. Ayah & ibu memiliki peran psikologis sama penting dalam perkembangan gender anak. Perbedaan gender akan semakin tampak seiring dengan pertambahan usia dan menjadi sangat dipengaruhi lingkungan (misal: anak usia 1 tahun bisa dibedakan antara perempuan dan laki-laki)

12 PERKEMBANGAN MORAL Moral Development  kesepakatan dan aturan mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Sampai usia 9 tahun  preconventional Tingkat Tahap Penalaran Prakonvensional Orientasi hukuman dan ketaatan Individualisme dan tujuan Penalaran Konvensional Norma-norma interpersonal Moralitas sistem sosial Penalaran Pascakonvensional Hak2 masyarakat Vs hak2 individual Prinsip-prinsip etis universal

13 Faktor-faktor Kesuksesan Sosialisasi
Cara orang tua menjalankan tugas mensosialisasikan anak Temperamen anak Kualitas hubungan orang tua – anak (Kochanska, 1993, 1995, 1997, 2002) Kelekatan aman Modelling terhadap orang tua Responsivitas ortu – anak (Kochanska, Aksan, Knaack, & Rhines, 2004; Maccoby, 1992)

14 Attachment (Kelekatan)
Ikatan emosional yg menetap dan timbal balik antara bayi dan pengasuh yang berkontribusi terhadap kualitas hubungan. Memiliki nilai adaptif – memastikan bahwa kebutuhan psikososial & fisik bayi terpenuhi. Kelekatan berhubungan konsep Basic Trust Erikson. Pola Kelekatan: Secure Attachment, Avoidant Attachment, Ambivalent – Resistant Attachment)

15 Pola Kelekatan Keterangan Secure Attachment (kelekatan aman) Pola dimana bayi sedih ketika pengasuh pergi dan senang jika pengasuh kembali. Bayi menggunakan pengasuh sbg dasar rasa aman mereka. Avoidant Attachment (kelekatan menghindar) Pola dimana bayi jarang menangis jika pengasuh pergi dan menghindari kontak dengan pengasuh. Mereka cenderung marah & tidak mencoba menghampiri pengasuh ketika mereka membutuhkan sesuatu. Ambivalent-resistant-attachment (kelekatan ambivalen-resistant) Pola dimana bayi menunjukkan kecemasan cemas sebelum ditinggal pengasuh, gusar ketika tidak ada pengasuh, mencari pengasuh namun ketika pengasuh sudah hadir menolak untuk kontak. Sedikit mengeksplor & sulit u/ ditenangkan.

16 Parenting Styles - Diana Baumrind (1971)

17 Parents Characteristics Child Characteristics
Next… Parenting Styles Parents Characteristics Child Characteristics Authoritarian Less warm Their direction &their effort Spank the child frequently Enforce rules rigidly, no explain Unhappy; Fearful; Anxious; Fail to initiate Weak communication skill Authoritative Encourages children to be independent but still places control & limit Pleasure & support child’s behavior Cheerful; Self-controlled; Achievement-oriented Friendly with peers; Cooperate with adult Cope well with stress Neglectful very uninvolved in the child’s life poor self control low self-esteem immature Alienated from family Indulgent Highly involved with their child Place few demands or controls (believe that their style will produce a creative & confident child) Domineering Egocentric Have diffculties in peer relation Never learn to control behavior

18 SIBLING Hubungan saudara kandung memainkan peras khusus dalam sosialisasi (Vandell, 2000). Konflik saudara kandung meningkat setelah usia anak yg lebuh muda menginjak 18 bln (Vandell & Bailey, 1992). Seiring berkembangnya pemahaman sosial & kognitif, konflik saudara kandung semakin konstruktif. Konflik konstruktif  membantu anak untuk mengenal kebutuhan, keinginan, dan sudut pandang masing-masing, belajar berjuang, berselisih paham, & berkompromi dalam konteks yang benar.

19 TEMAN SEBAYA Positif Negatif Menjadi klik – eksklusif & inklusi.
Mengembangkan ketrampilanyg diperlukan u/ sosiabilitas & keintiman Meningkatkan hubungan Mendapatkan perasaan memiliki Positif Menjadi klik – eksklusif & inklusi. Memperkuat prasangka (Prejudice) Mendorong kecenderungan antisosial Negatif

20 Tahap perkembangan hubungan sebaya pada masa kanak-kanak
Batita  sebelum umur 3 tahun  bermain di area yang sama, jam yang sama tanpa interaksi sosial yang nyata Balita  sekitar 3 tahun  mulai membentuk ‘real friendship’ (teman yang memiliki kualitas spesial dan saling berbagi) Usia 3 – 12 tahun  anak lebih suka menghabiskan waktu dengan teman bermain sejenis kelamin Masuk SD  anak bermain, berkelompok & membina persahabatan Klik  kelompok kecil yang berkisar antara individu dan rata-rata 5 – 6 individu. Biasanya memiliki jenis kelamin yang sama, usia kira-kira sama. Klik terbentuk karena terlibat dalam aktivitas yang sama & karena pertemanan Crowd  struktur kelompok yang lebih besar dari klik, kurang personal daripada klik

21 Terima Kasih SAMPAI JUMPA DI EVALUASI 1 PERTEMUAN MINGGU DEPAN.


Download ppt "Perkembangan Sosial Psikologi Anak Usia Dini"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google