Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

FASHION 1910 -1919.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "FASHION 1910 -1919."— Transcript presentasi:

1 FASHION

2 TUBUH YANG BEBAS Segala sesuatu tak ada yang sama, setelah penampilan dari Bullet Run yang diadakan di Paris. Warna–warna yang muram, bayang-bayang pastel yang halus, kesederhanaan remaja, sifat sehari-hari seorang perempuan, tenggelam untuk selama lamanya, disapu oleh perubahan-perubahan, warna dan kemegahan yang memabukan. Penari-penari seperti Isadora D dan Maia Han. Louis Fuller, Ida Rubenssen, Cleo de Merode saja membakar para penonton dan perancnag-perancnag yang banyak pengaruhnya dan antusias seperti Paul Poiret dulu. Tetapi bagaimana ketelanjangan yang diselubungi sedikit bisa bersaing dengan kostum fantastis yang dpakai pada pertunjukan Balet Rusia. Fotorafer publik dan fesyen, Cecil Beaton yang masih kecil pada saat digelarnya Balet Rusia tur Eropa pada tahun 1910, selalu teringat akan warna-warna yang mencolok yang dia lihat di panggung Prancis, mengatakan: “Saya belum pernah melihat segala sesuatu yang sangat menarik seperti itu sebelumnya.” Demikian pula pendiri pabrik kosmetik pertama Helena Ruben Stem, begitu bersemangat dengan warna-warna keemasan dan merah lembayung yang mewah sehingga dia mengganti gorden ruang gambarnya yang berwarna putih dari brokat, dan memesan gorden dengan warna baru. “Saya jatuh cinta dengan warna-warna brilian tersebut.” Semua orang Paris terpesona dengan peragaan visual dari tontonan mercon Balet Rusia, Sergei Diaghilev (seorang Rusia), tidak saja sangat brilian dalam membuat dekor panggungnya dan juga kostumnya, tetapi juga dalam bidang fesyen dan make up. Semua orang Paris pada dekade tersebut sangat terpesona dengan penataan panggung dan yang inovatif serta penari-penari berkaliber seperti Anna Pavlova sangat memberikan kontribusi bagi kesuksesan Balet Rusia. Tapi ini adalah karya seni barok yang benar-benar eksotik yang yang memberikan pesona kepada elite Eropa dan membuat masyarakat modern mengalihkan perhatian kepada seni murni (fine art). Para wanita terutama, terjangkiti demam oriental ini. Seperti juga para wanita yang telah terbebani dari menggunakan korset, dibutuhkanlah suatu percikan warna untuk membebaskan mereka dari keterikatan pada kebiasaan lama. Kebebasan total terjawab dengan sendirinya pada kemewahan dan barang-barang mewah. Fesyen hanya mengatakan selamat tinggal kepada gaya yang penuh hiasan daripada ”belle epoque” (jaman yang penuh keindahan) dan mengiklankan kesederhanaan baru, walaupun juga masih menawarkan hal-hal yang menggiurkan dan daya tarik eksotik. Paul Poiret masih membuatnya menjaga suasana ini dan pengaruhnya tetap mendominasi sampai Perang Dunia I. Dia menerapkan sorban-sorban yang berwarna plum yang dihiasi manik-manik dipasangkan dengan pantalon dan tunik yang dihiasi bulu-bulu binatang . walaupun gadis-gadis haremnya berjalan tanpa alas kaki, tetap saja pakaian dalam mereka dihiasi dengan bulu-bulu binatang, mengingatkan mereka kepada negeri spiritual mereka Rusia. J Duncan yang dengan bajunya yang longgar melambai-lambai mengnspirasi Poiret untuk membuat garis LA VAGUE (LA VAGUE line), yang revolusioner. Sekarang secara menginginkan juga baju untuknya yang didesain oleh Poiret yang kaya akan warna dan mewah. Tujuannya adalah untuk membuat kejutan dan memilih menggoda Nijinsky yang unik, pada pagelaran dansa/ tari ” Seribu Dua Malam”

3 Ada suam arti kemerdekaan dan kebebasan yang besar pada lingkaran kreatifitas dan artistik baju-baju dengan pinggang yang terbuka telah dengan menjadi baju dengan kerah tinggi dan kaku, walaupun untuk baju-baju siang hari. Walaupun telah diciptakan baju-baju dengan leher V yang sederhana tetap saja pihak gereja memberikan peringatan-peringatan akan menurunnya standar moral secar luas. Tetap saja wanita-wanita yang berani, memakai make-up yang mencolok sehingga tampak seprti pelacur. Padahal bila dipadukan dengan Demimore yang elegan akan tampak elok / cantik. Bagaimanapun apa bedanya antara dandanan seorang penari yang bebas dengan wanita simpanan dan istri yang manja? Hasilnya seseorang tidak dapat membedakan secara tepat wanita tersebut termasuk kelas sosial yang mana. Masing-maisng ada keinginan atau kecanduan terhadap suatu kesenangan. Sementara trend orang-orang barat sedang dihujani harum semerbak wangi parfum keluaran rumah-rumah parfum, suatu fesyen yang baru muncul yang merupakan wangi segar yang membawa para wanita beralih ke Bazaar selanjutnya. Juga menumbuhkan antusias bagi para wanita yang menyenangi olahraga.. Bagaimana seorang wanita bisa naik sepeda, bermain golf atau tenis, bepergian dengan jaket yang modelnya sempit atau rok-rok yang menyempit di pergelangan kaki. Culote dan celana panjang wanita memang sudah dianggap kurang pas atau cocok jadi tetap saja dipakai dibalik rok-rok yang longgar. Dan juga celana tersebut dibuat dari bahan yang kasar. Kemudian seorang penjahit yang mengerti bahwa suatu semangat bebas akan tumbuh hanya pada tubuh yang yang bebas. Dengan gagasan sederhana namun brilian dia membuat baju-baju yang menggunakan bahan-bahan yang halus untuk dirinya. Dia adalah Gabrielle Chanel yang memperkenalkan pakaian olahraga yang terbuat dari bahan jersey pada tahun 1913 di Deauville. Rancangan bajunya dipotong lebih lebar dan lebih longgar daripada baju-baju yang sudah ada pada masa itu dan bahan yang halus memberikan gerakan yang lebih bebas. Sebelumnya bahan jersey hanya dibuat untuk pakaian dalam. Chanel yang mempunyai keberanian mempertaruhkan karir menjahitnya pada bahan yang tidak termasuk sesuatu jenis tertentu (non-descript fabric). Pada saat yang bersamaan seorang wanita lain menciptakan suatu gaya fesyen yang membuat tubuh bergerak bebas. Kebalikan dari Chanel, perempuan ini, Madelaine Vionnet, mempunyai pikiran yang lebih praktis dan bagus, apakah orang-orang yunani kuno tidak megetahui bahwa tubuh seorang bangsawan akan kelihatan lebih bagus bila dipakaikan beju-baju yang diperuntukan bagi kaum bangsawan? Tentu saja generasi wanita yang senang berolahraga melakukan senam tanpa bebas mengenakan korset. Bukankah patut untuk diangkat ke dunia kecantikan yang klasikal? Untuk mencapai ini, Vionnet menciptakan teknik memotong yang sampai saat ini tetap dianggap sebagai bentuk seni yang tinggi. Ketika dia membuka rumah mode sendiri di tahun 1912, para wanita belum banyak yang datang menghargai kejeniusan rancangan sederhananya. Baru setelah perang dunia mata mereka terbuka.


Download ppt "FASHION 1910 -1919."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google