Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSucianty Indradjaja Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
ANALISIS PASAR TENAGA KERJA SALON
Alhayyu Shafira Wahyu Putri (16/394542/SP/27148) Fatma Rahmalia Hanifah (16/394552/SP/27158) M. Gamma Haezy (16/394565/SP/27171) Anindita Paramastri (16/395809/SP/27298) Lucke Haryo S.P. (16/399289/SP/27422) M. Idham Barieq (16/399291/SP/27424) M. Irsyad Abrar (16/399296/SP/27429)
2
Salon merupakan salah satu penyedia jasa perawatan tubuh yang akhir-akhir ini meningkat popularitasnya. Peminat salon kini tidak hanya datang dari satu golongan saja, terbukti dengan jumlah peminatnya yang semakin bertambah baik di kalangan laki-laki maupun perempuan. Dengan popularitas tersebut, bisnis salon menjadi berkembang di berbagai daerah, terutama di Kota Yogyakarta
3
BADDY SALON Jl. Affandi Blok CTX, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
4
Baddy Salon sebagai Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja adalah suatu pasar yang mempertemukan permintaan dan penawaran akan tenaga kerja Penawaran Permintaan penawaran tenaga kerja adalah suatu kondisi dimana jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu Permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan.
5
Aktor-aktor Pemilik usaha salon
Bapak Baddy selaku pemilik usaha salon dikatakan sebagai konsumen tenaga kerja karena ia membeli keterampilan yang dimiliki kapster dengan cara mempekerjakannya dan memberi balas jasa berupa upah. Karyawan (kapster) Karyawan atau biasa disebut dengan istilah kapster sebagai produsen tenaga kerja karena melakukan penawaran tenaga kerja kepada pemilik salon atas keterampilan yang dimiliki. Pelanggan
6
Teori neo-klasik Teori ini didasarkan pada asas nilai pertambahan marginal faktor produksi dimana upah merupakan imbalan atas pertambahan nilai produksi yang diterima pengusaha dari karyawan, kemudian teori neo-klasik ini menekankan bahwa upah dibayar oleh pengusaha sesuai dengan produktivitas yang diberikan oleh tenaga kerja
7
Hubungan Teori Neo Klasik dengan Fokus Kapster sebagai Tenaga Kerja
Besarnya upah dari kapsternya sesuai dengan kualifikasinya dan bagaimana produktivitasnya dalam bekerja Terdapat hal mempengaruhi besarnya upah tenaga kerja kapster contohnya jika mereka ingin mengajukan cuti maka upah mereka perlu dikorbankan sekian persen untuk menggantikan jam kerja mereka. Produktivitas tenaga kerja kapster pun akan menurun jika jam kerja mereka berkurang, maka hal ini dapat dikaitkan dengan teori neo-klasik dimana produktivitas mempengaruhi besarnya upah yang diberikan oleh pemilik usaha. Ada kesepakatan ketenagakerjaan yang menyepakati kualifikasi tenaga kerja yang ditawarkan pada satu nilai harga tertentu yang harus dibayarkan oleh konsumen.
8
Mobilitas Sosial sesuai dengan informasi yang diterima dari narasumber, bahwa meningkatkan skill yang didapat dari kegiatan workshop dsb seringkali ditujukan sebagai modal awal dalam merintis usaha milik pribadi secara independen. Berdasarkan teori mobilitas sosial maka dapat dilihat bahwa berbagai upaya peningkatan keterampilan yang dilakukan Ellys dengan tujuan akhir untuk menjadi seorang pemilik salon ini, ditujukan untuk tercapainya mobilisasi sosial secara vertikal ke atas.
9
Mobilitas Sosial (2) Mobilitas sosial lainnya kemudian ditunjukkan oleh Bapak Baddy selaku pemilik salon yang dulunya merupakan seorang kapster di Salon Rudy yang dimiliki oleh Rudy Hadisuwarno selama delapan tahun dan kini akibat tekad yang kuat, beliau bisa memiliki salon nya sendiri.
10
Kesimpulan Pasar tenaga kerja akan selalu mengalami rotasi yang bersifat dinamis. Dalam artian bahwa tak selamanya aktor yang berperan sebagai produsen tenaga kerja tetap stagnan pada posisinya.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.