Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Perekonomian Dua Sektor

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Perekonomian Dua Sektor"— Transcript presentasi:

1 Perekonomian Dua Sektor
Pertemuan 11

2 Keseimbangan Ekonomi 2 Sektor

3 Hubungan antara Konsumsi dan Pendapatan
Tabungan (S) = Pendapatan Disposibel (Yd) – Konsumsi Pada income rendah, RT dissaving Kenaikan income akan meningkatkan konsumsi Pada income tinggi, RT dapat menabung

4 Kecenderungan Konsumsi
MPC (Marginal Propensity to Consume): perbandingan antara pertambahan konsumsi (△C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (△Yd) yang diperoleh: MPC = APC (Average Propensity to Consume): Perbandingan diantara tingkat konsumsi ( C ) dengan tingkat pendapatan disposibel (Yd) ketika konsumsi tersebut dilakukan: Tabungan (S)= Pendapatan Disposebel (Yd)- Konsumsi (C) MPC  tambahan konsumsi klo ada tambahan pendapatan APC  perbandingan konsumsi dan pendapatan Hubungan antara C&Y  lihat kecenderungan konsumsi atau menabung

5 MPC & APC Pendapatan Disposebel (Yd) Pengeluaran Konsumsi (C) MPC APC Rp 200 ribu Rp 300 ribu 150/200=0,75 300/200=1,5 400 450 450/400=1,125 600 600/600=1,00 800 750 750/800=0,9375 MPC Makin Kecil MPC tetap  kecenderungan konsumsi klo ada tambahan pendapatan tetap APC turun  semakin lama perbandingan antara konsumsi dan pendapatan semakin kecil  kecenderungan konsumsinya semakin kecil 2. MPC makin kecil  kecenderungan konsumsi makin kecil Rp 200 ribu Rp 300 ribu 160/200=0,80 300/200=1,5 400 460 150/200=0,75 460/400=1,115 600 610 140/200=0,70 610/600=1,017 800 750 750/800=0,9375

6 Kecenderungan Menabung
MPS (Marginal Propensity to Save): perbandingan diantara pertambahan tabungan (△S) dengan pertambahan pendapatan disposibel (△Yd): MPS = APS (Average Propensity to Save): perbandingan diantara tabungan ( S ) dengan pendapatan disposibel (Yd): APS =

7 MPS & APS Pendapatan Disposebel (Yd) Pengeluaran Konsumsi (C) Tab (S) MPS APS Rp 200 ribu Rp 300 ribu Rp – 100 ribu 0,25 - 0,50 400 450 - 50 - 0,25 600 800 750 50 0,0625 MPS Tetap  kecenderungan nabung klo ada tambahan pendapatan tetap APS naik  kecenderungan nabung naik 2. MPS besar  kecenderungan nabung naik MPS Tetap Rp 200 ribu Rp 300 ribu Rp – 100 ribu 0,2 - 0,50 400 460 - 60 0,25 - 0,15 600 610 - 10 0,30 - 0,017 800 750 50 0,0625 MPS Makin Besar

8 Hubungan antara MPC dan MPS
MPC – MPS tetap Yd MPC MPS MPC+MPS APC APS APC+APS Rp 200 ribu 0,75 0,25 1 1,5 - 0,5 400 1,125 - 0,125 600 1,00 800 0,9375 0,0625 Ketika MPC mengalami penurunan, MPS mengalami peningkatan MPC+MPS akan selalu 1 APC+APS akan selalu 1 MPC – MPS berubah Yd MPC MPS MPC+MPS APC APS APC+APS Rp 200 ribu 0,8 0,2 1 1,5 - 0,5 400 0,75 0,25 1,15 - 0,15 600 0,70 0,30 1,017 - 0,017 800 0,9375 0,0625

9 Kesimpulan MPC + MPS = 1 APC + APS = 1

10 Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Fungsi Konsumsi: suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi Rumah Tangga (RT) dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposibel) perekonomian tersebut Fungsi Tabungan: suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tabungan RT dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatana disposibel) perekonomian tersebut Fs. Konsumsi  C = a + bYd  C = a +bY Fs. Tabungan  S = -a + (1-b)Yd  S = -a + (1-b)Y a = jumlah konsumsi/tabungan bila Yd = 0 b = MPC

11 Contoh: Tabel Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan (dalam triliun rupiah)
Pendapatan nasional (Y) (1) Konsumsi (C) (2) Tabungan (S) (3) 90 -90 120 180 -60 240 270 -30 360 480 450 30 600 540 60 720 630 840 960 810 150 1080 900 1200 990 210

12 Gambar 1. Fungsi Konsumsi
C= ,75 Y Y=C C B 600 560 180 A  tdk ada tabungan  pendapatan = konsumsi Sebelum A  tidak bisa nabung Setelah A  bisa nabung B  Y 600 C 540 Dari A  B Pendapatan nasional bertambah sebesar 240 Konsumsi RT bertambah sebesar 180 MPC = 180/240 = 0.75 Konsumsi (triliun rupiah) 400 A 360 200 240 450 360 200 400 600 800 1000 Pendapatan nasional (triliun rupiah)

13 Gambar 2. Fungsi Tabungan
S = ,25Y (+) 200 60 S E Tabungan (triliun rupiah) D  tidak ada tabungan E  bila pendapatan 600 maka tabungan 60 D E Pendapatan nasional bertambah 240 Tabungan bertambah 60 MPS 60/240= 0.25 360 200 D 800 1000 600 400 - 90 240 Pendapatan nasional (triliun rupiah)

14 Faktor Penentu lain untuk Konsumsi dan Tabungan
Kekayaan yang telah terkumpul, warisan/tabungan  kecenderungan terbesar adalah konsumsi Suku Bunga; makin besar bunga  makin besar nilai tabungan Sikap berhemat; makin hemat  makin besar nilai tabungan Keadaan perekonomian; pertumbuhan ekonomi memicu besarnya konsumsi di masa sekarang & kurang menabung Distribusi pendapatan; semakin tidak merata  tabungan makin besar (bagi sebagian orang) Ada tidaknya dana pensiun yang mencukupi; makin besar dana pensiun  tabungan makin kecil

15 Investasi Pengeluaran atau belanja berupa penanaman modal/perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian Fungsi Investasi: kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional Faktor – faktor penentu investasi: Tingkat keuntungan yang akan diperoleh  + Suku bunga  - Prediksi kondisi ekonomi di masa y.a.d  + Kemajuan teknologi  + Tingkat pendapatan nasional  + / - Keuntungan perusahaan  +

16 Tingkat Bunga dan Investasi
MEI(marjinal Eficiency investment)=kurva yg menunjukkan hub antara tk pengembalian modal dan jml modal yg akan diinvestasikan Semakin besar suku bunga  semakin kecil investasi  cenderung nabung r0 r1 Tk. Pengembalian modal r2 Io I1 I2 Investasi yang dilakukan

17 Fungsi Invesatasi dan perubahannya
Pendapatan nasional bukan merupakan faktor penting yang menentukan tingkat investasi Investasi terutama ditentukan oleh tingkat suku bunga Akibat suku bunga turun (dari r0 ke r2) Investasi Akibat suku bunga naik (dari r0 ke r2) I1 Pendapatan nasional

18 Keseimbangan Pendapatan Nasional
Dalam perekonomian 2 sektor keseimbangan akan tercapai bila: Y = C + I Y = Penawaran agregat C + I = Pengeluaran agregat I = S

19 Multiplier: Nilai multiplier menggambarkan antara jumlah pertambahan/pengurangan dalam pengeluaran agregat yang telah menimbulkan perubahan dalam pendapatan nasional tersebut Misal: pendapatan nasional mengalami pertambahan sebesar 4 kali lipat dari pertambahan pengeluaran  multiplier 4 Multiplier Investasi

20 Tabel contoh angka keseimbangan pendapatan nasional (dalam triliun rupiah)
Nasional (Y) (1) Konsumsi (C) (2) Tabungan (S) (3) Investasi (I) (4) Pengeluaran Agregat (AE) (5) Keadaan Perekonomian (6) 90 120 210 180 60 300 240 270 30 390 360 480 EKSPANSI 450 570 600 540 660 720 630 750 840 SEIMBANG 960 810 150 930 1080 900 1020 KONTRAKSI 1200 990 1110 AE=C+I Pendapatan nasional nambah 120  C 90 S 30 Ekspansi: pengusaha terdorong untuk terus menambah tingkat produksi  pendapatan nasional < AE  perekonomian sdg meningkat (konsumtif) Kontraksi: pengusaha terdorong untuk mengurangi tingkat produksi  pendapatan nasional > AE  perekonomian sedang lesu

21 Gambar untuk menentukan Pendapatan Nasional pada Keseimbangan
C +I Pengeluaran agregat (triliun rupiah) 210 I=120 90 450 360 840 Pendapatan nasional (triliun rupiah) (a) Pendekatan pengeluaran agregat-penawaran agregat

22 (b) Pendekatan suntikan-bocoran
(+) E 120 Tabungan dari investasi (triliun rupiah) 360 840 -90 Pendapatan nasional (triliun rupiah) (-) (b) Pendekatan suntikan-bocoran

23 Pendekatan aljabar untuk menentukan keseimbangan perekonomian
S=I ,25Y= 120 0,25 Y= 210 Y= 210/0,25 Y=840 Y = C + I Y = ,75Y + 120 Y – 0,75 Y = 210 0,25 Y = 210 Y = 210/0,25 Y= 840


Download ppt "Perekonomian Dua Sektor"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google