Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PERTEMUAN KELIMABELAS
KEGIATAN FILOLOGI DI KAWASAN NUSANTARA
2
KEGIATAN FILOLOGI UNTUK NASKAH NUSANTARA
Pada mulanya mereka mempelajari naskah untuk mengetahui bahasanya, tetapi ada juga yang berminat mengkaji naskah untuk memahami isinya dan menyuntingnya agar naskah itu dapat diketahui masyarakat luas. Minat mengkaji naskah timbul pada para tenaga pengajar Belanda yang memberi pelajaran bahasa-bahasa Nusantara kepada calon pegawai sipil sebelum mereka dikirim ke Indonesia.
3
LANJUTAN Selain tenaga peneliti dan Belanda ada beberapa tenaga peneliti dalam bidang pernaskahan Nusantara berkebangsaan Inggris, seperti: John Leyden, J. Logan, W. Marsden, J. Crawfurd dan peneliti asal Jerrnan yang terkenal ialah Hans Overbeck
4
TUJUAN AHLI FILOLOGI TERHADAP NASKAH NUSANTARA
Bertujuan menyunting, membahas serta menganalisisnya, karena tenaga penyunting pada waktu itu masih sangat terbatas, maka kegiatannya diarahkan untuk menyunting naskah yang berbahasa Jawa dan Melayu. Hasil penyuntingan pada umumnya berupa penyajian teks dalam huruf Jawa, dengan disertai pengantar yang sangat singkat misalnya: ‘Ramayana Kakawin’ oleh H. Kern, ‘Syair Bidasari’ Van Hoevel. Suntingan pada tahap awal ini umumnya menggunakan metode instuitif, atau diplomatik.
5
LANJUTAN Perkembangan selanjutnya, naskah disunting dalam bentuk transliterasi dalam huruf Latin. Misalnya: dapat disebutkan antara lain”Wrettasantjaja”, “Arjuna Wiwaha” dan “Bomakawya”, yang ketiga-tiganya adalah naskah Jawa kuno disunting oleh A. TH. .Friederick. Setelah itu suntingan naskah disertai terjemahan dalam bahasa asing, terutama Belanda. misalnya “Sang Hyang Kamahayanikam” oleh J. Kats, dan Arjuna Wiwaha” oleh Poerbacaraka. Suntingan naskah yang diterbitkan pada abad ke-20 umumnya disertai terjemahan dalam bahasa lnggris dan Belanda, bahkan ada yang diterbitkan hanya terjemahannya saja seperti Sejarah Melayu oleh Leyden.
6
SUNTINGAN KRITIK TEKS Pada ke-20, menghasilkan suntingan lebih baik sebelumnya. Suntingan berdasarkan filologi tradisional, antara lain: Syair Ken Tambunan oleh Teeuw, Arjuna Wiwaha oleh S. Supomo. Pada periode ini pula muncul terbitan ulang dari naskah sebelumnya dengan maksud penyempurnaan, misalnya: “Terbitan sebuah Primbon Jawa dan abad ke-16” yang dikerjakn oleh H. Kraemer dan diterbitkan lagi oleh G.W.J. Drewes. Naskah Sunan Bonang” pada tahun 1916 disunting oleh G.J.O. Scineke dengan judul Het Boek Van Bonang” Diterbitkan pula naskah keagamaan dan sejarah. Pada naskah keagamaan, banyak naskah Melayu maupun naskah Jawa kandungan isinya dapat dikaji oleh para ahli teologi kritik teks.
7
LANJUTAN Naskah keagamaan dikenal“kesastraan kitab”, yang diteliti oleh Naguib Al-Attas karya Hamzah Fansuri berjudul “The Myticism of Hmzah Fansuri” dengan metode kritik oleh P. Voorhoeve berdasarkan tulisan Nuruddin Ar-Raniri dengan kritik teks dalam bentuk faksimile. Naskah sejarah yang disunting dimanfaatkan oleh ahli sejarah, ditelaah, antara lain Teuku Iskandar degan judul “De Hikayat Aceh” berdasarkah naskah hikayat Aceh; oleh J.J Ras berjudul “Hikayat Bandjar” berdasarkan naskah sejarah dan sebuah kerajaan di Kalimantan. Suntingan-suntingan ini menggunakan pendekatan
8
KEGIATAN LAIN Di samping menerbitkan, juga dilakukan telaah untuk tujuan pembahasan isinya yang dilihat dari berbagai pendekatan ilmu disiplin. seperti Ph. S. Van Roakel berjudul “De Roman Amir Hamzah berdasarkan naskah hikayat Amir Hamzah; W.H. Rassers berjudul “De Panji Anom” berdasarkan berbagai naskah cerita panji dan kesastraan Nusantara.
9
LANJUTAN Pada periode mutakhir mulai dirintis studi naskah-naskah Nusantara dengan analisis berdasarkan ilmu sastra (Barat), misalnya analisis struktur dan amanat terhadap naskah Hikayat Sri Rama, yang diteliti oleh Achadiati Ikram berjudul “Hikayat Sri Rama”. Suntingan naskah Disertasi Telaah Amanat dan Struktur berdasarlan analisis struktur dan fungsi terhadap teks Hikayat Hang Tuah” dilakukan Sulastin Sutrisno berjudul Hikayat Hang Tuah”.
10
LANJUTAN Dengan demikian terbuka kemungkinan penyusunan sejarah Kesastraan Nusantara Daerah yang mendorong minat untuk menyusun kamus bahasa Nusantara. contoh ialah terbitan kamus bahasa Jawa Kuno yang disusun oleh Van Der Tuuk berjudul Kawi-Ballneesch-Nederlandsch Woordenboek”. Kegiatan filologi terhadap naskah-naskah Nusantara, telah mendorong berbagai kegiatan ilmiah yang hasilnya bisa dimanfaatkan berbagai disiplin ilmu, terutama disiplin ilmu humaniora dan ilmu-ilmu sosiaL
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.