Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAde Halim Telah diubah "7 tahun yang lalu
1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN Proses Hirarki Analitik
(Analytical Hierarchy Process-AHP)
2
Decision Making Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif atau menentukan prioritas berdasarkan faktor/kriteria yg bersifat tangible dan atau intangible, yang mempunyai bobot kepentingan tertentu. intangibles, a.l. adalah political factors dan social factors, tangibles, a.l. adalah: economic factors dan technical factors Bukanlah ketepatan pengukuran umtuk suatu faktor tertentu yang menentukan validity suatu keputusan tetapi yang penting sejauh mana faktor/kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Bagaimana kita menetapkan tingkat kepentingan semua faktor/kriteria dan mensintesanya untuk membuat keputusan terbaik ?
3
Bagaimana menyatukan aspek-aspek tersebut:
Selain berdasarkan faktor/kriteria, proses pengambilan keputusan juga melibatkan aspek-aspek: Tujuan atau sasaran Siapa pihak yang berkepentingan atau siapa aktor Yang semuanya mempunyai tingkat kepentingan (prioritas) yang berbeda dan bagaimana menentukan bobotnya. Bagaimana menyatukan aspek-aspek tersebut: yang berbeda tingkat kepentingannya yang berbeda dalam hal karakterisktik (tangible vs intangible) dan ukuran, serta preferensinya dalam proses mengambil keputusan ? Keterbatasan pemahaman dan pengetahuan, memerlukan pendapat / persepsi “pakar”.
4
Proses pengambilan keputusan tentang sesuatu yang kompleks/rumit atau tidak terstruktur (ill structured) memerlukan pemahaman secara utuh tentang sesuatu tersebut.
5
Analytic Hierarchy Process
Dikembangkan oleh Thomas L Saaty pada tahun 1970. Proses pengorganisasian pengetahuan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan deduktif dan pendekatan sistem. Memberikan suatu kerangka berpikir yang terorganisir, rasional dan komprehensif dalam menstrukturkan suatu permasalahan yang memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif terhadaps persoalan yang kompleks Suatu teknik terstruktur untuk membantu dalam menghadapi proses pengambilan keputusan yang bersifat komplex, yang dikembangkan dengan landasan mathematics and human psychology.
6
Aplikasi AHP Telah diterapkan di banyak negara dengan beragam persoalan pengambilan keputusan pada berbagai bidang seperti pada bidang pemerintahan, bisnis, industri, kesehatan dan pendidikan. The AHP is perhaps, the most widely used decision making approach in the world today. Its validity is based on the many hundreds (now thousands) of actual applications in which the AHP results were accepted and used by the cognizant decision makers (DMs), Saaty (1994b). For all that has been written about AHP ( contains references to over 1000 articles and almost 100 doctoral dissertations).
7
Prioritization/Evaluation
Choice Xerox British Columbia Ferries Management Reorganization at Edgewood NASA Choosing the Lunar Lander Propulsion System Prioritization/Evaluation University of Santiago of Chile Royal Institute of Technology, Stockholm Rockwell International Environmental Impact Evaluations General Motors Evaluating Superfund Effectiveness U.S. Navy Submarines Executive Office Trout Fishing in Alaska Evaluating Architecture Alternatives and Assessing Risks at the FAA Police Officers Evaluation Software Development Productivity Investment Analysis
8
Resource Allocation Benchmarking Quality Management
Budget Allocation at Woods Hole Fisheries Customer and Company Values at Scarborough Public Utilities Air Force Medical Services Reorganization Tactical R&D Project Evaluation and Funding at Air Products Prioritizing Telecommunications for Long Range R & D Planning Savannah River Site Remediation Selection of Water-Supply Projects Under Drought Benchmarking IBM AS400 Benchmarking Square D Company Carlson Travel Network Quality Management Quality Evaluation in the Steel Industry Improving Yields in a Steel Company
9
Public Policy Health Care Strategic Planning
Formulating Policies for the Sea of Japan Managing the Kenai River Chinook Salmon Fishery Florida Water Management District Health Care Patient Versus Physician Preferences Selecting Teams to Respond in Medical Disasters Developing a Merit Compensation Plan Using the AHP to Develop and Disseminate Medical Guidelines Strategic Planning Managing National Park Service Resources 3M Strategic Planning in the Military
10
Proses Hierarki Analitik
Metoda yang digunakan untuk memahami kondisi atau mendiskripsikan suatu sistem atau perihal (dalam bentuk suatu struktur hierarki dari elemen-elemen sistem) dalam rangka untuk pengambilan keputusan. Perihal yang komplek: menyangkut dimensi ekonomi, sosial, politik, dst. melibatkan banyak pihak (stakeholder), aktor, lembaga yang saling berinteraksi dan tergantung satu sama lain Persoalan yang bersifat tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik.
11
Organisasi Pengetahuan dalam Pengambilan Keputusan
Pendekatan Deduktif: Menguraikan menjadi bagian-bagian, setiap bagian dianalisa utk memperoleh karakteristik/perilaku setiap bagian, kemudian mensintesis kepingan-kepingan informasi setiap bagian sebagai penjelasan keseluruhan. Mekanisme umpan balik antar bagian diabaikan. Pendekatan Sistem: Melihat karakteristik/perilaku sistem secara menyeluruh (holistik), tidak bagian per bagian.
12
Proses Hirarki Analitik:
Gabungan Ancangan Deduktif dan Ancangan Pendekatan Sistem (System Approach) Memberikan suatu kerangka berpikir yang terorganisir yang memungkinkan kita untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan yang kompleks. Kerangka: memecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen; kemudian menata bagian atau komponen tersebut ke dalam suaru susunan hirarki (struktur Hirarki) menilai atas dasar pertimbangan subyektif tentang tingkat kepentingan setiap komponen relatif terhadap komponen yang lain. mensintesis pertimbangan subyektif tersebut untuk menetapkan : Komponen mana yang memiliki prioritas tertinggi, dan Komponen mana yang berpengaruh terbesar terhadap hasil atau sistem secara keseluruhan.
13
Peyusunan Hirarki A hierarchy is an efficient way to organize complex systems. It is efficient both structurally, for representing a system, and functionally, for controlling and passing information down the system Hirarki merupakan basis cara berpikir otak manusia dalam menganalisa suatu realita menjadi kluster dan sub-kluster. Merupakan salah satu metode klasifikasi dalam mengurutkan entitas, informasi dan pengetahuan. Hirarki: suatu tipe khusus dari suatu sistem, yang didasarkan atas asumsi bahwa Entitas sistem yang telah diidentifikasi dapat dikelompokkan menjadi himpunan yang terpisah, dimana entitas dari satu kelompok mempengaruhi dan dipengaruhi hanya oleh satu entitas dari kelompok lain. Elemen-elemen pada setiap kelompok hirarki (disebut sebagai Level, Cluster atau Stratum) diasumsikan bersifat independent. Hirarki menggambarkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan prioritas pada level yang lebih tinggi mempengaruhi prioritas dari elemen dibawahnya.
14
Hirarki: Hirarki struktural: sistem disusun ke dalam komponen-komponen dalam urutan menurun menurut sifat struktural. Hirarki fungsional: sistem disusun/diurai menjadi komponen-komponen dalam urutan menurut hubungan esensial antar komponen Dalam menyusun Hirarki: Harus memasukkan rincian elemen yang relevan yang cukup untuk menggambarkan persoalan atau sistem yang dikaji. Tidak harus lengkap sekaligus, suatu hirarki dapat dibagi menjadi beberapa sub-hirarki. Bersifat fleksibel, artinya tergantung kepada perihal, persoalan, atau sistem yang dikaji
15
Linear Hierarchy Goal Criteria component, cluster (Level) Subcriteria
element Alternatives A loop indicates that each element depends only on itself.
16
Best Beverage Container
FOCUS : Customers service Criteria: Energy to Produce Environmental waste Cost Steel Aluminium Alternatives: Glass Bimetallic Choosing a Beverage Container
17
. . . . . AHP Hierarchy for R&D Project Selection P1 P2 P99
Goal Criteria Sub- Ratings (for each Criterion) Future of the Firm Technical Marketing Financial Manufacture Regulatory Compliance Development Cost Prob. of Tech. Success R&D and Eng. Resources Development Time Patent Position Capability to Market Market Growth Market Share Market Potential Customer Acceptance NPV Capital Invest ROI Unit Cost Capability to Manufacture Facility/Equp. Req. Safety Outstanding Above Average Average Below Average Outstanding Above Average Average Below Average Outstanding Above Average Average Below Average Outstanding Above Average Average Below Average P1 P2 P99
18
Hirarki Penentuan Strategi Peningkatan Kualitas Teh
KINERJA KEBUN KUALITAS HARAPAN PELANGGAN PROSES PRODUKSI SINDER KEBUN ADMINISTRATUR PEMERINTAH PELANGGAN DIREKSI KPB PENINGKATAN HARGA TEH PENINGKATAN PANGSA PASAR PENURUNAN JUMLAH TEH YANG TIDAK TERJUAL ISO 9000 HACCP FOKUS FAKTOR AKTOR TUJUAN STRATEGI TQM
19
PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI
FOKUS FAKTOR AKTOR TUJUAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI Sumberdaya Manusia (28,79 %) Sumberdaya Alam (16,52 %) Modal (16,13 %) Pemasaran (12,13 %) Sarana dan Prasarana (6,28 %) Kebijakan Pemerintah (20,15 %) Pemerintah (17,62 %) Petani (20,21 %) Pengusaha (16,94 %) Koperasi (18,23 %) Perbankan (13,00 %) Pedagang (13,99 %) Perluasan Lapangan Pekerjaan (20,48 %) Perluasan Pasar (28,09 %) Peningkatan Daya Saing (14,14 %) Peningkatan Pendapatan (25,44 %) Pembangunan Daerah (11,85 %) Mempertahankan dan Memperkuat Agroindustri yang telah ada (45,90 %) Menciptakan suasana yang medukung tumbuhnya Agroindustri Baru (54,10 %)
20
KPJu Fokus Penetapan KPJu Unggulan Tujuan Faktor Kriteria
Pertumbuhan Ekonomi Penciptaan Lapangan Kerja Peningkatan Daya Saing Faktor INPUT PROSES OUTPUT Tenaga Kerja Teknologi Ketersediaan Pasar Kriteria Bahan Baku Sosial-Budaya Harga Modal Penyerapan Tenaga Kerja Manajemen Usaha Sarana Usaha/Produksi Sumbangan thd Perekonomian Pendidikan Pelatihan Pengalaman kerja Jumlah lembaga pelatihan Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas thd sumber pembiayaan Ketersediaan Kemudahan (memperoleh teknologi) Dampak lingkungan Kemudahan: Menjual Mendistribusikan (lokasi) Stabilitas Harga Nilai Tambah Ketersediaan bahan baku Harga perolehan bahan baku Retensi/parishability bahan baku Kesinambungan bahan baku Mutu Kemudahan Aspek Lingkungan Ciri khas lokal Religion/Budaya Turun temurun Ketersediaan Harga Kemudahan Penyerapan Tenaga Kerja Backward & Forward Linkages Jumlah jenis usaha yg terpengaruh krn keberadaan usaha ini Kemudahan untuk memanage Sektor Ekonomi Tan.Pangan Perkebunan Peternakan Perikanan Industri Perdagangan Angkutan Jasa-jasa Alternatif KPJu
21
Penentuan Prioritas. Representase dari persepsi atau ekspresi manusia tentang hubungan antara satu elemen dengan elemen lain, berdasarkan suatu kriteria tertentu (misalnya tingkat kepentingan). Dilakukan melalui mekanisme perbandingan berpasangan (pairwise comparisons), yaitu elemen pada level yang sama dibandingkan satu sama lain, berdasarkan atau merujuk pada salah satu elemen di level satu tingkat di atasnya. Perbandingan berpasangan tersebut digunakan untuk menentukan prioritas elemen-elemen pada klaster/level dengan memperhatikan klaster/level diatasnya (“local priorities”). Persepsi atau ekspresi tersebut dinyatakan dalam bentuk skala 1 sampai dengan 9, dengan definisi sebagai berikut:
22
Skala Perbandingan AHP (Saaty)
Nilai Keterangan 1 A Sama penting (Equal) Dengan B 3 A Sedikit lebih penting (Moderate) dari B 5 A Jelas lebih penting (Strong) dari B 7 A Sangat jelas penting (Very Strong) dari B 9 A Mutlak lebih penting (Extreme) dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara 2 nilai yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9
23
Relative Measurement cont.
If, for example, we are comparing two apples according to weight we ask: Which apple is bigger? How much bigger is the larger than the smaller apple? Use the smaller as the unit and estimate how many more times bigger is the larger one. The apples must be relatively close (homogeneous) if we hope to make an accurate estimate.
24
Comparison Matrix Apple A Apple B Apple C
Given: Three apples of different sizes. Apple A Apple B Apple C We Assess Their Relative Sizes By Forming Ratios Size Comparison Apple A Apple B Apple C Apple A S1/S S1/S S1/S3 Apple B S2 / S S2 / S S2 / S3 Apple C S3 / S S3 / S S3 / S3
25
Pairwise Comparisons Size Apple A Apple B Apple C
Resulting Priority Eigenvector Relative Size of Apple Apple A / A Apple B 1/ / B Apple C 1/ / / C When the judgments are consistent, as they are here, any normalized column gives the priorities.
26
3. Prinsip / Proses Sintesis:
Digunakan untuk memperoleh elemen mana pada setiap klaster/level yang mempunyai prioritas tertinggi ( “global priorities”), serta Elemen mana yang berpengaruh terbesar terhadap hasil atau sistem secara keseluruhan.
27
Konsistensi Logis: Relasi antar objek atau antar pemikiran ditetapkan sedemikian rupa sehingga koheren, yaitu objek atau pemikiran itu saling terkait dengan baik. Intensitas relasi antar objek atau pemikiran yang didasarkan pada kriteria tertentu saling membenarkan secara logis. Misalnya: Sbg. Kriteria : kemanisan Madu dinilai lima kali lebih manis dari pada gula pasir Gula pasir dinilai dinilai dua kali lebih manis dibandingkan molase. Maka seharusnya Madu dinilai sepuluh kali lebih manis dibandingkan molase. Jika Madu dinilai hanya empat kali lebih manis dibandingkan molase, berarti tidak konsisten.
28
Kita menilai Ukuran relatif apel tersebut dengan perbadingan
Matrik Perbandingan Tiga Apel dengan ukuran berbeda Apple A Apple B Apple C Kita menilai Ukuran relatif apel tersebut dengan perbadingan Perbandingan Ukuran Apple A Apple B Apple C Apple A S1/S S1/S S1/S3 Apple B S2 / S S2 / S S2 / S3 Apple C S3 / S S3 / S S3 / S3
29
Perbandingan Berpasangan
Size Apple A Apple B Apple C Apple A Apple B Apple C Size Comparison Resulting Priority Eigenvector Relative Size of Apple Apple A / A Apple B 1/ / B Apple C 1/ / / C Jika penilaiannya adalah konsisten, seperti di atas, maka kolom Eigenvector memberikan “nilai” prioritas.
30
Konsistensi Pada contoh, apel B 3 kali lebih besar dari apel C. Nilai 3 ini dapat secara langsung kita peroleh dengan membanding apel A dengan Apel B dan C yaitu 6/2 = 3. Akan tetapi karena menggunakan judgement, bisa saja kita menduganya dengan memberikan nilai 4. Dalam hal ini kita tidak konsisten. Akan tetapi pemberian nilai 4 tidak terlalu jelek dibandingkan jika kita memberi nilai 5. Semakin jauh pemberian nilai dari nilai sebenarnya, maka kita semakin tidak konsisten. AHP menyediakan teori untk memeriksa tingkat konsisten penilaian dan menetapkan suatu nilai batas tingkat konsistensi.
31
Penilaian Perbandingan Setiap elemen pada Setiap hierarki Selesai
Mulai Analisa Kebutuhan Penyusunan Hirarki Penilaian Perbandingan Setiap elemen pada Setiap hierarki Selesai Penggabungan pendapat/ Penilaian nara sumber (jika lebih dari satu n.s.) IK & RK Oke? Matrik Gabungan Penilaian perbandingan Antar elemen pada Setiap hierarki Revisi Penilaian Hitung IK dan RK Pengolahan MatrikPendapat Perbandingan Antar Elemen untuk setiap Hierarki: Perhitungan vektor prioritas Perhitungan nilai eigen Perhitungan indeks konsistensi (IK) Perhitungan rasio konsistensi (RK) IK & RK Oke? Perhitungan Vektor Prioritas Sistem
32
Industri Minyak Kelapa Sawit Industri Pengolahan Cokelat
Memilih Komoditi Agroindustri Bahan Baku Pemasaran Teknologi Proses Industri Minyak Kelapa Sawit Industri Pengolahan Cokelat Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Teh Fokus/ Goal Faktor Alternatif Dalam rangka menentukan Komoditi Agroindustri yang akan dibangun: Sejauh mana tingkat kepentingan -. Faktor Bahan baku dibandingkan Pemasaran -. Faktor Bahan baku dibandingkan Tekn. Proses -. Faktor Pemasaran dibandingkan Tekn. Proses
33
Ditinjau dari Faktor Bahan Baku, sejauh mana tingkat kesediaan :
-. Industri Minyak Sawit dibandingkan Coklat -. Industri Minyak Sawit dibandingkan Karet -. Industri Minyak Sawit dibandingkan Teh -. Industri Coklat dibandingkan Karet -. Industri Coklat dibandingkan Teh -. Industri Karet dibandingkan Teh Ditinjau dari Faktor Pemasran , sejauh mana tingkat prospek : -. Industri Minyak Sawit dibandingkan Coklat -. Industri Minyak Sawit dibandingkan Karet -. Industri Minyak Sawit dibandingkan Teh -. Industri Coklat dibandingkan Karet -. Industri Coklat dibandingkan Teh -. Industri Karet dibandingkan Teh
34
Nilai Keterangan 1 Sama penting (Equal) 3 Sedikit lebih penting (Moderate) 5 Jelas lebih penting (Strong) 7 Sangat jelas penting (Very Strong) 9 Mutlak lebih penting (Extreme) 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara 2 nilai yang berdekatan 1/(1-9) Kebalikan nilai tingkat kepentingan dari skala 1-9 Misalnya hasil perbandingan berpasangan untuk contoh diatas adalah: E1 Bahan Baku Pemasaran Teknologi Proses 1/1 3/1 2/1 4/1 1/3
35
Penyelesaian untuk contoh diatas (misalnya dengan syarat nilai eigen sudah tidak berubah sampai 4 angka dibelakang koma): Ubah matrik menjadi bilangan desimal: 1.000 2.000 0.333 0.500 0.250 3.000 4.000 Iterasi ke I : Kuadratkan matrik diatas 1.000 2.000 0.333 0.500 0.250 3.000 4.000 X
36
3.0000 5.3333 1.1666 1.7500 0.6667 8.0000 = Jumlahkan nilai setiap baris matrik dan hitung nilai hasil normalisasinya: Jml Baris Hasil Normalisasi 3.0000 5.3333 1.1666 1.7500 0.6667 8.0000 4.8333 Jumlah / = / = 4.8333/ = 1.0000
37
Iterasi ke II : Kuadratkan kembali matrik diatas 3.0000 5.3333 1.1666 1.7500 0.6667 8.0000 X 6.0414 =
38
Jumlahkan nilai setiap baris matrik dan hitung nilai hasil normalisasinya:
Jml Baris Hasil Normalisasi 6.0414 0.3196 0.5584 0.1210 Jumlah 1.0000 Hitung Perbedaan nilai eigen sebelum dan sesudah nilai eigen sekarang: 0.3196 0.5584 0.1210 0.3194 0.5595 0.1211 - = 0.0011 Terlihat bahwa perbedaan tersebut tidak terlalu besar sampai dengan 4 desimal
39
Jadi nilai eigen yang diperoleh adalah : 0.3196, 0.5584, 0.1220
Iterasi ke III : Bila kita melakukan iterasi satu kali lagi, maka syarat akan terpenuhi (nilai eigen sudah tidak berbeda sampai 4 desimal) Jadi nilai eigen yang diperoleh adalah : , , Apakah makna dari nilai eigen di atas? Berikut ini adalah matrik berpasangan berserta dengan nilai eigennya: Bahan Baku Pemasaran Teknologi Proses Nilai Eigen 1.000 0.500 3.000 0.3196 2.000 4.000 0.5584 0.333 0.250 0.1220 Berdasarkan nilai eigen maka kita tahu bahwa kriteria yang paling penting adalah Pemasaran, kemudian Bahan Baku dan terakhir Teknologi Proses
40
Perhitungan Bobot Faktor Yang Menentukan Komoditi Agroindustri
Hasil Perkalian Matrik pendapat tingkat kepentingan faktor menghasilkan : Jml Baris Hasil Normalisasi 6.0414 0.3196 0.5584 0.1210 Jumlah 1.0000 Bahan Baku Pemasaran Teknologi Proses Nilai Eigen 1.000 0.500 3.000 0.3196 2.000 4.000 0.5584 0.333 0.250 0.1220
41
Perhitungan Bobot Setiap Alternatif
Bobot dari Faktor Bahan Baku Hasil Perkalian Matrik, menghasilkan nilai Eigen untuk setiap Alternatif sbb: Minyak Sawit (0.1160) Cokelat (0.2470) Karet (0.0600) Teh (0.5700)
42
Memilih Komoditi Agroindustri 1.00
Bahan Baku Pemasaran Teknologi Proses Minyak Sawit (0.1160) Cokelat (0.2470) Karet (0.0600) Teh (0.5700) Minyak Sawit (0.3790) Cokelat (0.2900) Karet (0.0740) Teh (0.2570) Minyak Sawit (0.3010) Cokelat (0.2390) Karet (0.2120) Teh (0.2480) Bobot setiap Alternatif untuk setiap Faktor
44
Consistency Ration (CR):
CR = Consistency Index : Random Index = CI : RI Consistency Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbaikan berpasangan telah dilakukan dengan kosekwen atau tidak. Penentuan parameter ini dapat dilakukan dengan proses sebagai berikut, misalnya kita akan menghitung CR untuk kriteria bahan baku pada contoh diatas: Bahan Baku Minyak Sawit Cokelat Karet Teh 1/1 1/4 4/1 1/6 1/5 6/1 5/1
45
Nilai rata-rata dari Consistency Vector adalah :
Bahan Baku Minyak Sawit Cokelat Karet Teh 1/1 1/4 4/1 1/6 1/5 6/1 5/1 0.1160 0.5139 0.2470 1.0953 0.0600 = 0.2662 0.5770 2.5610 X Kemudian kita menghitung Consistency Vector dengan menentukan nilai rata-rata dari weighted sum vector: Nilai rata-rata dari Consistency Vector adalah : = ( ) / 4 = / = / = / = / =
46
Kemudian kita menghitung Consistency Vector dengan menentukan nilai rata-rata dari weighted sum vector: / / / = / Nilai rata-rata dari Consistency Vector adalah : = ( ) / 4 = Nilai Consistency Index dapat dihitung dengan menggunakan rumus : CI = ( - n) / (n – 1) ; n : banyak alternatif = ( – 4) / (4 – 1) =
47
Nilai RI, yaitu indeks random yang yang dikeluarkan oleh OARKRIDGE Laboratory, seperti pada tabel berikut: n RI 2 0.00 3 0.58 4 0.90 5 1.12 6 1.24 7 1.32 8 1.41 9 1.45 10 1.49 11 1.51 12 1.48 13 1.56 CR = : 0.90 = 0,161
48
√ Penggabungan Matrik Individu e NG (ij) =
N1 (ij) x N2 (ij) x … x Ne(ij) 1 5 7 - 4 1 5 4 - 2 N1 (ij) = N2 (ij) = 1 5 - NG (ij) =
49
PENYELESAIAN AHP DENGAN CRITERIUM DECISION PLUS
Jalankan program Criterium Decision Plus : Start / Programs / Criterium Decision Plus Buat file brainstorming, dengan perintah File/New Buat struktur hirarki dengan perintah View / Generate Hierarchy Tentukan model AHP dengan perintah Model / Technique / AHP Lakukan penilaian terhadap kriteria dengan perintah : a. Klik kotak Goal b. Lakukan perintah : Block/Rate subcriteria c. Penilaian kroteria dilakukan dengan jalan melakukan perintah: Methods/Full Pairwise
50
d. Lakukan penilaian perbandingan antara dua alternatif untuk
d. Lakukan penilaian perbandingan antara dua alternatif untuk setiap kriteria yang tersedia e. Setelah selesai kliklah tombol OK Untuk melihat hasil akhir, gunakan perintah Result/ Decision Scores Untuk melihat hasil akhir dalam bentuk tabel data, gunakan perintah View / Result Data
51
METODE PENILAIAN DENGAN AHP
Perbandingan Alternatif A, B, C, D Misalnya pada kasus Alternatif A : Alternatif B : Alternatif C : Alternatif D : A B C D /7 A B C D
52
√ Penggabungan Matrik Individu e NG (ij) =
N1 (ij) x N2 (ij) x … x Ne(ij) 1 5 7 - 4 1 5 4 - 2 N1 (ij) = N2 (ij) = 1 5 - NG (ij) =
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.