Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehFarida Hermawan Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
ATMOSPHERIC DISPERSION Dispersi/Persebaran Atmosfir
2
Pabrik Plastik PT. Innan, Semarang
3
Pabrik Gula Rendeng, Kudus
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi gas-gas ke atmosfir adalah :
Keharusan untuk mengurangi emisi atmosfir menjadi minimum atau paling tidak di bawah Nilai ambang batas yang ditentukan. Bagaimanapun juga, terdapat beberapa residu emisi yang tidak dapat dihilangkan dan ini harus secara aman didispersikan ke lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dispersi gas-gas ke atmosfir adalah : Suhu Kecepatan angin Turbulensi
5
SUHU Suhu merupakan faktor kritis. Pada umumnya suhu atmosfir berkurang terhadap ketinggian dan perubahan nyata suhu terhadap ketinggian dikenal sebagai environmental lapse rate (ELR). Udara yang berasal dari permukaan bumi, jika naik, akan dingin karena ekspansi perubahan tekanan. Laju pendinginan dikenal sebagai dry adiabatic lapse rate (DALR) dan kira-kira 9,80C per kilometer, sampai terjadinya pengembunan. The environmental lapse rate (ELR) akan menentukan apa yang terjadi dengan kantung udara jika dilakukan pemaksaan untuk naik
6
Gambar 1a. Unstable atmosphere
7
Gambar menunjukkan situasi di mana ELR mempunyai perubahan temperatur yang besar terhadap ketinggian dari pada DALR. ΔT/ΔZ = - 1,250C/100 m Hal ini berarti sejumlah kecil volume udara dipindahkan ke atas dan menjadi kurang berat daripada sekelilingnya dan akan berlanjut dengan gerakannya ke atas. Hal ini merupakan kondisi yang dikehendaki untuk dispersi atmosfir dan dikenal dengan Unstable Conditions
8
Gambar 1b Stable atmosphere
9
Gambar 1c. Stabilitas Netral
10
Gambar 1.c. menunjukkan situasi di mana ELR dan DALR secara kasar sama, dikenal dengan Neutral Conditions (ΔT/ΔZ = - 1,000C/100 m). Dalam hal ini, tidak ada kecenderungan untuk perpindahan volume untuk memperoleh atau kehilangan gaya ke atas. Situasi ketiga ditunjukkan Gambar 1.b. di mana ELR pada kondisi suhu meningkat terhadap ketinggian, dikenal sebagai Inversion. Hal ini dikenal dengan Stable Conditions dan memberikan tahan yang kuat terhadap gerakan ke atas dari suatu perpindahan volume udara. ΔT/ΔZ = - 0,500C/100 m Stable Conditions merupakan problem utama dalam titik pandang dispersi gas.
11
Gambar 2. Tipikal Variasi Stabilitas Atmosfir Harian
12
Pada lapisan lebih bawah atmosfir. ELR berubah terhadap waktu tiap hari. Gambar 2. menunjukkan jenis variasi harian stabilitas atmosfir. Dimulai sebelum terbit matahari, suhu minimum adalah pada permukaan bumi. Hal ini disebabkan oleh hilangnya panas radiasi gelombang panjang. Ini akan menyebabkan suatu inversi (meningkatnya suhu terhadap ketinggian) sampai mungkin 100 meter. Segera setelah matahari terbit, pemanasan pada lapisan atas terjadi, tetapi inversi masih tersisa pada lapisan yang lebih tinggi. Sekitar tengah hari, pemanasan telah meluas dari permukaan bumi, sehingga sekarang dalam kondisi tidak stabil (unstable conditions) yaitu berkurangnya suhu terhadap ketinggian melalui lapisan atmosfir lebih rendah. Mendekati matahari terbenam, terdapat radiasi dari permukaan bumi, dan inversi mulai meluas ke permukaan
13
Mulai dengan menentukan lapse rate ΔT/ΔZ = (T2 – T1)/(Z2 – Z1)
Contoh soal : Diberikan data berikut untuk suhu dan elevasi, tentukan stabilitas atmosfirnya ? Elevasi (m) Suhu (0C) 2, ,35 ,13 Penyelesaian : Mulai dengan menentukan lapse rate ΔT/ΔZ = (T2 – T1)/(Z2 – Z1) = (11,13 – 14,35)/(324 – 2,00) = - 0,0100C/m = -1,000C/100 m Stabilitas : Netral
14
Gambar Sebaran polutan udara pada berbagai stabilitas atmosfir.
15
a. Looping Terjadi bila penurunan suhu akibat ketinggian (lapse rate) besar sehingga terjadi kondisi labil yang kuat. Atmosfir didominasi struktur olakan yang relatif besar disertai konveksi bebas. Disebabkan oleh ukuran olakan yang lebih besar dari diameter kepulan maka akibatnya transportasi kontaminan akan bergerak ke atas dan ke bawah pada alur yang berliku-liku. Transportasi yang tidak menentu tersebut dapat mengakibatkan kepulan yang relatif pekat dan belum mengalami pengenceran kontak dengan penerima pada jarak yang sangat pendek dari cerobong sehingga lokasi kontak konsentrasi kontaminan sesaatnya tinggi.
16
b. Conning Terjadi pada waktu siang atau malam pada semua musim.
Karakteristik atmosfir berangin dan atau berawan pada kondisi stabil mendekati netral. Tidak adanya turbulensi menyebabkan atmosfir hanya mengalami olakan konveksi paksaan kecil yang ditimbulkan oleh gesekan. Tidak adanya penguatan vertikal dari kondisi labil maka penyebaran vertikal dan lateral dari kepulan hampir sama sehingga kepulan berbentuk kerucut simetri.
17
c. Fanning Dicirikan atmosfir yang sangat stabil (adanya inversi). Kondisi ideal terjadi pada daerah anti siklon terutama pada malam hari. Pada kondisi di mana turbulensi lemah atau tidak ada sama sekali, hanya ada sedikit gerakan pada kepulan. Udara yang stabil menekan setiap gerakan pengadukan vertikal sehingga difusi vertikal kecil. Tidak adanya transportasi vertikal mengakibatkan konsentrasi kontaminan pada permukaan tanah sangat kecil kecuali cerobongnya rendah atau kepulan tertiup angin yang mengarah ke topografi yang lebih tinggi di mana kepulan akan bertemu dengan permukaan tanah. Kepulan tipe fanning pada umumnya berpotensi menjadi bentuk kepulan yang lebih berbahaya atau tipe fumigasi.
18
d. Lofting Tipe lofting merupakan kondisi dispersi kontaminan yang paling baik. Tipe ini dijumpai umumnya pada petang hari di mana terjadi inversi radiasi. Lapisan stabil di bawah kepulan menghalangi transportasi ke bawah, sedangkan lapisan yang agak labil di atas mengakibatkan kepulan terdispersi ke atas. Kondisi ini seringkali hanya transisi karena bila tinggi inversi melebihi tinggi efektif cerobong maka kepulan akan berubah menjadi fanning.
19
e. Fumigasi Adalah kondisi kebalikan dari lofting. Pada fumigasi inversi di atas kepulan menghalangi dispersi ke atas. Profil penurunan suhu di bawah inversi mengakibatkan terjadinya pencampuran vertikal sehingga kepulan akan turun ke permukaan tanah.
20
KECEPATAN ANGIN Tidak hanya perubahan arah angin akan tetapi juga kecepatan angin meningkat terhadap ketinggian di atas permukaan bumi ketinggian maksimum di mana kecepatannya sama dengan udara bebas (free air) atau kecepatan angin geostrophik. Laju perubahan kecepatan angin terhadap ketinggian disebabkan oleh topografi. Bangunan-bangunan di area pedesaan, misalnya memperlambat udara sampai ke tanah, hal ini berarti bahwa kecepatan maksimum terjadi pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada ketinggian permukaan daerah kita.
21
TURBULENSI Turbulansi mekanik disebabkan oleh kekasaran dari permukaan bumi. Jauh dari permukaan, turbulensi konvektif (pemanasan udara yang naik dan pendinginan udara yang turun) menjadi sangat penting. Banyaknya turbulensi dan ketinggian yang beroperasi tergantung pada kekasaran permukaan, kecepatan angin dan stabilitas atmosfir. Masalah utama bagi perancang adalah untuk menentukan tinggi cerobong yang cocok. Pada Gambar 3 menunjukkan ketinggian cerobong efektif merupakan kombinasi dari tinggi cerobong nyata dan tinggi kepulan (plume rise). Tinggi kepulan merupakan fungsi kecepatan pembuangan, suhu emisi, dan stabilitas atmosfir.
22
Gambar 3. Ketinggian Cerobong
23
Emisi dari cerobong harus mematuhi peraturan lingkungan : konsentrasi dan laju alir polutan.
Bagaimanapun juga, cerobong harus cukup tinggi sehingga polutan yang mencapai tanah harus lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsentrasi permukaan tanah yang tertentu dengan otoritas peraturan. Tingkat konsentrasi polutan di permukaan tanah tergantung pada banyak faktor, yang paling penting adalah : Tinggi cerobong emisi Kecepatan dan suhu emisi cerobong Stabilitas atmosfir Keadaan alam topografi sekitarnya
24
biasanya minimal 10 tahun (idealnya berjangka waktu 30 tahun),
Iklim : biasanya minimal 10 tahun (idealnya berjangka waktu 30 tahun), Harian : diukur 3 kali (06.00, 12.00, dan 18.00) Parameter-parameter yang ada (Data BMG) : kelembaban, tekanan udara, suhu udara (tertinggi dan terendah), jumlah hari hujan, curah hujan, evaporasi, radiasi surya, arah angin, kecepatan angin
25
Tabel Kriteria Iklim No Klasifikasi Iklim Kriteria 1 Thornthwaite
Evapotranspirasi potensial dan moisture budget 2 Koppen Suhu dan curah hujan rerata bulanan atau tahunan dikaitkan dengan pertumbuhan vegetasi. 3 Schmidt-Ferguson Curah hujan bulanan. 4 Oldeman Curah hujan dan kebutuhan air tanaman.
26
Gambar Penentuan Arah Mata Angin Untuk Dari Data Mateorologi 00
BL TL B T BD TG S
27
Tabel Frekuensi sebaran angin suatu daerah pada waktu tertentu.
No Arah angin Kecepatan (m/detik) 0 - 5 5 - 10 > 15 1 Utara .... (...%) 2 Timur Laut 3 Timur 4 Tenggara 5 Selatan 6 Barat Daya 7 Barat 8 Barat Laut
28
Gambar Pola angin di daerah studi.
5-10 m/det 0-5 m/det 10 m/dett 30% 20% 30% 10% 10% 20% Malam, Oktober Siang, Oktober 2003 Gambar Pola angin di daerah studi.
29
Tabel 1 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran batubara, lb/ton coal
No Polutan Power Plant Industry Rumah Tangga/Kantor 1. Aldehid, HCHO 0,005 2. Karbon Monoksida, CO 0,5 3 50 3. Hidrokarbon, CH4 0,2 1 10 4. Oksida Nitrogen, NO2 20 8 5. Sulfur Dioksida 38S 6. Partikulat 16A Sumber : Perkins, 1974 S = sulfur dalam batubara ; A = % abu dalam batubara Jika kadar abu dalam batubara 10%, kadar sulfurnya 0,8%, maka emisi masing-masing : Partikulat = 16A = 16 x 10 lb/ton batubara SO = 38S = 38 x 0,8 lb/ton batubara
30
Tabel 2 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Gas Alam, lb/106 BTU NG
No Polutan Power Plant Industry Rumah Tangga/Kantor 1. Aldehid, HCHO 1 2 N 2. Karbon Monoksida, CO 0,4 3. Hidrokarbon, CH4 4. Oksida Nitrogen, NO2 390 214 116 5. Sulfur Dioksida 6. Partikulat 15 18 19 Sumber : Perkins, 1974
31
Tabel 3 : Faktor Emisi Polutan pada pembakaran Fuel Oil, lb/1000 gallon FO
No Polutan Power Plant Industry Rumah Tangga/Kantor 1. Aldehid, HCHO 0,6 2 2. Karbon Monoksida, CO 0,04 3. Hidrokarbon 3,2 3 4. Oksida Nitrogen, NO2 104 72 5. Sulfur Dioksida, SO2 157S 6. Sulfur Trioksida, SO3 2,4S 2S 7. Partikulat 10 23 8 Sumber : Perkins, 1974
32
Satuan Pengukuran Tiga satuan utama untuk polutan udara :
Mikrogram/m3 (µg/m3) Bagian per juta (ppm) Mikron/mikrometer (µm) Konsentrasi : µg/m3 dan ppm Ukuran partikel : µm
33
Konversi Satuan 1 SO2 1 ppm = 2620 g/Nm3 2 NO2 1 ppm = 1880 g/Nm3 3
Total Oksidan (O3) 1 ppm = 1962 g/Nm3 4 CO 1 ppm = 1145 g/Nm3
34
Metode Pengukuran / Analisis Udara
No Parameter Satuan Metoda Peralatan 1 SO2 g/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer 2 NO2 Saltzman 3 Total Oksidan (O3) Fenolftalin 4 CO NDIR NDIR Analyzer 5. NH3 Indophenol 6. Debu Gravimetri Hi-Volt Sampler
35
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Peralatan yang digunakan Waktu pengukuran Metoda analisis sampel Sumber 1. SO2 365 µgr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin Keputusan Gubernur Kalimantan Timur. 2. NO2 150 µgr/Nm3 Saltzman 3. CO µgr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR 4. Partikel Debu 230 µgr/m3 High volume sampler Gravimetric
36
Alat Penghisap Debu : High Volume Sampler
37
Tombol Pengatur High Volume Sampler
38
Grafik Konversi Laju alir (flow rate) udara dan skala flowmeter
39
Kertas saring untuk menangkap debu di High Volume Sampler
40
Perbandingan kertas saring yang sudah digunakan dengan yang belum digunakan untuk menghisap debu
41
Bubbler untuk menangkap udara
42
Bagian-bagian bubbler
43
Bagian-bagian bubbler
44
Pengambilan Sampel Udara oleh Impinger dan Bubbler
45
Pengambilan Sampel Udara oleh Impinger dengan 2 Bubbler
47
Suara Merdeka, 16 April 2009
48
Model Pendugaan Emisi Dan Penyebaran Polutan Di Atmosfir
Box Model Rollback Model Gaussian Model
49
Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana
Height, h Length of box, w Wind speed, U Static layer of air Emission rate Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana
50
Asumsi : Model paling sederhana, keadaan selalu tetap : emisi, kecepatan angin dan karakteristik udara Pelepasan polutan tercampur sempurna Polutan udara secara kimia stabil Laju emisi polutannya konstan, P (massa/waktu) Memasuki suatu volume udara ambien yang bergerak pada satu arah yang tetap, U Udara yang bergerak dibatasi dari atas oleh lapisan udara yang stabil pada ketinggian, h Udara yang bergerak juga dibatasi oleh arah tegak lurus terhadap kecepatan angin Model ini menggambarkan suatu lembah di manan udara melewati suatu daerah (zona) dengan lebar, w, yang terbentuk dari dua baris bukit.
51
Konsentrasi Polutan yang dilepaskan ke udara ambien : C = P/(U h w)
C = konsentrasi polutan j, ppm U = kecepatan angin, dianggap konstan, m/jam P = laju emisi polutan j, µg/detik h = tinggi kolom udara, m w = lebar kolom udara, m Jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol) C= [P . t / (x w h)] x = panjang kolom udara, m t = waktu emisi, detik
52
Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model
kP + b b : background level Mass of emissions per unit time, P Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model
53
Pendekatan sederhana untuk menduga emisi yang mempengaruhi kualitas udara ambien
Asumsi : Jumlah total polutan yang dilepas di suatu daerah pada suatu waktu tertentu (p) mempunyai hubungan linier dengan konsentrasi pada titik tertentu c = kp + b c : konsentrasi polutan, µg/m3 b : background concentration (emisi = 0), µg/m3 k = konstanta empirik Nilai k : k = (c – b)/p C : konsentrasi partikulat dekat stasiun pengukuran, µg/m3
54
Gaussian Model Model penyebaran yang paling banyak digunakan
Dapat menentukan konsentrasi di beberapa titik ruang Asumsi : Laju emisi polutan konstant Kecepatan dan arah angin rerata konstant Sifat kimia senyawa stabil dan tidak berubah di udara Daerah sekitar sumber pencemar adalah datar dan terbuka Diturunkan dari Hukum Kekekalan Massa dalam bentuk persamaan differensial + adveksi dan difusi Konsentrasi polutan searah angin (downwind) Sistem koordinat 3 dimensi
55
Gaussian Model Rumus umum untuk 3 dimensi Konsentrasi di permukaan tanah (z=0)
56
Keterangan : Q = Laju emisi konstant (μgr/detik)
U = Kecepatan angin konstant (m/detik) h = Ketinggian emisi efektif dari cerobong (m) σy = koeffisien dispersi horizontal (m) σz = koeffisien dispersi vertikal (m)
57
Koeffisien Dispersi Horizontal
58
Koeffisien Dispersi Vertikal
59
Tinggi Kepulan (Plumerise) ΔH
Menurut Rumus Holland Vs : stack velocity, m/s d : stack diameter, m u : wind speed, m/s P : pressure, kPa Ts : stack temperature, K Ta : air temperature, K
60
Tabel Stabilitas atmosferik, Turner
Kec. angin pada ketinggian 10 m, m/det Siang Malam Strong Moderate Slight > 1/2 cloud clear to 1/2 cloud < 2 A A-B B - 2-3 C E F 3-5 B-C D 5-6 C-D >6 Sumber : Perkins, 1974
61
Tabel Penggolongan Stabilitas atmosferik (Forsdyke, 1970)
Kec. angin pada ketinggian 10 m, m/det Intensitas Radiasi Sinar Surya Siang Hari Penutupan Awan Rendah Malam Hari Strong Moderate Slight > 4/8 < 3/8 < 2 A A-B B - 2-3 C E F 3-5 B-C D 5-6 C-D >6 A = sangat tidak stabil D = netral B = tidak stabil E = agak stabil C = agak tidak stabil F = stabil
62
Contoh soal : Telah diperkirakan bahwa emisi SO2 dari PLTU batubara adalah gr/detik. Pada jarak 3 km downwind pada garis pusat kepulan pada siang hari dengan kecepatan angin 4,50 m/detik, berapa konsentrasi SO2 ? (Centerline implies y = 0) Stack parameters : Tinggi : 120,0 m Diameter : 1,20 m Kecepatan ke luar : 10,0 m/detik Suhu : 3150C Kondisi atmosfir Tekanan : 95,0 kPa Suhu : 25,00C
63
Penyelesaian : Menentukan tinggi efektif cerobong ΔH = 8,0 m h = 120,0 + 8,0 = 128,0 m Stabilitas atmosfir : D → σy = 190 m dan σz = 65 m = 1, g/m3 = 1, g/m3 SO2
64
PENGENDALIAN PENCEMAR UDARA
Pengendalian dapat dilakukan : 1. Sumber pencemar 2. Proses yang digunakan 3. Perawatan peralatan utama
65
Pemilihan alat pengendali,
Faktor lingkungan meliputi : lokasi peralatan, ruang yang tersedia, kondisi ambien, ketersediaan utilitas yang cukup maksimum emisi yang diperbolehkan, pertimbangan estetika, kontribusi sistem polusi udara terhadap air limbah dan air tanah, dan kontribusi sistem pengendalian polusi terhadap kebisingan.
66
Faktor teknik meliputi :
karakteristik kontaminan (sifat fisika dan kimia, konsentrasi, bentuk partikulat, dan distribusi ukuran), karakteristik aliran gas (laju alir, temperatur, tekanan, humidity, komposisi, viskositas, densitas, reaktivitas, korosivitas, dll), karakteristik perancangan dan kinerja terhadap sistem (ukuran dan berat, efisiensi, mass transfer, dll). Termasuk dalam faktor ekonomi yaitu : capital cost, operational cost, dan umur teknis peralatan
67
PENGOLAHAN LIMBAH PARTIKULAT DAN GAS
a. Partikulat Dapat berbentuk zat padat/cairan ukurannya lebih besar dari 1 molekul tetapi kurang dari 1000 m. Partikulat yang terdispersi di udara disebut aerosol. Debu adalah hasil pemecahan zat padat berukuran m. Asap adalah padatan atau butiran cairan hasil pembakaran zat organik dan berukuran antara 0,01 sampai 1 m. Dari sumbernya : Pertama, sumber bergerak Kedua, sumber tidak bergerak
68
b. Polutan Gas 1. Pengolahan Secara Kering. Menggunakan penjerap (adsorbent) atau resin. Tidak ada adsorbent yang universal yang mampu menjerap semua polutan Saat ini sudah dikembangkan jenis resin sintetis Syarat-syarat adsorbent/resin penukar ion : Selektivitas terhadap polutan tertentu tinggi Mudah diregenerasi Mudah diperoleh Mempunyai luas permukaan per satuan volume yang besar Harganya terjangkau 2. Pengolahan Secara Basah Dilakukan dengan penyerapan (absorpsi) polutan yang ada ke dalam larutan. Penyerapan oleh larutan ini dilakukan sesuai sifat gas yang mempunyai kelarutan yang tinggi terhadap pelarut tertentu.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.