Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Jaringan Telekomunikasi Sukiswo Jartel, Sukiswo
2
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Design guidance untuk transmission planning berdasar rekomendasi ITU (berlaku untuk transmisi telephony & telegraphy) The overall signal volume (telephony) or data rate (data) at all points di dalam jaringan The control of signal loss dan stability The limits dari acceptable signal propagation time The limit dari acceptable noise Pengontrolan echo dan sidetone The minimization of signal distortion , crosstalk dan interferensi Jartel, Sukiswo
3
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Antisipasi echo, singing dan crosstalk disisi pesawat telephone set Berdasarkan pengujian oleh British Telecom yang direkomendasikan oleh ITU : impedansi terminal diusahakan mendekati suatu sirkit resistor seri (R1) + resistor paralel (R2) + kapasitor paralel (C1) dimana R1 = 370 Ohm, R2 = 620 Ohm, dan C = 310 nF Penanganan sidetone dan echo disisi terminal dengan balance transformer. Tetapi balance transformer menimbulkan redaman telephone menjadi tidak bisa diabaikan. Dalam perencanaan jaringan akses diasumsikan redaman kirim dari telephone set adalah sekitar 0,5 s.d 1,5 dB. Jartel, Sukiswo
4
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Antisipasi echo & singing Echo dlm telephhony adalah kembalinya suara pembicara (talker) atau dengan kata lain pemantulan suara. Secara teknis terjadi karena mismatched impedance Faktor yg harus diantisipasi adalah kekerasannya & hal ini berkaitan dengan return loss. Singing adalah akibat osilasi karena positif feedback dalam telephone yang disebabkan rangkaian amplifier Secara teknis terjadi dalam sistem multipleksing, misal pada FDM yg overload. Faktor yg harus diantisipasi dalam singing adalah berkaitan dengan propagation delay Jartel, Sukiswo
5
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Antisipasi echo & singing Dalam teknik transmisi ukuran bahwa reflected signal diredam semakin besar akan semakin baik dinyatakan dengan return-loss Return-loss : Dalam rekomendasi ITU disebut balance return loss (CCITT Recs. G.122 : balance return loss untuk kanal Hz sebaiknya > 11 dB Agar singing tidak mengganggu, minimum loss untuk jaringan nasional = 10 dB dan untuk jaringan lokal = 4 dB (CCITT Recs. G.122) Jartel, Sukiswo
6
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Antisipasi crosstalk di jarlokab : Mutual capacitance untuk jarlokab : sekitar 40 sd 50 nF /km panjang kabel Loading system : H-44 ; H-66 ; H-88 dll Jartel, Sukiswo
7
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Limitassi signallling dalam jarlokab berbasis centralized battery : L ≤ Resistance limit / cable loop resistance L = panjang kabel maksimal (diukur dari sentral sd telephone set) Resistance limit = tahanan maksimum kabel yang diperbolehkan oleh sentral. Resistansi limit sentral analog sekitar 1300 – 1900 Ohm, untuk sentral digital sekitar Ohm Cable loop resistance diukur dengan satuan Ohm /km panjang kabel. Kabel yang diproduksi di Indonesia sekitar 69 sd 123 Ohm/km Jartel, Sukiswo
8
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Limitassi Transmisi dalam jarlokab : SCRE Lokal ≥ YL + redaman terminal + redaman sirkit lain YL = redaman kabel = redaman kabel persatuan panjang kabel (α) dikalikan panjang kabel. Kabel di Indonesia α sekitar 0,71 sd 1,23 dB/km SCRE = Sending Corrected Reference Equivalent, dinyatakan dalam dB. SCRE Indonesia = 15,5 dB Redaman terminal sekitar 0,5 sd 1,5 dB, mikrophone arang relatif memperbesar redaman Redaman sirkit lain : Redaman PABX sekitar 1 dB Tambahan redaman facsimile sekitar 0,5 dB Tambahan redaman komputer + modem sekitar 0,5 dB Redaman sirkit DSL diabaikan Jartel, Sukiswo
9
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Antisipasi terhadap Distorsi di jarlokab menggunakan equalizer. Rekomendasi ITU : differential attenuation maksimum = 9 dB Frequency Distortion Equalizer Group Delay Equalizer Jartel, Sukiswo
10
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Lokasi sentral telephone dalam jarlokab menggunakan center of gravity method, atau di Indonesia sering disebut dengan teknik copper center sbb : Bagi suatu local area ke dalam square kecil dengan ukuran 100 – 500 m Lakukan demand forecasting untuk setiap square Jumlahkan demand pada square secara horisontal (Sh) dan jumlahkan secara vertikal (Sv). Jumlahkan secara kumulatif dari Sh (didapat Ch) dan secara kumulatif Sv (didapat Cv) Lokasi sentral : square berkoordinat (Ch,Cv) dimana Ch dan Cv paling mendekati ½ total demand Jartel, Sukiswo
11
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Contoh penerapan cooper center = center of gravity Sh Ch 500 1300 1800 1700 3500 400 3900 demand 40 100 180 80 300 400 60 200 700 620 120 20 Sv 300 700 1300 1200 400 Cv 1000 2300 3500 3900 Boundary satu sentral lokal Jartel, Sukiswo
12
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Contoh penerapan cooper center = center of gravity Letak Sentral Lokal demand 40 100 180 80 300 400 60 200 700 620 120 20 ½ total demand = 1950 Jartel, Sukiswo
13
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Perencanaan jarlokab (1) Jarlokab bertopologi star, setiap terminal mendapat akses 1 kabel Saluran primer = kabel penghubung antara sentral dan RK Saluran sekunder = kabel penghubung antara RK dan DP Drop Wire = kabel penghubung antara DP dan KTB House Wiring = kabel penghubung antara KTB dan terminal Jartel, Sukiswo
14
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Perencanaan jarlokab (2) Perencanaan saluran primer Buat peta saluran primer di pinggir jalan-jalan utama dan jalan besar (iterasi 1) Pindahkan data demand per square ke dalam peta saluran primer Rencanakan posisi RK, hitung kapasitas RK dan beri nama RK secara sistematis Lakukan iterasi 2 dst bila setelah dibuat peta saluran sekunder , ada yg perlu disempurnakan Jartel, Sukiswo
15
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Contoh Peta Saluran Primer (Gambar tidak lengkap) Sentral Lokal RKA RKB RKC RKD RKE RKAA 800 m (1600 p) 500 p 1260 m (1100 p) 1100 p RKCA RKDA RKDB RKEA RKEB Jartel, Sukiswo
16
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Perencanaan jarlokab (3) Perencanaan saluran Sekunder Buat peta saluran sekunder di pinggir jalan-jalan yg blm tercakup dalam peta saluran primer (iterasi 1) Pindahkan data demand per square ke dalam peta saluran sekunder Rencanakan posisi DP, hitung demand tiap DP dan beri nama secara sistematis Lakukan iterasi 2 dst. Jartel, Sukiswo
17
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Perencanaan jarlokab (4) Pembuatan diagram garis dalam perhitungan BQ Buat diagram garis berupa garis (sbg interprestasi kabel primer dan sekunder), lengkapi tiap garis dengan informasi kapasitas, jenis kabel dan panjang kabel Lengkapi diagram garis dengan semua RK dan DP yg ada, lengkapi informasi nama dan kapasitas tiap RK dan DP Uraikan diagram garis dalam tabel BQ Lakukan perhitungan BQ (Bill of Quantity) Jartel, Sukiswo
18
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Contoh Diagram Garis (tidak lengkap) Sentral Lokal RKA RKB RKAA DPAA1 DPAA2 DPAA3 DPAA4 800 m (1600 p) 220 m (200 p) 250 m (300 p) 1260 m (1100 p) 460 m (250 p) 680 m (350 p) 520 m (300 p) 500 m (200 p) Jartel, Sukiswo
19
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Contoh BQ (tidak lengkap) No. Elemen Jumlah Harga Satuan (ribu Rupiah) Jumlah Harga 1. Jaringan Primer 1. LE –RKA (1600 p) 2. sd. 11 800 m 34.00 2. Jaringan Sekunder 1. RKA-DPA (1200 p) 2. dst. 220m 28.00 3. Accessories a. Rumah Kabel b. Distribution Point c. dst. 4. Biaya Perencanaan 5. Ongkos Kerja 6. Construction & Management Jartel, Sukiswo
20
Dasar Perencanaan Jaringan Akses
Perencanaan Jarlokab Perencanaan saluran penanggal (drop wire) : Dilakukan setelah pembangunan jaringan primer dan sekunder selesai Dilakukan sesuai data calon pendaftaran pelanggan Perencanan House Wiring : dilakukan instalatir jaringan Instalasi kabel di dalam rumah pelanggan Merupakan milik pelanggan, menyesuaikan pelanggan walaupun ada standarnya Menggunakan kabel yang matched impedance Jartel, Sukiswo
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.