Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Perspective Does a diagnosis of metabolic syndrome have value in clinical practice? Scott M Grundy, 2006 Nurika F 201232068.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Perspective Does a diagnosis of metabolic syndrome have value in clinical practice? Scott M Grundy, 2006 Nurika F 201232068."— Transcript presentasi:

1 Perspective Does a diagnosis of metabolic syndrome have value in clinical practice? Scott M Grundy, 2006 Nurika F

2 Introduction Reaven & Kahn et al
Konsep sindrom metabolik memiliki sedikit/tidak ada kegunaannya dalam praktek klinis & Menentang penerapan sindrom metabolik dalam praktek klinis. Prinsip Pasien tidak harus diberi diagnosis sindrom metabolik. Faktor risiko utama penyakit kardiovaskular harus mencari faktor risiko lain. Semua faktor risiko CVD harus diobati secara individual & agresif. Latar Belakang / Tujuan

3 Penetapan Diagnosis Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik adalah notasi singkat untuk kumpulan dari faktor – faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Dislipidemia Aterogenik TG tinggi, kadar LDL tinggi & HDL rendah, tinggi apo B & rendah apa Al. Sindrom Metabolik Ada enam komponen sindroma metabolik yang diketahui berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler yaitu obesitas sentral, dislipidemi aterogenik, hipertensi, resistensi insulin, intoleransi glukosa, peningkatan faktor proinflamasi, peningkatan protrombotik Ini menjadikan Bukti beberapa faktor risiko metabolik masing-masing memberikan kontribusi terhadap aterosklerosis kejadian koroner. Catatatn : -- Secara umum Diabetes Mellitus akan disertai dengan keadaan protrombotik yaitu peningkatan kadar fibrinogen atau Hiperfibrinogenemia merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan kadar fibrinogen didalam darah. Faktor-faktor resiko yang menyertai adalah umur, jenis kelamin, hiperglikemi, hipertensi, dislipidemia, obesitas, genetic dan merokok. korelasi yang positif antara kadar fibrinogen dengan LDL dengan nilai p<0,05. Dimana LDL sangat berperan untuk terjadinya kelainan endotel pembuluh darah dan juga menyebabkan terjadinya plak yang apabila tidak stabil dapat rupture serta menyebabkan terjadi aggregasi trombosit yang diperantarai oleh fibrinogen. -- Proinflamasi peningkatan sitosin disertai peningkatan C- reactive proteint (CRP) yang akan memproduksi massa jaringan lemak lebih luas. -- Pada beberapa penelitian secara prospektif melaporkan bahwa terdapat fibrinogen yang tinggi pada penyakit-penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan dislipidemia dan mereka membuktikan bahwa peningkatan kadar fibrinogen berhubungan dengan kejadian hipertensi dan dislipidemia. -- dislipidemia adalah kelainan metabilisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida dan penurunan kadar kolesterol HDL. -- Hipertensi dalah penyakit multifaktorial yang timbul akibat adanya interaksi antara factor-faktor resiko tertentu misalnya terdapat ketidak seimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi.Vasokonstriksi adalah penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini akan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke bagian tubuh. Vasodilatasi adalah pelebaran diameter pembuluh darah yang terjadi ketika otot-otot di dinding pembuluh darah mengendur (rileks) Peningkatan risiko kardiovaskuler sebesar % berkaitan dengan obesitas, dan meningkat lebih jauh dengan adanya hipertensi, resistensi insulin, dan gangguan pada sistem trombosis. Kombinasi dari kelainan tersebut akan meningkatkan risiko kardiovaskuler secara eksponensial. Hal tersebut dapat diilustrasikan dengan adanya laporan dari Quebec Cardiovascular Study yang menemukan bahwa apabila hanya ditemukan kelainan berupa partikel small dense LDL sebagai satu satunya kelainan metabolik, maka akan meningkatkan rtsiko kardiovaskuler 3 kali, sedangkan apabila terjadi peningkatan small dense LDL disertai dengan peningkatan apolipoprotein B (apo B), akan meningkatkan risiko kardiovaskuler sebesar  6 kali, dan apabila kombinasi kelainan berupa adanya small dense LDL, peningkatan ApoB, ditambah dengan peningkatan kadar insulin saat puasa, maka akan terjadi peningkatan risiko kardiovaskuler sebesar 20 kali. Proinflamasi Hipertensi Prothrombotic Peningkatan kadar glukosa

4 1. Kahn et al Reaven 2. Tidak ingin menggunakan istilah sindrom untuk pengelompokan faktor risiko. Menerapkan istilah Sindrom untuk agregasi (pengumpula) faktor risiko kardiovaskular. Resistensi insulin (sindrom X) diduga penyebab utama pengelompokan tersebut. Meskipun Kahn et al tidak ingin menggunakan istilah sindrom untuk pengelompokan faktor risiko, Reaven menerapkan istilah Sindrom untuk agregasi (pengumpula) faktor risiko kardiovaskular.hipotesis Reaven bahwa resistensi insulin adalah penyebab utama pengelompokan tersebut dan dia menyebutnya sindrom X... hipotesisnya di apresiasi dan agar lebih spesifik banyak yang menggunakan istilah ini dengan nama sindrom resistensi insulin. Tapi karena dianggepnya istilah sindrom tersebut hanya konsep biologik dan tidak ada kegunaan klinisnya maka reaven tidak setuju jika penetapan diagnosis sindrom metabolik menggunakan istilah ini.

5 Menerapkan istilah Sindrom metabolik sebagai pedoman klinis.
3. NCEP Menerapkan istilah Sindrom metabolik sebagai pedoman klinis. Pedoman klinis untuk terapi penurun kolesterol. 4. Grundy et al & IDF Menyempurnakan kriteria klinis untuk membuat diagnosis sindrom metabolik dalam praktek klinis.. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Kelompok Kerja Diabetes (7), Kolesterol Nasional Program Pendidikan (NCEP; 8), dan Grup Eropa untuk Studi Insulin Resistance (9) salah mengerti niat Reaven untuk menjaga istilah dalam ranah teoritis dan tidak memperpanjang untuk klinis praktek. Baru-baru ini, Grundy et al, di update dari laporan NCEP (3), dan International Diabetes Federation (10) telah disempurnakan kriteria klinis untuk membuat diagnosis sindrom metabolic dalam praktek klinis. NCEP juga mengadopsi istilah yang diperkenalkan dan "sindrom metabolik" ke dalam pedoman klinis untuk terapi penurun kolesterol karena meningkatnya prevalensi faktor risiko penduduk yang mengalami obesitas Baru-baru ini, Grundy et al, di update dari laporan NCEP, dan International Diabetes Federation telah disempurnakan kriteria klinis untuk membuat diagnosis sindrom metabolik dalam praktek klinis.

6 Pengelompokkan dari faktor resiko metabolisme
Resistensi insulin genetik. Peningkatan lemak perut. Faktor ras dan etnis. Aktivitas fisik. Usia lanjut. Disfungsi endokrin. Obesitas Kerentanan Metabolisme Keragaman genetik. Dislipidemia aterogenik. Tekanan darah tinggi. Tinggi glukosa. Keadaan protrombotik. Keadaan proinflamasi. Pengelompokkan dari faktor resiko metabolisme Penjelasan bagan : obesitas memunculkan pengelompokan faktor risiko pada orang yang rentan metabolik (Gambar 1; 3). Kerentanan metabolik memiliki banyak faktor, termasuk bentuk genetik resistensi insulin, peningkatan lemak perut, pengaruh etnis dan ras, aktivitas fisik, usia lanjut, disfungsi endokrin, dan keragaman genetik. a.) Menurut WHO , resistensi insulin bukan satu-satunya penyebab fenomena ini. Jadi who menyebut frnomenan ini dengan sindrom metabolik bukan sindrom resistensi insulin untuk pengelompokkan faktor risiko. Tapi WHO tetap membuat bukti bahwa resistensi insulin menjadi persyaratan untuk diagnosis sindrom metabolik. Menurut WHO Resistensi insulin bukan satu-satunya penyebab fenomena ini.

7 Menurut NCEP Mengakui resistensi insulin memainkan peran penting tapi obesitas lebih memberikan kontribusi untuk pengelompokan faktor risiko. Menurut Reaven Semua faktor ini meningkatkan resistensi insulin, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap kerentanan metabolisme. b) Menurut NCEP, meskipun NCEP mengakui peran penting yang dimainkan oleh resistensi insulin tapi timbulnya obesitas lebih memberikan kontribusi untuk pengelompokan faktor risiko pada orang yang rentan metabolik (Gambar 1; 3). Kerentanan metabolik memiliki banyak faktor, termasuk bentuk resistensi insulin genetik, peningkatan lemak perut, pengaruh etnis dan ras, aktivitas fisik, usia lanjut, disfungsi endokrin, dan keragaman genetik. b) Menurut Reaven, semua faktor ini meningkatkan resistensi insulin, yang pada gilirannya berkontribusi terhadap kerentanan metabolisme yang menimbulkan pengelompokan faktor risiko karakteristik dari sindrom metabolik. c) Menurut Kahn et al , penyebab pengelompokkan tidak dipahami dengan baik dan kemungkinan banyak dan beragam. Baik Reaven maupun Kahn et al, bagaimanapun, menekankan obesitas sebagai penyebab utama pengelompokkan faktor risiko. Menurut Kahn et al Penyebab pengelompokkan tidak dipahami dengan baik dan kemungkinan banyak dan beragam.

8 85% penderita hiperglikemik >50 tahun memiliki pengelompokan faktor risiko metabolik.
Kahn et al menentang untuk memperluas konsep sindrom metabolik pada pasien dengan diabetes tipe 2. Ragu untuk mendiagnosis pasien dengan diabetes tipe 2, Sehingga perlu menggunakan istilah diabetes tipe 2 pada pasien dengan pengelompokan faktor resiko. Terutama Kahn et al (2) menentang untuk memperluas konsep sindrom metabolik pada pasien dengan diabetes tipe 2. meskipin 85 persen orang hiperglikemik berusia diatas 50 tahun memiliki pengelompokan faktor risiko metabolik. Hal ini Diragukan, baik oleh Kahn et al atau Reaven sangat keberatan untuk mendiagnosis pasien dengan diabetes tipe 2, meskipun akan membutuhkan logika ataupun nalar, jika diagnosis sindrom metabolik ditolak, Sehingga perlu menggunakan istilah diabetes tipe 2 pada pasien dengan pengelompokan faktor resiko.

9 Pengelompokkan secara bersamaan faktor risiko pada pasien dengan konsentrasi glukosanya tinggi bukan karena kebetulan tapi hasil dari patogenesis umum. Key Point IDF Obesitas dan resistensi insulin sebagai 2 faktor risiko yang mendasari utama dari sindrom metabolik Diagnosis ini menandakan pengelompokan faktor risiko yang terlihat, nantinya membuat intervensi akan lebih masuk akal dibandingkan hanya ditandai dengan faktor risiko tunggal. penyesuain dari 2 kondisi mencolok. Titik kunci adalah bahwa pengelompokkan secara serentak / bersamaan faktor risiko pada pasien dengan konsentrasi glukosanya tinggi bukan karena kebetulan tetapi hasil dari patogenesis umum (mekanisme penyakit). Reaven pantas mendaptkan pujian yang besar karena memfokuskan perhatian secara etiologi (asal muasal faktor penyebab ) umum untuk kedua pengelompokan faktor risiko dan hiperglikemia pada pasien dengan diabetes tipe 2. Oleh karena itu IDF menyimpulkan bahwa obesitas abdominal menggabungkan kedua konsep obesitas dan resistensi insulin sebagai 2 faktor risiko yang mendasari utama dari sindrom metabolik; dengan demikian, mereka membuat peningkatan lingkar pinggang elemen yang diperlukan untuk mendiagnosis sindrom metabolik. Alasan utama lain untuk rekomendasi ini adalah untuk memungkinkan identifikasi cepat dari individu yang kemungkinan calon sindrom metabolik. peneliti ini (1, 2) mungkin tidak memiliki keraguan tentang penerapan label hipertensi, dislipidemia, atau obesitas untuk pasien. Oleh karena itu, kekhawatiran tentang menginformasikan pasien bahwa yang memiliki pengelompokan faktor risiko ini, sindrom metabolisme ,sulit dimengerti. Diagnosis ini menandakan pengelompokan faktor risiko yang terlihat akan menyampaikan lebih masuk akal untuk intervensi dibandingkan hanya ditandai dengan faktor risiko tunggal.

10 Evaluasi Faktor Resiko Ganda
Mengapa fokus pada faktor resiko lain ??? Dievaluasi faktor resiko lainnya (kanker dan rheumatoid arthritis). Meningkatkan kesadaran tentang fenomena pengelompokan faktor risiko. Umunya faktor resiko metabolik terjadi bersamaaan. Menurut Reaven (1), bila ada faktor risiko CVD hadir, pasien harus dievaluasi untuk faktor risiko lainnya. misalnya kanker dan rheumatoid arthritis. Ketika dokter mengevaluasi pasien, kemungkinan ditemukan diagnosis diagnosis lain. Mengapa fokus pada faktor resiko lain? jelas jawabannya umunya faktor resiko metabolik terjadi bersama – sama dan kenyataannya itu adalah salah satu alasan utama untuk mengajarkan para dokter tentang sindrom metabolik sehingga untuk meningkatkan sehingga untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang fenomena pengelompokan faktor risiko. Peningkatan kesadaran tersebut akan menyebabkan pendekatan yang lebih komprehensif (pendekatan yang membuat pasien lebih bisa menerima, lebih siap, lebih mampu untu menerima dengan baik) untuk pengurangan risiko. Pendekatan komprehensif untuk pengurangan risiko.

11 Pasien dengan pengelompokan faktor risiko diukur biasanya memiliki beberapa faktor risiko metabolik yang tersembunyi, ex :proinflamasi, dan beberapa kelainan lipoprotein, termasuk ketinggian apo B. Tanda – tanda sindrom metabolik yang diusulkan oleh WHO, NCEP , dan IDF tidak dapat diandalkan sebagai predictors risiko CVD jangka pendek 10 tahun. Triasilgliserol tinggi Pada saat yang sama, pemahaman tentang sindrom metabolik akan membantu dokter untuk mengenali bahwa pasien dengan pengelompokan faktor risiko diukur biasanya memiliki beberapa faktor risiko metabolik yang tersembunyi dari pandangan, misalnya, keadaan prothrombotic, keadaan proinflamasi, dan beberapa kelainan lipoprotein, termasuk ketinggian apo B (3). Sederhana, kriteria / ukuran-ukuran baru baru ini diusulkan untuk pengakuan klinis sindrom. Kriteria ini tidak dimaksudkan untuk "menentukan" sindrom metabolik, karena banyak orang tampaknya percaya, tapi lebih tepatnya, sebagai cara sederhana untuk mengenali pasien yang banyak memeliki faktor risiko gangguan metabolik. a) Dibaratkan dengan sebuah gunung es.. Akan sia-sia untuk menganalisa permukaan gunung es ketika sebagian bahayanya terletak di bawah... Di sisi lain, untuk kapten kapal di laut, melihat puncak gunung es bisa menyelamatkan nyawa. b) Hal sama berlaku untuk temuan kelompok tanda-tanda metabolik (triasilgliserol tinggi, HDL rendah, glukosa puasa terganggu, dan tekanan darah sedikit meningkat) pada pasien dengan lingkar pinggang meningkat. Pada pasien seperti ini , ada banyak lagi jalan menjadi metabolisme bahaya atau faktor resiko metabolik lainnya dari yang sudah terdeteksi. Beberapa peneliti telah mencatat bahwa sinyal dari sindrom metabolik yang diusulkan oleh WHO, ncep , dan idf tidak dapat diandalkan sebagai predictors risiko cvd jangka pendek 10 tahun. NCEP tidak pernah menunjukkan jika sindrom metabolik dapt dijadikan prediktor resiko dalam jangkapendek..Telah menunjukkan bahwa penggunaan sindrom metabolik dapat menggantikan untuk penilaian resiko yang menggunakan global risiko algoritma. tapi untuk melakukannya akan menurunkan keandalan penilaian risiko global untuk CVD dalam waktu dekat. justru mengenali kumpulan faktor resiko metabolisme secara klinis untuk mengidentifikasi pasien yang lebih beresiko tinggi CVD seumur hidpnya. pasien ini juga yang lebih beresiko tinggi DM tipe 2 seumur hidupnya. Jika sblmnya blm pernah menderita DM tipe 2. Penilaian risiko jangka pendek harus dilakukan dengan algoritma yang mencakup semua faktor risiko utama .  Penilaian risiko global ini sangat berguna dalam pengambilan keputusan tentang penggunaan obat mengurangi risiko. Memang benar bahwa penilaian risiko global dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu membuat diagnosis sindrom metabolik, tetapi mengakui pola tertentu dari kelompok faktor risiko dapat berguna dalam menyusun strategi terapi untuk pasien tertentu. HDL rendah Tekanan darah tinggi Glukosa puasa terganggu

12 Perlakuan Secara Individu & Agresif
Pedoman perlakuan telah dikembangkan hanya dalam jumlah terbatas. Banyak faktor risiko CVD . Orang-orang yang memenuhi kriteria faktor risiko independen& dibuktikan manfaatnya Diterapakan untuk yang berhenti merokok, LDL tinggi, hipertensi, diabetes, dan keadaan prothrombotic. Memperlakukan semua FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR Secara INDIVIDU DAN AGRESIF perlakuan untuk semua faktor risiko CVD secara individual dan agresif harus menjadi sebuah pernyataan dari prinsip dan tidak satupun dapat diterima secara benar- benar. Diduga ada banyak faktor risiko CVD, dan pedoman perlakuan telah dikembangkan hanya dalam jumlah terbatas, yaitu untuk orang-orang yang memenuhi kriteria faktor risiko independen dengan dibuktikan dengan manfaat dari perlakuan...berlaku untuk diterapakan pada mereka yang berhenti merokok, LDL tinggi, hipertensi, diabetes, dan keadaan prothrombotic. Apakah perlakuan tersebut berkhasiat untuk mengurangi kadar trigliserida, mengurangi LDL, dan keadaan proinflamasi, baik secara agresif (dengan obat) atau sama sekali belum dipastikan melalui uji klinis terkontrol. Selain itu, kata agresif berisiko menjadi salah paham, Sebagai contoh, beberapa orang percaya bahwa pasien dengan penyakit jantung koroner akan mendapatkan keuntungan dari penurunan kolesterol LDL hingga <70 mg / dL maka  semua orang yang mengalami peningkatan konsentrasi LDL harus diperlakukan sampai mereka mencapai konsentrasi tersebut tanpa memikirkan status resiko mereka.Namun pendekatan yang seperti ini tidak dianjurkan, karena pertimbangan keamanan dan biaya lebih baik faktor resiko harus diperlakukan untuk mencapai tujuan terapi yang dikembangkan berdasarkan bukti penobatan. Apakah perlakuan tersebut berkhasiat untuk mengurangi kadar trigliserida, mengurangi LDL, dan keadaan proinflamasi, baik secara agresif (dengan obat) atau sama sekali belum dipastikan melalui uji klinis.

13 Apakah faktor risiko harus selalu diperlakukan secara individual ??
Penggunakan obat yang agresif dengan mengkesampingkan terapi dari gaya hidup. Menargetkan beberapa faktor risiko sekaligus. Pentingnya terapi gaya hidup dalam praktek klinis Salah satu masalah anjuran ini adalah dapat saja mengarah pada menggunakan obat yang agresif Dengan mengorbankan terapi terutama dari gaya hidup , penurunan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik. Terapi gaya hidup ini tidak memperlakukan setiap faktor risiko individual melainkan menargetkan beberapa faktor risiko sekaligus.. Meskipun terapi gaya hidup mungkin tidak memodifikasi faktor risiko sebanyak diberikannya obat tertentu, manfaatnya terletak pada kenyataan bahwa itu menghasilkan pengurangan tidak terlalu ekstrem dalam semua faktor risiko metabolik . Alasan utama bahwa NCEP memperkenalkan sindrom metabolik menjadi pedoman klinis adalah untuk menekankan pentingnya terapi gaya hidup dalam praktek klinis . Seharusnya obat penurunan berat badan yang efektif tersedia di masa depan, obat ini akan menambah manfaat yang dapat diperoleh dengan memperlakukan beberapa faktor risiko secara bersamaan, tidak memperlakukan mereka secara individu. Obat penurun berat badan yang efektif di masa depan

14 Dislipidemia Dalam kasus dislipidemia, tidak jelas apakah resep obat yang diberikan dapat mengobati setiap faktor risiko individual . HDLnya rendah Terapi obat untuk meningkatkan HDL Terapi obat untuk meningkatkan HDL Belum diketahui kebenarannya, harus diuji secara klinis Dalam kasus dislipidemia, tidak jelas apakah resep obat yang diberikan dapat mengobati setiap faktor risiko individual (berpengaruh untuk masing-masing dari subfraksi lipoprotein aterogenik, kaya triasilgliserol lipoprotein, LDL, dan HDL rendah secara terpisah atau, lebih tepatnya, ke subfraksi di agregat). Beberapa obat, seperti asam nikotinat dan fibrat, mempengaruhi beberapa faktor risiko lipoprotein secara bersamaan, sedangkan sasaran utamanya adalah LDL. Rekomendasi pengobatan untuk memperlakukan setiap faktor risiko secara terpisah memberikan sedikit petunjuk tentang bagaimana terbaik untuk mengobati dislipidemia kompleks sindrom metabolik. HDL adalah lipoprotein yang sangat kompleks berkaitan dengan sindrom metabolik. Pasien dengan kelompok faktor risiko metabolik biasanya HDLnya rendah .yang menjadi parameter adanya kejadian CVD. Di sisi lain, tidak diketahui apakah terapi peningkatan HDL karena pemberian obat akan mengurangi risiko CVD. tidak tertutup kemungkinan harus diuji secara klinis agar dapat meningkatkan kadar HDL. Mempengaruhi beberapa faktor risiko lipoprotein secara bersamaan Asam Nikotinat Fibrat

15 Diuretik Thiazide, Beta Blocker Angiotensin Receptor Blocker
Hipertensi Tujuan eksklusif terapi : menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. 1. Pilihan dan prioritas terapi obat harus bergantung pada keadaan metabolik pasien hipertensi. 2. Diuretik Thiazide, Beta Blocker Efek metabolik merugikan ACE inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker Sehubungan dengan hipertensi, ada 2 sekolah pemikiran tentang terapi. tujuan eksklusif terapi adalah menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. lainnya berpendapat bahwa, beberapa agen anti-hipertensi dapat mempengaruhi banyak sistem metabolisme oleh karena itu, pilihan dan prioritas terapi obat harus bergantung pada keadaan metabolik pasien hipetensi ., Di antara zat anti-hipertensi, diuretik thiazide dan beta Blocker telah terbukti memiliki efek metabolik yang merugikan, Sedangkan angiotensin mengkonversi penghambat enzim dan reseptor angiotensin blocker mungkin bermanfaat efek metabolisme ~ sementara angiotensin konversi enzim(ACE inhibitor) (menghalangi pembentukan angiotensin ii dalam ginjal , menyebabkan relaksasi arteri; mempromosikan ekskresi garam dan air dengan menghambat aktivitas enzim angiotensin mengkonversi enzim) dan angiotensin receptor blocker ( menurunkan tekanan darah) mungkin memiliki efek metabolik yang menguntungkan.. Dengan demikian, semakin penting untuk mempertimbangkan statusnya metabolik pasien ketika memilih obat anti-hipertensi. Efek metabolik menguntungkan Penting untuk mempertimbangkan statusnya metabolik pasien ketika memilih zat anti-hipertensi.

16 Diabetes Obat hipoglikemik Efek metabolik yang umum
Meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas Metformin, Sulfonilurea, Thiazolidinediones, Insulin Sehubungan dengan diabetes, beberapa obat hipoglikemik (meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas) mempunyai efek metabolik yang umum. jadi, tidak mungkin untuk membatasi penggunaannya untuk hiperglikemia.. Seperti metformin, sulfonilurea,thiazolidinediones, dan insulin itu sendiri. obat-obat ini sudah mendapatkan pesetujuan dari FDA untuk indikasi / tanda - tanda tunggal, bukan berarti obat ini dapat bertindak secara eksklusif pada faktor risiko tunggal. Dengan demikian , perlakuan / pengobatan hyperglycemia mungkin dapat memperbaiki sindrom metabolik secara keseluruhan, apakah hasilnya itu seperti yang diinginkan atau tidak. Semakin banyak dipelajari tentang cara kerja obat hipoglikemik, ada kemungkinan perubahan keadaan metabolik lainnya akan terbongkar. Perlakuan terhadap hyperglycemia mungkin memperbaiki sindrom metabolik secara keseluruhan, Semakin banyak dipelajari tentang cara kerja obat hipoglikemik, ada kemungkinan perubahan keadaan metabolik lainnya akan terlihat.

17 Dimiliki oleh blocker reseptor angiotensin
Obat akan dapat mempengaruhi beberapa faktor risiko metabolik secara bersamaan sedang dalam penelitian Menurunkan trigliserida dan gula darah, dapat mempengaruhi metabolisme energi di hati, otot, dan jaringan adipose. Pengembangan PPAR agonist Dimiliki oleh blocker reseptor angiotensin Masa depan menjajikan dari obat akan dapat mempengaruhi beberapa faktor risiko metabolik secara bersamaan. Bahkan sekarang, obat tersebut sedang dalam penelitian. Pada tahap awal pengembangan PPAR agonist (pan-peroxisome proliferator–activator receptor agonists) (menurunkan trigliserida dan gula darah) dapat mempengaruhi metabolisme energi di hati, otot, dan jaringan adipose. Entahlah Untuk saat ini obat-obat sejenis belum pasti terbukti aman, tetapi mereka adalah sebuah prototipe obat untuk masa depan. Telah dicatat juga bahwa beberapa blocker reseptor angiotensin memiliki PPAR agonist yang dapat digunakan untuk mengobati peningkatan tekanan darah dan glukosa secara bersamaan (19). Beberapa upaya yang dibuat termasuk FDA untuk menggabungkan obat ke dalam satu kapsul yang dapat mengobati beberapa faktor risiko sekaligus. Salah satu tujuan dari obat kombinasi adalah akan membantu untuk mengurangi beban polifarmasi yang menimpa pasien dengan kumpulan faktor risiko baru. Untuk mencegah muncul faktor resiko baru FDA berupaya menggabungkan obat ke dalam satu kapsul (obat kombinasi) yang dapat mengobati beberapa faktor risiko sekaligus serta mengurangi beban polifarmasi.

18 Mereka ini secara alami takut mengurangi fokus pada diabetes tipe 2, yang mirip dengan sindrom metabolik. Alasan Kahn et al, Asosiasi Diabetes Amerika & Asosiasi Eropa untuk Studi Diabetes, enggan mendukung konsep sindrom metabolik. Reaven menyumbang banyak pemahaman untuk kita tentang fenomena pengelompokan faktor risiko CVD. Mereka diperkirakan akan lebih memilih pendekatan-faktor risiko tunggal karena investasi mereka dan komitmen untuk diabetes. Hal ini lebih sulit, namun, untuk memahami mengapa Reaven bergabung dengan organisasi-organisasi ini. Dia telah menyumbang banyak untuk pemahaman kita tentang fenomena pengelompokan faktor risiko CVD. Namun, apakah ia menyetujui atau tidak, konsep nya sudah diterima secara luas oleh dokter yang ingin menerapkannya dalam praktek klinis mereka. Konsep nya sudah diterima secara luas oleh dokter yang ingin menerapkannya dalam praktek klinis mereka.

19 Alasan mengapa perpanjangan konsep sindrom metabolik WHO dan NCEP yang dijadikan sebagai pedoman klinis diterima dengan baik oleh dunia medis karena dianggap sebuah ide yang sudah tepat. Sekarang dapat diharapkan bahwa konsep ini akan menjadi semakin berpengaruh dalam penelitian dan praktek klinis. Salah satu alasan bahwa perpanjangan konsep sindrom metabolik pedoman klinis oleh WHO dan NCEP diterima dengan baik oleh dunia medis adalah bahwa itu adalah ide yang saatnya telah tiba. Reaven berbuat banyak untuk meletakkan landasan bagi penerimaan ini. Reaven melakukan banyak untuk meletakkan dasar untuk ini penerimaan  Selain itu, sedangkan organisasi tunggal gangguan dan subspesialisasi mungkin merasa sulit untuk merangkul pengelompokan faktor risiko sebagai paradigma pencegahan baru, realitasnya membuat langkah ke arah ini hampir tak terelakkan.

20


Download ppt "Perspective Does a diagnosis of metabolic syndrome have value in clinical practice? Scott M Grundy, 2006 Nurika F 201232068."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google