Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehVerawati Budiaman Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Apakah Cita-cita dalam Hidup Anda Sudah Tercapai?
Sewaktu kecil, selalu ditanya apa cita-cita kalau sudah besar nanti? Jawaban kebanyakan anak-anak jaman saya adalah dokter, guru atau polisi. Berbeda dengan anak-anak saya. Ketika ditanya mau jadi apa kalau sudah besar? Jawabannya adalah spiderman, ultraman, power rangers. Atau tokoh jagoan yang sedang naik daun di tayangan televisi Indonesia. Lucu memang, tapi itulah imajinasi mereka. Dulu eyang saya menginginkan saya menjadi dokter, supaya bisa mengobati keluarga dan orang tua katanya. Malah sempat sedikit turun keinginannya, tidak menjadi dokter tidak apa-apa yang penting mendapat suami seorang dokter. Haha, sekarang cita-cita eyang tercapai karena sudah menjadi istri dokter tapi dokter urusan perpohonan dan tanaman..hehe. Orang tua saya yang pegawai negeri (PNS) mempunyai harapan dan cita-cita yang lain lagi. Mereka ingin saya menjadi PNS saja seperti mereka, dapat pensiun dan pekerjaannya santai. Ini cerita bapak saya loh. Lalu apa cita-cita saya sendiri? Waktu kecil mempunyai cita-cita ala anak-anak pada jamannya untuk menjadi dokter, lalu ketika SMA berubah ingin menjadi dosen atau PNS. Nah setelah kuliah ingin bekerja di perusahaan swasta dan melanjutkan kuliah. Mulukkah cita-cita saya? Setiap manusia dilahirkan dengan cita-cita sekecil apapun, kalau kata teman saya cita-citanya standar banget, nggak muluk-muluk amat. Nah terkadang untuk mengejar cita-cita itu sampai sekolah di tempat yang paling bagus dan bergengsi. Lalu setelah itu, dapatkah cita-cita itu didapatkannya? Jawabannya iya dan tidak. Tergantung sebatas mana menilai kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup. Kebanyakan orang menilai kesuksesan dari materi dan pekerjaan. Menganggap sukses adalah kaya dengan jabatan, bahkan ada yang cukup puas hidup di desa terpencil atau pulau nan jauh dimana dengan keluarga tercinta.
2
Banyak hal yang mempengaruhi sebuah cita-cita dan kesuksesan terutama dalam pekerjaan, ini kesimpulan yang kami dapat dari hasil chating. Antara lain : 1. Kesempatan datang tidak tepat waktu. Ada sebuah tawaran pekerjaan/sekolah disaat dimana kita tidak siap menerimanya. Misal kendala waktu yang terbatas, sedang hamil atau tidak bisa meninggalkan hal lebih penting untuk dikorbankan dalam meraih cita-cita itu sendiri. 2. Status dan kondisi. Bagi yang berstatus single atau belum menikah, tentu masih banyak peluang yang bisa diperoleh. Misal untuk bekerja di bank, perusahaan penerbangan atau perusahaan tertentu yang memberi salah satu syarat standar yaitu lajang dari deretan syarat yang banyak. Maka ambilah kesempatan itu ketika masih lajang dan jangan buru-buru menikah. Kalau sudah menikah tentulah satu kesempatan sudah tertutup. Ibarat kalah sebelum berperang. 3. Faktor U atau umur. Kejarlah semua peluang dan kesempatan ketika kalian masih muda. Beberapa lowongan di media cetak selalu memberikan syarat umur maks. Maka ketika masih kinyis-kinyis, ambilah kesempatan itu. Baik untuk bekerja maupun sekolah. Karena makin berumur maka kerja otak untuk merekam semua memori menjadi lamban dan terbatas. 4. Berani ambil resiko. Nah ini yang terkadang paling sulit dilakukan. Ketika kesempatan datang dan kita harus berani mengorbankan sesuatu yang penting. Misal meninggalkan keluarga sementara waktu dan tinggal di tempat yang berjauhan dengan keluarga. Salut kepada teman-teman yang berani mengambil jalan ini, bahkan banyak teman yang menitipkan anak-anaknya ke keluarga atau orang tua, sementara mereka tinggal di tempat yang berbeda pula. Dan ternyata saya bukanlah orang yang berani mengambil resiko ini karena menganggap keluarga yang utama. 5. Tidak sesuai kemampuan. Kemampuan setiap orang tentu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kalau semua sama dan seragam, oh betapa monotonnya dunia ini. Kesempatan yang ditawarkan terkadang diluar kemampuan kita. Banyak kesempatan yang sudah saya lewatkan sebelumnya. Tawaran menjadi co ass dosen dan menjadi karyawan BUMN yang ternama. Karena saya memlilih pekerjaan yang tetap dekat dengan keluarga dan bisa selalu berkumpul setiap saat. Dan sekarang saya bisa mengikuti suami pindah ke Eropa dengan sesuka hati. Menyesalkah? Nah ini pembahasan yang diulas sahabat saya ketika chating di facebook.
3
Penyesalan selalu datang terlambat dan sesal tiada arti
Penyesalan selalu datang terlambat dan sesal tiada arti. Ingat ungkapan seorang guru bahasa Indonesia sewaktu saya sekolah di SMP dulu. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat? Kalau datangnya duluan bukan sesal namanya tapi kebodohan. Lalu, pernahkah kalian menyesali sesuatu dalam hidup? Apapun itu, saya yakin pasti setiap insan mengalaminya. Kalau ada yang bilang tidak pernah, berani taruhan pasti sedang berbohong. Tidak baikkah menyesali sesuatu? Sebagian orang akan mengatakan itu jelek atau bahasa gaulnya lebay, namun sebagian lagi akan mengatakan wajar, manusiawi dan lumrah. Sesal tiada arti. Memang iya sih, buat apa kita menyesali semua yang telah terlewati beberapa waktu yang lalu, toh tidak akan mengembalikan semua kesempatan itu lagi kan? Tentu kesempatan itu tak akan datang lagi. Lalu buat apa di sesali? Manusiawi juga sih ketika seseorang menyesali segala kesempatan yang pernah dilewatkan, seperti tawaran pekerjaan, bisnis, sekolah ataupun yang lain. Coba kesempatan itu datang lagi ya… wow, indah nian dunia ini. Namun saya tetap bersyukur atas semua kesempatan yang saya peroleh, walau di luar cita-cita yang diinginkan. Coba saya menjadi pegawai BUMN tentu tak akan bisa ikut pindah dan menikmati Eropa. Kalau jadi co ass dosen tentu mendapat kesempatan kuliah lagi, tapi siapkah berpisah dengan keluarga? Alhamdulillah atas semua kesempatan dan kebaikan yang telah saya peroleh dalam hidup ini. Tetap bersama keluarga dan menikmati Eropa. Namun tetap ingin meraih cita-cita yang berbeda…untuk bisa melanjutkan sekolah..sementara ini mungkin sekolah bahasa Swedia, syukur-syukur bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, amien..
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.