Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehIvan Muljana Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
Cerita & Figur Panji Cerita Panji adalah harta karun terpendam yang dimiliki Jawa Timur. Lahir di Kediri, berkembang sejak zaman Majapahit, kemudian menyebar ke banyak daerah hingga mancanegara, dan beredar dalam berbagai cerita rakyat. Cerita Panji bukan sekadar cerita. Ini adalah pusaka yang tak ternilai harganya. Sudah saatnya kita menyelamatkan, memelihara, mengembangkannya sebagai kontribusi positif pembangunan budaya bangsa. Cerita Panji adalah karya cipta yang merupakan simbol pertama kebangkitan sastra lisan dari Jawa Timur sebagai wilayah kerajaan besar yang menyatukan nusantara. Dari sudut tertentu, cerita Panji bahkan dapat bersanding dengan dua epos raksasa yaitu Mahabarata dan Ramayana yang penyebarannya beriringan dengan agama Hindu di Jawa. Sehingga cerita Panji menjadi sebuah alternatif atau produk budaya sanding seniman Jawa pada masa itu terhadap dua epos tadi. Pada dasarnya, cerita Panji adalah sekumpulan cerita pada masa Hindu-Budha di Jawa yang berkisah seputar kisah asmara Panji Asmorobangun dan Putri Candrakirana (Dewi Sekartaji) yang penuh dengan petualangan sampai akhirnya memerintah di Kerajaan Kediri. Tetapi ternyata, ditemukan banyak potensi budaya yang luar biasa dan dapat dikembangkan menjadi bahan ajar pendidikan formal dan nonformal, bahkan sebagai bahan baku industri budaya. Cerita Panji adalah cerita Jawa asli yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah nusantara (Bali, Sunda, Lombok, Kalimantan, Palembang, Melayu) serta di berbagai negara di daratan Asia Tenggara. Hal ini merupakan aspek penting yang perlu disosialisasikan sebagai alternatif cerita wayang yang selama ini hanya menjadi monopoli Mahabarata dan Ramayana yang datang dari India. Beberapa kesenian tradisional yang selama ini menggunakan cerita Panji misalnya Wayang Beber (Malang), Wayang Topeng (Pacitan), Wayang Golek Kediri, Wayang Thengul (Bojonegoro), Wayang Krucil (Nganjuk), Legong Kraton (Lasem), Lutung Kasarung (Jabar) dan banyak kesenian di Bali, Kalimantan, Kamboja, dan sebagainya. Sementara yang berupa fisik, terpahat dalam relief di beberapa candi (punden berundak) di lereng Gunung Penanggungan, Candi Penataran dan peninggalan purbakala di lereng Gunung Arjuno. Bahkan, patung Panji pernah ditemukan di Candi Selokelir di lereng Penanggungan. Banyak yang terperangah, bahwa Panji ternyata bukan sekadar dongeng menjelang tidur. Panji adalah sosok sejarah sekaligus legenda. Sosok Panji ternyata sudah amat sangat lama terpatri di lereng Gunung Penanggungan, Arjuno dan juga tertatah di Candi Penataran. Cerita-cerita terkait Panji juga banyak mengajarkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam. Mengenal Figur Panji Siapakah sesungguhnya Panji? Masih banyak yang beranggapan bahwa Panji adalah sosok fiktif yang hanya ada di cerita dongeng. Citra ini memang tak lepas dari kemasan budaya tutur Panji yang lebih berupa “Dongeng yang Disejarahkan” ketimbang “Sejarah yang Didongengkan”. Bila dirunut ke belakang, barangkali ini tak lepas dari pengaruh kekuasaan Majapahit ketika cerita heroik soal “pahlawan Kediri” ini lahir. Dalam bukunya, Prof. DR. CC. Berg (1928) menyebutkan, bahwa penyebaran cerita Panji dimulai adanya Kertanegara Raja Singasari mengadakan pamalayu, tahun 1277 M sampai kurang lebih tahun 1400 M. Dari sumber ini diketemukan Panji adalah pahlawan kebudayaan. Ki Ageng Sri Widadi dari Kasunyatan Jawi, dalam makalahnya menuliskan, bahwa Panji adalah tokoh yang menggunakan kesenian untuk menundukkan lawan. Panji pandai bermain gamelan, juga penari yang piawai, sebagai dalang yang pintar mempesona penonton, bahkan berjasa menyusun nada-nada gamelan berlaras pelog. Dwi Cahyono, arkeolog dari Universitas Negeri Malang. Menuturkan, Panji adalah tokoh manusia biasa, yang merupakan Pangeran Jawa dan bukan pahlawan pendatang seperti Rama dan Pandawa. Panji adalah sosok yang piawai berolah seni, seorang Maecenas kesenian Jawa masa lalu. Panji acap diceritakan sebagai pemain musik, penari, pemain drama (sendratari) dan penulis puisi. Panji adalah tokoh teladan masa lampau, dan perilakunya merupakan teladan arif dalam mengembangkan lingkungan dengan cara-cara yang sarat dengan nilai ekologis. Keteladanan Panji sebagai seseorang yang dipredikati sebagai “pahlawan budaya” masa lalu (masa Hindu-Budha) itulah kiranya yang perlu diupayakan untuk dapat ditransformasikan bagi pengembangan kesenian lokal dan pertanian serta pengelolaan lingkungan hidup pada masa kini maupun mendatang. Bahkan, menurut Dwi Cahyono, Kapanjian tidak hanya sekadar merupakan fenomena kesenian, namun sekaligus berwujud sebagai fenomena sosial, pemerintahan, kemiliteran, religi dan fenomena lainnya. Oleh karena itu cukup alasan untuk menyatakan bahwa Kapanjian merupakan suatu fenomena budaya. Tradisi Panji adalah Tradisi Budaya, karena terbukti budaya Panji berkelanjutan dan mengalami diversifikasi bentuk dan fungsi hingga lintas masa dan sekaligus lintas area. Peranan sosok Panji yang memesona terhadap kebudayaan layak ditauladani oleh seluruh masyarakat sampai kapan pun. Atas peranannya sebagai pengayom dan pengembang kebudayaan di masa silam, maka pantaslah apabila pada tahun 1959, Wilem Hubert Rasser memberi predikat Panji sebagai Pahlawan Kebudayaan (Culture Hero) atau sang maecenas (pelindung) kebudayaan masa lalu. Karakteristik Panji menurut beberapa sumber sastra, babad maupun data arkeologis yakni kesatria berwajah tampan, pendiam, berjiwa lemah lembut, gemar menuntut ilmu, seniman gamben dan mumpuni di berbagai cabang seni, jujur, taat pada orang tua, menyayangi binatang, sopan, menghormati istri, simpatik, dan menarik, pandai menulis di kertas lontar, pahlawan perang, piawai menari dan bermain gamelan, serta piawai mendalang wayang.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.