Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

OLEH: RUDI HARTONO, S.Gz Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "OLEH: RUDI HARTONO, S.Gz Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017"— Transcript presentasi:

1 OLEH: RUDI HARTONO, S.Gz Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017
IMPLEMENTASI PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL –PARENTERAL TERHADAP PASIEN MALNUTRSI BERBASIS ASUHAN GIZI TERSTANDAR OLEH: RUDI HARTONO, S.Gz Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017

2 KASUS MALNUTRISI Menurut data WHO tahun 2005, Indonesia tergolong sebagai negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi pada 2004 karena balita dari balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk. Sebesar 60% pasien rawat inap mengalami malnutrisi (PGRS, 2013)

3 KASUS GIZI BURUK/MALNUTRISI BERAT
Dinkes Prov Kalbar, 2017

4 Lanjutan… Pengalaman di negara maju telah membuktikan bahwa hospital malnutrition khususnya pasien ranap, berdampak buruk terhadap proses penyembuhan penyakit dan penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan status gizi akan mempunyai risiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Semua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup.

5 MENYAMAKAN PERSEPSI TTG MALNUTRISI
DIFINISI Asupan protein dan atau energi yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan hilangnya cadangan lemak tubuh dan atau pengerutan otot termasuk malnutrisi yang berkaitan dengan kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis dan malnutrisi terkait penyakit akut atau injury. (PAGT, 2014)

6 PENYEBAB MALNUTRISI Kondisi fisiologis akibat penyakit akut atau kronis atau injury/ trauma yang menyebabkan peningkatakan kebutuhan gizi; Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna; Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan ekonomi, pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak, orang-orang terlantar; Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan; Kurangnya Pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terutama mengenai jumlah energi dan jumlah serta jenis protein Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan (PAGT, 2014)

7 BEBERAPA PENYEBAB TERJADINYA MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT (Kusumayanti, et all, JICN 2004); (O Daly (2010) anoreksia penyakit saluran cerna disertai mual, muntah, dan diare Asupan Energi yang tidak adekuat infeksi berat gangguan menelan Pasien yang menjalani Hemodialisa kemoterapi. Pasien kritis seringkali mengalami stress akibat trauma, cedera, pembedahan, sepsis dan penyakitnya sehingga mengakibatkan peningkatan metabolisme dan katabolisme lansia dengan penurunan kesadaran dalam waktu lama

8 TANDA MALNUTRISI – 1 PENGUKURAN ANTROPOMETRI Malnutrisi yang dapat dilihat dari berat badan BMI/IMT IMT <18,5 menunjukkan underweight, IMT untuk lansia (> 65 tahun) <22,IMT anak-anak IMT <5 persentil Gagal tumbuh misalnya kegagalan percepatan pertumbuhan atau keterlambatan perkembangan. Pertambahan berat badan ibu hamil yang tidak adekuat Kehilangan berat badan, dewasa> 20% dalam 1 tahun,> 10% dalam 6 bulan,> 7,5% dalam 3 bulan, >5% dalam 1 bulan,> 1 sampai 2% dalam 1 minggu Pertumbuhan anak-anak, tidak mencapai berat badan yang diharapkan dan atau penurunan kurva pertumbuhan, melewati dua atau lebih persentil pada grafik pertumbuhan Underweight dengan kehilangan lemak tubuh dan atau otot.

9 TANDA MALNUTRISI-2 RIWAYAT NUTRISI Perkiraan asupan energi< 50%-75% dari perkiraan RMR atau RMR yang terukur Tidak dapat atau tidak mau mangonsumsi energi / protein yang cukup untuk mempertahankan berat badan yang ideal Menghindari makanan dan atau tidak tertarik untuk makan Konsumsi alkohol yang berlebihan atau obat obatan lain yang mengurangi nafsu makan Perubahan indikator fungsional, misalnya kekuatan menggenggamatau ukuran lain dari aktivitas fisik dan atau kekuatan

10 TANDA MALNUTRISI-3 TANDA FISIK Hilang lemak subkutan misalnya. Orbitall, trisep, lemak diatas tulang rusuk. Kehilangan otot seperti Pengecilan otot teporalis, klavikula (pectoralis dan punggung), bahu (punggung), otot interoseus, tulang belikat (latissimus dorsi, trapezious, deltoids), paha (paha depan) dan betis (gastrocnemius). akumulasi cairan general atau terlokalisir ( ekstremitas, vulvar/scrotal, asites) Perubahan indikator fungsional misalnya kekuatan menggenggam

11 TANDA MALNUTRISI-4 RIWAYAT PERSONAL
Infeksi mayor seperti, sepsis, pneumonia, peritonitis, dan infeksi akibat luka, luka bakar berat, trauma, cedera kepala tertutup, cedera paru akut, sindrom gangguan pernapasan pada orang dewasa, dan operasi mayor yang berhubungan dengan malnutrisi pada penyakit atau cedera akut • Diagnosis medis dari malnutrisi termasuk malnutrisi pada penyakit atau cedera akut, malnutrisi pada penyakit atau kondisi kronis dan malnutrisi akibat kondisi sosial dan lingkungan

12 PENYAKIT PENYERTA PADA PASIEN BALITA MALNUTRISI BERAT
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA); Diare persisten; Cacingan; Tuberculosis; Malaria; dan HIV/AIDS (Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010)

13 DAMPAK KONDISI PASIEN MALNUTRISI DI RUMAH SAKIT (O Daly (2010) .
Meningkatkan kematian; Komplikasi; Memperlama lama rawat; Meningkatkan biaya dan memperpanjang waktu penyembuhan

14 DUKUNGAN NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL
Pada kondisi tertentu seringkali mulut dan saluran cerna tidak dapat berfungsi secara optimal, misalnya pada penurunan kesadaran, gangguan neuromuscular, kelainan bedah traktus gastrointestinal, penyakit peradangan saluran cerna, gangguan malabsorbsi berat, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan alternatif lain dalam memberikan nutrisi pada anak sesuai masalahnya, yaitu nutrisi enteral dan parenteral (Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan (PIKAB) VIII, 2010)

15 KETEPATAN DALAM DUKUNGAN PEMBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL
Dukungan nutrisi secara enteral dapat dilakukan apabila saluran cerna masih dapat dimanfaatkan secara optimal namun fungsi oral anak terganggu, sedangkan nutrisi parenteral diperlukan apabila terdapat masalah pada saluran cerna baik parsial maupun total, sehingga asupan nutrisi enteral tidak adekuat.

16 PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
DIFINISI Adl: Pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Untuk mengatasi masalah khususnya pasien dengan keadaan malnutri berat tersebut, sangat diperlukan asuhan gizi yang efektif dan efisien. Asuhan Gizi di rumah sakit dilaksanakan oleh para tenaga profesional yang tergabung dalam Tim Asuhan Gizi/ /Nutrition Suport Tim (NST) (PGRS, 2013).

17 PERAN TIM ASUHAN GIZI (PGRS, 2013)
Dokter (DPJP) Bidan/Peraw at Dietisien Farmasi 1. Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien. 2. Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal) 3. Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive 4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi gizi. 5. Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi 1. Melakukan skrining gizi pasien pada assesmen awal perawatan 2. Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi khusus ke dietisien. 3. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi/panjang badan secara berkala Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter. Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan intervensi gizi. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait vit, min, elektrolit dan nutrisi parenteral Menentukan kompatilitas zat gizi yang diberikan pada kepada pasien. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh klien/pasien bersama perawat. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan. 5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan.

18 Manfaat Asuhan Gizi Terstandar
Mempertahankan status gizi agar tidak menurun.  Mencegah/mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi metabolik maupun infeksi serta interaksi obat dan bahan gizi yang pada akhirnya diharapkan mampu menurunkan morbiditas dan mortalitas. Biaya perawatan menjadi lebih rendah akibat masa rawat inap yang lebih pendek

19 IMPLEMENTASI ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN MALNUTRISI

20 ASSESMENT GIZI BEBERPA INDIKASI YANG DAPAT DIKAJI
gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, keadaan lain yg memerlukan restriksi; keadaan lain yang memerlukan restriksi cairan; Sangat kurus (IMT<16); Anorexia berat, kesadaran menurun, mual muntah, Tidak bisa makan dan minum melalui mulut; Malnutrisi (BB =45 kg, TB:170 cm)/IMT< 18 (sangat kurus); Ca lidah sejak 6 bulan yang lalu; Extremitas, otot dan tulang; lemah, hilang lemak subkutan; ada massa di mulut; hipoglikemia l,kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7 hari di ICU , infeksi pernafasan, saluran eliminasi urin, pasca pembedahan

21 DIAGNOSA GIZI Malnutrisi berkaitan dengan asupan energi dan protein yang kurang & peningkatan kebutuhan (Ca lidah) dalam waktu lama (6 bulan) dan adanya peningkatan kebutuhan ditandai dengan IMT 17,6, kurus, lemah, hilang lemak subkutan, perubahan BB 35,7% dalam waktu 6 bulan

22 INTERVENSI GIZI (KEPUTUSAN TIM ASUHAN GIZI)
Memberikan asupan makanan adekuat melalui enteral mencapai 80% dari kebutuhan; Mengoreksi malnutrisi secara bertahap; Jenis makanan enteral polimerik tinggi protein, bentuk cair dan route NGT Frekuensi : 6 x 250 cc, 1 x 200 cc (tiap 2 jam sekali); Kebutuhan : Energi :1710 kkal, Protein :67,5 gr, Lemak: 47,5 gr, Karbohidrat 256,5 gr.

23 SETELAH MENDOKUMENTASIKAN PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR, KEMUDIAN TIM ASUHAN GIZI RUMAH SAKIT MENENTUKAN INTERVENSI YANG PALING TEPAT TERKAIT PASIEN MALNUTRISI BERAT (KOLABORASI)

24 INTAKE PERORAL ADEKUAT INTAKE PERORAL INADEKUAT
MODIFIKASI IMPLEMENTASI PEMILIHAN CARA PEMEBERIAN NUTRISI ENTERAL DAN PARENTERAL ASSESSMENT GIZI DIAGNOSA GIZI PENILAIAN STATUS GIZI Peritonitis Difus Imaturitas Fungsi GIT Atresia Intestinal Obstruksi Intestinal Intractable diarrhea, vomiting NEC Pancreatitis yang berat Short Gut Syndrome Severe Inflammatory bowel disease YA TIDAK FUNGSI GIT INTAKE PERORAL ADEKUAT INTAKE PERORAL INADEKUAT NUTRISI PARENTERAL MODIFIKASI DIET JANGKA PENDEK JANGKA PANJANG/RETRIKSI CAIRAN JALUR SENTRAL INTAKE PERORAL ADEKUAT INTAKE PERORAL INADEKUAT JALUR PERIFER FUNGSI GIT KEMBALI JANGKA PENDEK MAKANAN ENTERAL JANGKA PANJANG YA TIDAK OROGASTRIK NASOGASTRIK NASODUODENAL NASOIEIUNAL GASTROTOMI JEJUNOSTOMI FUNGSI GIT COMPROMISED FORMULA SPESIAL INADEKUAT;NUTRISI PARENTERRAL NORMAL NUTRISI STANDAR ADEKUAT;PERSIAPAN DIET KOMPLEKS NUTRISI ORAL NUTRISI ENTERAL ADEKUAT; PERTIMBANGAN NUTRISI ORAL INADEKUAT

25 MONITORING DAN EVALUASI
NO MONITORING EVALUASI WAKTU 1 ASUPAN Membandingkan daya terima makanan dengan yang disajikan (target) SETIAP HARI 2 ANTROPOMETRI Perubahan berat badan 1 MINGGU 3 FISIK Perubahan fisik (otot, lemak subkutan)

26 NUTRISI ENTERAL DEFINISI Nutrisi enteral/ Enteral Nutrition (EN) adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin gastrostomy dan jejunum percutaneous) (Yuliana, 2009).

27 LANJUTAN… Nutrisi enteral sebaiknya diberikan pada semua pasien kritis kecuali pasien mengalami distensi abdomen, perdarahan gastrointestinal, diare dan muntah. Nutrisi enteral yang diberikan pada pasien dengan gangguan gastrointestinal dapat menyebabkan ketidakcukupan pemenuhan nutrisi dan berisiko terjadi malnutrisi. (Ziegler, 2009).

28 TUJUAN Memenuhi kebutuhan optimal pasien ü Mencegah atrofi mukosa usus
ü Mempertahankan fungsi barrier usus ü Menghambat absorpsi toksin ü Mencegah translokasi bakteri ü Mempertahankan/memperbaiki imunitas usus

29 Penggolongan Formula Enteral
Formula Polimerik Formula Semi Elemental Formula Elemental

30 Syarat Formula Enteral
Kandungan nutrisi sesuai Kebutuhan Ideal : 1 kkal dalam 1 cc cairan 2. Kandungan nutrisi seimbang Kebutuhan energi sebagian besar diambil dari KH dengan komposisi umum untuk Indonesia yaitu :  KH : 60 – 70 % - Protein : 15 – 20 % - Lemak : 20 – 30 %

31 LANJUTAN.. Osmolaritas sama dengan cairan tubuh.
Ideal : 350 – 400 m Osmolaritas sesuai dengan osmolaritas cairan ekstraseluler Mudah diabsorbsi Tanpa atau mengandung serat Makanan enteral yang banyak mengandung serat bersifat bulk dapat meningkatkan frekuensi defekasi, terutama dibutuhkan untuk px geriatri dan konstipasi

32 FORMULA POLIMERIK Mengandung makronutrien dalam bentuk utuh (intak)
Memerlukan proses cerna sebelum diserap Pada umumnya ditoleransikan dengan baik Formula polimerik lengkap mengandung makro dan mikro nutrien (termasuk serat) Formula polimerik tidak lengkap mengandung makronutrien hanya satu macam atau lebih, dengan tanpa zat gizi lain.

33 FORMULA SEMI ELEMENTAL
Formula yang sebagian kandungan nutriennya masih memerlukan proses cerna (semi digested) ØProtein dalam bentuk dipeptida dan tripeptida, oligopeptida, dan asam amino bebas

34 FORMULA ELEMENTAL Formula dengan kandungan yang siap serap
Kandungan proteinnya berupa kristal asam amino, mono atau di peptida atau campuran Kabohidrat berupa mono atau disakarida atau campuran Lemak dapat berupa asam lemak rantai sedang atau asam lemak rantai panjang, baik esensial maupun non esensial

35 KAPAN PEMBERIAN NE Sesegera mungkin, antara jam setelah trauma atau operasi dengan tujuan a.l. memberi makan usus (gut feeding);  Pada bayi BBLR dapat diberikan dalam waktu 24 – 72 jam setelah lahir dengan pemberian secara kontiniu Pada anak atau bayi dengan resiko malnutrisi yang disebabkan oleh penyakit kronis pemberian NE dapat dimulai segera.

36 TAHAPAN PEMBERIAN NE DINI
Pada pasien dewasa untuk memberi makan usus dimulai dengan volume 10 – 50 ml / jam, secara tetesan terbukti aman dan dapat ditoleransi dengan baik

37 FORMULA ENTERAL RUMAH SAKIT
Jenis Formula Indikasi Pemberian Dengan Susu Lambung, usus halus, kolon bekerja normal Makanan Blender Memerlukan tambahan makanan berserat Rendah Laktosa Intoleran laktosa Tanpa Susu Tidak Tahan Protein susu

38 SYARAT FORMULA ENTERAL
Kandungan nutrisi sesuai Kebutuhan Ideal : 1 kkal dalam 1 cc cairan Kandungan nutrisi seimbang Kebutuhan energi sebagian besar diambil dari KH dengan komposisi umum untuk Indonesia yaitu : - KH : 60 – 70 % - Protein : 15 – 20 % - Lemak : 20 – 30 %

39 Lanjutan….. Osmolaritas sama dengan cairan tubuh.
Ideal : 350 – 400 m Osmolaritas sesuai dengan osmolaritas cairan ekstraseluler Mudah diabsorbsi Tanpa atau mengandung serat Makanan enteral yang banyak mengandung serat bersifat bulk dapat meningkatkan frekuensi defekasi, terutama dibutuhkan untuk px geriatri dan konstipasi

40 SYARAT FORMULA ENTERAL Lanjutan
Bebas atau rendah laktosa Intoleransi laktosa sering terjadi pada malnutrisi. Disarankan 0,5% dari total Karbohidrat Rendah/bebas dari bahan yang mengandung purine dan kolesterol. Jenis formula enteral secara umum biasanya adalah jenis polimerik yang mengandung nilai gizi seimbang cukup vitamin dan mineral.

41 BAHAN MAKANAN SEHARI FRS
Berat (g) Maizena 20 Telur ayam 150 Jeruk 100 Margarin 10 Susu penuh bubuk 120 Susu skim bubuk 40 Gula pasir 80 Cairan 1500 ml

42 BAHAN PANGAN LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF FORMULA ENTERAL
TEMPE KACANG HIJAU BERAS GANYONG TEPUNG DAUN KELOR

43 KANDUNGAN GIZI DAUN KELOR

44 KANDUNGAN ASAM AMINO DAUN KELOR

45 FAKTA ILMIAH DAUN KELOR
Penelitian membuktikan bahwa penambahan daun kelor memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan kadar transferin darah tikus yang KEP (Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2015, Vol.2 No.2 : 108 – 11) Pada keadaan KEP, transferin merupakan salah satu serum protein yang berkurang jumlahnya dalam sirkulasi hati. Berkurangnya transferin sebagai bagian dari serum protein dikarenakan pada kondisi KEP, tubuh kehilangan suplai asam amino yang menyebabkan penurunan sintesis serum protein.

46 Rekomendasi Zat Gizi Zat gizi yang direkomendasikan adalah penambahan pemberian glutamin (Martindale, et al., 2009; Ziegler, 2009). Penelitian lain juga mendukung penambahan pemberian glutamin dilakukan oleh Jonqueiraet al. (2012) yaitu untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan maka selain pemberian enteral ditambahkan pula infus dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam dengan diet semi elemental, normokalori, hipolipid, dan hiperprotein dengan penambahan glutamine.

47 LANJUTAN…. Penelitian lain juga mendukung penambahan pemberian glutamin dilakukan oleh Jonqueiraet al. (2012) yaitu untuk meningkatkan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan maka selain pemberian enteral ditambahkan pula infus dengan volume minimal yaitu 15 ml/ jam dengan diet semi lemental, normokalori, hipolipid, dan hiperprotein dengan penambahan glutamine.

48 Glutamin Manfaat : Glutamin sgt dibutuhkan utk kerja sel dlm proses penyembuhan luka ,sebagai bahan bakar untuk sel-sel usus, dan pembentukan amonia didalam ginjal

49 Berdasarkan penelitian terbaru penggunaan nutrisi enteral pada pasien tidak lagi menunggu bising usus pasien efektif ataupun terjadinya flatus/kentut pada pasien post operasi. Pemberian support nutrisi enteral secara awal terbukti efektif dalam meningkatkan system imun dan mengurangi risiko infeksi (Ziegler, 2009; Menerez, 2012).

50 NUTRISI PARENTERAL Nutrisi parenteral diberikan pada keadaan Ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap makanan secara memadai, yaitu pada kasus muntah yang persisten, diare berat, sindrom malabsorbsi berat, trauma perut, ileus yang lama, reseksi usus yang luas. Usus harus diistirahatkan yaitu fistula enteral serta penyakit inflamasi usus akut

51 LANJUTAN…. Nutrisi Parenteral diberikan bila asupan nutrisi enteral tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien dan tidak dapat diberikan dengan baik. Nutrisi parenteral diberikan pada pasien dengan kondisi reseksi usus massif, reseksi kolon, fistula dan pasien sudah dirawat selama 3-7 hari (Ziegler, 2009).

52 Nutrisi Parenteral juga dijadikan nutrisi suportif/suplemental bagi :
pasien pra bedah yang mengalami deplesi nutrien berat/kehilangan BB sampai lebih 10% dari BB semula. Pasca bedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal selama 5 hari atau lebih Kondisi trauma (luka bakar, fraktur multipel, sepsis) Kanker Malnutrisi protein atau protein kalori Pada kondisi yang menolak atau ketidakmampuan makan seperti anoreksia nervosa, atau kelainan neurologis seperti paralisis pseudobulbar yang membuat pasien tidak dapat makan secara normal.

53 KOMPONEN TPN Mengandung kombinasi dari gula dan karbohidrat (untuk energi), protein (untuk kekuatan otot), lemak, elektrolit dan trace element. Larutan TPN harus mengandung beberapa substansi, tergantung dari keadaan pasien Kandungan Nutrisi : Air (30 – 40 ml/kg/day) Energi (30 – 60 kacl/kg/day) tergantung dari energi expenditur Asam amino (1 – g/kg/day) tergantung dari tingkat katabolisme Asam lemak esensial

54 Strategi Mencegah Kekurangan Gizi
Nutrisi Enteral memiliki komplikasi yang lebih rendah dibandingkan NutrisiParenteral. Namun, seringkali penggunaan EN sendirian tidak mampu mencukupi target kalori yang dibutuhkan pasien. Oleh karena itu kombinasi penggunaan EN dan PN merupakan strategi untuk mencegah kekurangan nutrisi. Beberapa kelebihan EN jika dibandingkan dengan PN yaitu biayanya lebih murah, penyerapan nutrisi oleh usus lebih baik, risiko infeksi lebih rendah dan insiden komplikasi metabolik lebih rendah (Ziegler, 2009).

55 Hasil Penelitian Tentang Dampak Positif Pemberian Enteral -Parenteral Nutrition
Beberapa komplikasi yang terjadi pada pemberian nutrisi melalui PN yaitu neumothorax, hiperglikemia, bleeding, dan thrombus pada pemasangan central venous cathether (CVC). Pemberian PN dapat menurunkan risiko kematian dibandingkan pemberian melalui EN. Risiko kematian juga dapat diturunkan dengan penambahan asupan energy kcal/hari dan dengan pemberian protein 30 gr/hari. Kondisi tersebut berefek apabila BMI < 25 atau ≥ 35 (Ziegler, 2009; Alberda, 2009).

56 KOMBINASI EN DAN PN Pemberian nutrisi melalui EN dan PN memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Secara umum, nutrisi enteral memiliki komplikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan nutrisi parenteral. Penggunaan EN secara sendirian terkadang tidak mampu memenuhi target kalori yang dibutuhkan pasien. Oleh karena itu kombinasi penggunaan EN dan PN merupakan strategi untuk mencegah kekurangan nutrisi (malnutrisi) (Joseph, 2010; Casaer, et al., 2011).

57 SEKIAN DAN TERIMA KASIH


Download ppt "OLEH: RUDI HARTONO, S.Gz Seminar Nasional-Singkawang, 08 Juli 2017"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google