Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT"— Transcript presentasi:

1 STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT
Seminar Hasil Penelitian KKP3T 2010, 30 November 2010 di Jakarta MODEL SISTEM PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN PENDEKATAN OPTIMASI LAHAN DI WILAYAH BERIKLIM KERING MENCAPAI KEMANDIRIAN PANGAN > 95% BERKELANJUTAN: STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT Tim Peneliti: WIDIATMAKA (IPB) SUPIANDI SABIHAM (IPB) BAMBANG PRAMUDYA (IPB) I WAYAN RUSASTRA (PSE-KP) MOH. NAZAM (BPTP-NTB) KERJASAMA KEMITRAAN: BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 Perumusan masalah Aspek Lingkungan
Kondisi Usahatani Padi di Provinsi NTB Aspek Ekonomi Aspek Sosial Aspek Kelembagaan Kondisi Usahatani Padi Sawah Kondisi Usahatani Padi Ladang Aspek Teknologi Penduduk, Agroindustri, Cadangan, Benih, Ekspor Konversi Lahan Sawah Tidak Terkendali Ketersediaan Air Semakin Terbatas Luas Usahatani Komoditas Non Padi Meningkat Kebutuhan Lahan dan Produksi Padi Meningkat Lahan Usahatani Padi Sawah Mengalami Tekanan (Luas Baku Sawah dan IP) Produktivitas Padi Stagnan (Levelling off) Luas Panen Padi Sawah Menurun Produksi Padi Sawah Tidak Bisa Ditingkatkan Produksi Padi Tidak Mencukupi Kebutuhan (Kemandirian Pangan Tidak Tercapai)

3 Tujuan Penelitian: Tujuan jangka panjang : merumuskan model sistem produksi padi sawah yang mengintegrasikan optimasi lahan sawah dan secara integratif mempertimbangkan komponen ekologi, ekonomi, sosial, kebijakan, kelembagaan, infrastruktur dan teknologi untuk selanjutnya digunakan sebagai tools perumusan kebijakan yang tepat guna mencapai kecukupan pangan > 95% berkelanjutan di Prov. NTB. Tujuan spesifik: (Tahun 1) Menganalisis kapasitas produksi padi sawah dan kebutuhan konsumsi beras regional di NTB; Menilai indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah existing dengan luas lahan sebagai determinan di wilayah beriklim kering berbasis luas lahan optimal; Menyusun model sistem produksi padi sawah berbasis luas lahan optimal di wilayah beriklim kering mencapai kemandirian pangan berkelanjutan, dan Merumuskan alternatif kebijakan bagi langkah dan tindakan yang tepat pada tiap-tiap komponen model untuk mencapai kecukupan pangan >95% secara berkelanjutan. (Tahun 2) Menganalisis skala usahatani padi sawah yang optimal untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan peluang kerja petani;

4 Keluaran: Keluaran utama: Model komprehensif sistem produksi padi sawah yang pada wilayah beriklim kering mencapai kemandirian pangan > 95% berkelanjutan; Keluaran spesifik: (Tahun 1) Kapasitas produksi dan kebutuhan konsumsi regional Nilai indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah eksisting condition; Atribut sensitif yang berpengaruh terhadap nilai indeks dan status keberlanjutan sistem produksi padi sawah pada wilayah beriklim kering, Model sistem produksi padi sawah pada wilayah beriklim kering mencapai kemandirian pangan berkelanjutan, dan Skenario-skenario pilihan prospektif sistem produksi padi sawah pada wilayah beriklim kering mencapai kecukupan pangan berkelanjutan. (Tahun 2) Skala luas usahatani padi sawah yang optimal spesifik lokasi

5 Manfaat Penelitian: Model yang dihasilkan dapat digunakan sebagai penunjang pengambilan keputusan dalam penentuan prioritas kebijakan dalam rangka mewujudkan sistem produksi padi dengan pendekatan optimasi lahan pada wilayah beriklim kering mendukung kemandirian pangan regional yang berkelanjutan. Skenario dapat dipilih (an. Sistem dinamis & prospektif) untuk penentuan alternatif model kebijakan yang ditawarkan untuk mencapai sasaran jangka menengah dan jangka panjang (sampai tahun 2025)

6 Waktu penelitian: 2 tahun (2010 - 2011)
MATERIAL DAN METODA Tempat Penelitian: Provinsi Nusa Tenggara Barat. Data primer: 3 kabupaten, masing-masing pada 3 tipologi lahan (irigasi teknis, semi teknis, tadah hujan) Waktu penelitian: 2 tahun ( )

7 MATERIAL DAN METODE Jenis, sumber, metoda pengumpulan data Data : sekunder dan primer. Data sekunder: desk study berbagai sumber (BPS, jurnal ilmiah, laporan penelitian, prosiding, laporan Dinas/Instansi, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi) Data primer: survei dan interview dengan kuesioner semi terstruktur. Responden: petani di 3 tipologi lahan di 3 lokasi terpilih. Setiap tipologi lahan diwakili 1 kelompok tani (15 orang), dipilih acak (Total responden: 135 orang). Pengumpulan pendapat pakar dan stakeholders: wawancara menggunakan daftar pertanyaan, brain-storming dan FGD.

8 Pendekatan Metodologik
Basis Pengetahuan Kebijakan Pemerintah Pendapat Pakar Status Keberlanjutan Faktor Sensitif Yang Mempengaruhi Sistem Produksi Padi Goal yang ingin dicapai Tujuan Penelitian Studi Pustaka Pra Survey Pakar Analisis Kebutuhan Stakeholder Formulasi Permasalahan Faktor Dominan dari Stakeholder Analisis Prospektif Faktor Dominan Dari Pakar dan Basis Pengetahuan Analisis Keberlanjutan L Analisis Optimasi Analisis Kapasitas Produksi dan Kebutuhan Konsumsi

9 Pendekatan Metodologik
Ya Faktor Dominan dari Pakar dan Stakeholder Sub-Sub Model Sistem Dinamis Sistem Produksi Padi Sawah Model Sistem Produksi Padi Sawah Pada Wilayah Beriklim Kering Mendukung Kemandirian Pangan Berkelanjutan Validasi Model Implementasi Model dan alternatif kebijakan Tidak Analisis Sistem Dinamis L

10 Jenis data, sumber dan cara pengumpulan data primer
Jenis Data Primer Sumber Data Cara Pengumpulan Dimensi ekologi: (1) luas hutan, (2) luas areal padi sawah kekeringan, (3) potensi lahan sawah, (4) kesesuaian lahan, (5) kesuburan lahan sawah, (6) frekuensi dan intensitas serangan OPT, (7) luas baku sawah, (8) perluasan areal sawah baru, (9) kondisi iklim, (10) areal sawah terkena banjir, dan (11) sumber dan debit air. Lapangan, responden (petani, pakar, stakeholder) Pengambilan contoh tanah, Pengamatan, Wawancara Dimensi ekonomi: (1) luas penguasaan lahan, (2) pemasaran, (3) ketersediaan modal petani, (4) nilai tukar petani (NTP), (5) produk domestik regional bruto (PDRB), (6) pendapatan usahatani padi, (7) ketersediaan sarana produksi, (8) harga sarana produksi, (9) harga gabah, (10) biaya tenaga kerja usahatani padi sawah, (11) produksi padi, dan (12) produktivitas padi sawah. Responden Wawancara Dimensi sosial: (1) jumlah rumah tangga petani; (2) pendidikan formal KK tani; (3) pendidikan formal wanitatani; (4) jumlah RT petani yang mendapat penyuluhan; (5) pertumbuhan penduduk; (6) jumlah buruh tani; (7) konsumsi beras per kapita tahun-1; (8) konversi lahan sawah; (9) aksesibilitas transportasi desa; (10) aksesibilitas komunikasi desa, dan (11) desa wilayah pertanian tanaman pangan

11 Jenis data, sumber dan cara pengumpulan data primer
Jenis Data Primer Sumber Data Cara Pengumpulan Dimensi kebijakan dan kelembagaan: (1) kelembagaan saprodi; (2) kelembagaan pasar; (3) kelembagaan petani; (4) dukungan kebijakan pemerintah; (5) kelembagaan pengendalian OPT; (6) kelembagaan litbang; (7) kelembagaan perbenihan; (8) kelembagaan penyuluhan, dan (9) kelembagaan permodalan Responden Wawancara Dimensi infrastruktur dan teknologi: (1) jaringan irigasi teknis; (2) luas areal komoditas selain padi pada lahan sawah; (3) pengelolaan lahan dan air; (4) indeks pertanaman padi sawah; (5) penggunaan benih unggul; (6) pergiliran varietas padi sawah; (7) penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan); (8) penggunaan pupuk; (9) pengendalian OPT; (10) panen; (11) perontokan gabah; (12) pengeringan gabah, dan (13) penggilingan padi.

12 Analisis Data Analisis Kapasitas Produksi Padi Sawah dan Konsumsi Beras Regional secara deskriptif: persamaan matematis menurut Rachman et al (2004). Penentuan indeks dan status keberlanjutan dengan metode Multi-Dimensional Scaling (MDS): teknik ordinasi Rap-Sisprodi modifikasi dari Rap-Fisheries (Fauzi dan Ana, 2005) Analisis sensitivitas dengan Leverage analisis dan pengaruh galat dengan Monte Carlo Penentuan faktor kunci: analisis prospektif (Bourgois dan Jasus, 2004) Penyusunan Model dengan Powersim Versi 2005 (Muhammadi et al., 2001). Uji statistik model dengan MAPE (Hauke et al., 2001) Analisis optimasi usahatani padi sawah: Goal Programming

13 HASIL PENELITIAN (Tahun 1)
Keragaan usahatani padi sawah pada lokasi dan tipologi lahan yang berbeda di NTB 2010

14 Bobot Penilaian Pakar (n=7)
Indeks dan status keberlanjutan: Indeks keberlanjutan: No. DIMENSI SISPRODI Bobot Penilaian Pakar (n=7) Bobot Tertimbang Indeks Keberlanjutan (MDS) Jumlah Nilai 1 Lingkungan 0,3583 0,3771 58,5395 22,0775 2 Ekonomi 0,2548 0,2682 51,9773 13,9415 3 Sosial 0,1365 0,1437 50,8393 7,3041 4 Kebijakan dan kelembagaan 0,1266 0,1333 53,1233 7,0819 5 Infrastruktur dan teknologi 0,0738 0,0777 52,9139 4,1092 Jumlah 0,9499 1,0000 267,3933 54,5142 Status: Cukup berkelanjutan (skala 50,00 – 75,00)

15 Indeks dan status keberlanjutan:
Nilai stress dan koefisien determinasi (R2): Nilai stress: mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang mencerminkan data aslinya <0,25 (Malhotra, 2006). Koefisien diterminasi (R2): kemampuan atribut yang dinilai menjelaskan dan memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan sistem yang dikaji: yang baik >80% atau mendekati 100% (Kavanagh, 2001; Malhotra, 2006).

16 Indeks dan status keberlanjutan:
Evaluasi pengaruh galat: Monte Carlo analysis Untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b) pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d) kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), Nilai rata-rata 0,94% atau tidak berbeda nyata pada taraf 95%. Nilai stress dapat diterima apabila <20%.

17 Dimensi dan Jumlah atribut yang dianalisis
Indeks dan status keberlanjutan: Atribut sensitif hasil Leverage Analisis Dimensi dan Jumlah atribut yang dianalisis Atribut yang sensitif A. Ekologi : 11 atribut 1. Kondisi iklim 2. Luas hutan 3. Sumber dan debit air irigasi 4. Luas baku sawah B. Ekonomi : 13 atribut 5. Ketersediaan modal 6. Ketersediaan sarana produksi 7. Pendapatan petani C. Sosial: 11 atribut 8. Pertumbuhan penduduk 9. Konversi lahan sawah D. Kebijakan dan Kelembagaan: 9 atribut 10. Kebijakan pemerintah 11. Kelembagaan petani E. Infrastruktur dan Teknologi: 12. Indeks pertanaman padi 13 atribut 13. Jaringan irigasi 14. Luas komoditas lain

18 Faktor kunci hasil analisis prospektif:
No Faktor kunci dari existing condition Faktor kunci dari need analysis Faktor kunci dari hasil analisis Gabungan 1. Konversi lahan sawah 2. Kebijakan pemerintah 3. Luas baku sawah 4. Kelembagaan petani 5. Ketersediaan modal 6. Pertumbuhan penduduk 7. Jaringan irigasi 8. Pendapatan petani Keuntungan usahatani 9. Ketersediaan sarana produksi 10. Luas panen 11. Harga gabah 12. Kebutuhan konsumsi 13. Serangan OPT 14. Bencana kekeringan 15. Bencana banjir 16. Impor beras

19 Struktur Model Konsumsi Beras:
Model dan skenario: Struktur Model Konsumsi Beras:

20 Model dan skenario: Struktur model kapasitas produksi padi:

21 Kinerja model: Uji Validitas

22 Skenario Alternatif: Kombinasi faktor kunci terhadap setiap alternatif skenario dan cluster: Alternatif Skenario Urutan faktor Kondisi aktual : 1A, 2A, 3A, 4A, 5A, 6A, 7A, 8A, dan 9A. 1. Peningkatan kapasitas produksi a. Pesimis : 1B, 2B, 3B, 5A, 6A, 7A, 8A, dan 9A b. Moderat : 1B, 2B, 3B, 5A, 6A, 7B, 8B, dan 9A c. Optimis : 1C, 2C, 3B, 5C, 6C, 7C, 8B, dan 9B 2. Pengendalian konsumsi : 4A : 4B : 4C 1: Pendapatan petani, 2: Harga gabah, 3: Kebijakan pemerintah, 4: Pertumbuhan penduduk, 5: Konversi lahan sawah, 6: Peningkatan luas panen (areal baru & IP), 7: Perluasan jaringan irigasi, 8: Peningkatan ketersediaan modal, 9: Peningkatan luas baku

23 Peluang pencapaian setiap faktor kunci menurut jangka waktu:
3B 5A 6A 7A 8A 9A Kondisi Aktual Pengendalian Permintaan Konsumsi (Demand) Skenario II Skenario I Peningkatan Kapasitas Produksi (Supplay) Kondisi Supply = Demand (Kemandirian >95%) 3a 3b 3c 4A 4B 4C Jangka pendek 1-3 tahun Jangka menengah 3-5 tahun Jangka panjang >5 tahun 2a 2b 2c 2B 1B 2C 5B 6B 8B 9B 7B 5C 6C 1C 7C

24 Kinerja model berbagai skenario:
Kinerja Skenario Peningkatan Kapasitas Produksi Padi Sawah

25 Kinerja model berbagai skenario:
Kinerja Skenario Penurunan Konsumsi Beras

26 Sensitivitas skenario:
Sensitivitas Skenario (Maani dan Cavana, 2000) a. Skenario peningkatan kapasitas produksi padi sawah: Skenario I: peningkatan IP 10%  produksi meningkat 9,71% (sensitive) Skenario II: penurunan konversi lahan 10%  produksi meningkat 8,42% (sensitive) Skenario III: Kombinasi I + II  produksi meningkat 68,26% (highly sensitive) b. Skenario penurunan konsumsi beras: Skenario IV: penurunan laju pertumb penduduk 10%  kons menurun 9,32% (sensitive) Skenario V: penurunan konsumsi/kap/th 10%  kons menurun 0,57% (tidak sensitive) Skenario VI: Kombinasi IV+V  konsumsi menurun 17,31% (very sensitive)

27 Kesimpulan: Nilai indeks keberlanjutan sistem produksi padi sawah di NTB adalah 54,51 dengan status cukup berkelanjutan; Terdapat 9 faktor kunci yang paling berpengaruh terhadap kinerja sistem: (1) harga gabah; (2) kebijakan pemerintah; (3) pertumbuhan penduduk; (4) konversi lahan sawah; (5) luas panen; (6) jaringan irigasi; (7) ketersediaan modal; (8) luas baku sawah dan (9) pendapatan petani). 3 faktor merupakan faktor penggerak (driving variables) dan 6 faktor merupakan leverage variables; Hasil simulasi kinerja model existing condition: defisit produksi berpeluang terjadi sejak 2015 dengan kisaran 4% s/d >40% pada 2025. 2 skenario yang perlu dibangun untuk mencapai kemandirian pangan >95% berkelanjutan: 1) skenario peningkatan kapasitas produksi dan 2) skenario penurunan konsumsi. Skenario peningkatan kapasitas produksi padi yang efektif: peningkatan IP + pengendalian konversi lahan sawah. Skenario penurunan konsumsi beras yang efektif: pengendalian laju pertumbuhan penduduk diikuti penurunan konsumsi beras kapita-1 tahun-1.

28 Terimakasih


Download ppt "STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google