Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dietary patterns associated with bone mineral density in premenopausal Japanese farm women “Pola diet terkait dengan kepadatan mineral tulang pada wanita.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dietary patterns associated with bone mineral density in premenopausal Japanese farm women “Pola diet terkait dengan kepadatan mineral tulang pada wanita."— Transcript presentasi:

1 Dietary patterns associated with bone mineral density in premenopausal Japanese farm women
“Pola diet terkait dengan kepadatan mineral tulang pada wanita pertanian Jepang premenopause” Nila Pamela The American Journal of Clinical Nutrition

2 ABSTRAK Latar Belakang Tujuan Desain Hasil Kesimpulan PENGANTAR SUBYEK dan METODE HASIL DISKUSI KESIMPULAN

3 ABSTRAK Latar Belakang Beberapa nutrisi yang diketahui mempengaruhi kepadatan mineral tulang (BMD) analisis pola diet atau kombinasi dari makanan dapat memberikan wawasan dalam pengaruh diet pada kesehatan tulang

4 divalidasi terdiri 147 item makanan
Tujuan Mengevaluasi hubungan antara pola diet dan BMD pada wanita pertanian Jepang Desain 291 wanita pertanian premenopause berusia tahun Lingkungan toksikan Studi Jepang Multi-berpusat BMD lengan diukur dual-energi X-ray absorptiometry Dinilai menggunakan kuesioner divalidasi terdiri 147 item makanan

5 Empat pola diet teridentifikasi
Hasil Empat pola diet teridentifikasi Pola “Sehat” memiliki karakteristik dengan : asupan tinggi sayuran hijau dan kuning gelap, jamur, ikan dan kerang, buah, dan ikan olahan berkorelasi positif dengan BMD (P 0,048) Pola “Barat” memiliki karakteristik dengan : asupan tinggi lemak, minyak, daging, dan daging olahan berbanding terbalik dan tidak signifikan (P 0,08)

6 Kesimpulan Pola diet dengan asupan tinggi ikan, buah, dan sayuran serta asupan rendah daging dan daging olahan dapat memiliki efek menguntungkan pada BMD wanita premenopause

7 PENGANTAR Osteoporosis dan patah tulang juga diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara maju Osteoporosis dan patah tulang penyebab kedua terkemuka di Jepang setelah penyakit serebrovaskular di Jepang Dengan pendekatan untuk nutrisi metabolisme tulang, banyak perhatian telah difokuskan pada manfaat kalsium dan vitamin D Pendekatan ini memungkinkan pengembangan rekomendasi yang tepat untuk kebiasaan diet keseluruhan untuk mencegah kondisi yang tidak diinginkan dan penyakit

8 Mengidentifikasi pola diet menggunakan analisis faktor
Conti…. Tucker et al menggunakan pendekatan pola diet dengan analisis cluster menunjukkan bahwa diet kaya buah dan sayuran dikaitkan dengan kepadatan mineral tulang yang lebih besar pada laki-laki tua Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 faktor skor secara signifikan lebih rendah di kalangan wanita lansia dalam kelompok kepadatan tulang yang rendah Mengidentifikasi pola diet menggunakan analisis faktor

9 Semua subjek diberikan informed consent tertulis
SUBYEK dan METODE a. Populasi Penelitian Penelitian dilakukan di 5 kabupaten (sampel wanita pertanian antara tahun 2000 dan 2003) di mana beras diproduksi dan dikonsumsi oleh petani memiliki kontaminasi kadmium rendah sampai sedang Sebanyak wanita berusia tahun yang setuju untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan kuesioner penelitian ini dan BMD mereka diukur Semua subjek diberikan informed consent tertulis

10 30 kelompok makanan yang terpisah digunakan dlm analisis
b. Penilaian Diet dan Pengelompokan Makanan Peneliti menggunakan validasi sebelumnya 16-halaman yang dikelola sendiri dari Kuesioner History Diet (DHQ) untuk menilai kebiasaan makan pada bulan sebelumnya Item makanan dan minuman serta ukuran porsi di DHQ berasal dari data dalam Survei Gizi Nasional Jepang dan beberapa buku masak untuk masakan Jepang Ukuran intake diet dari 147 item makanan dan minuman serta energi dihitung menggunakan algoritma komputer ad hoc untuk DHQ, yang didasarkan pada Tabel Standar Makanan Komposisi di Jepang 30 kelompok makanan yang terpisah digunakan dlm analisis Informasi mengenai suplemen makanan dan data dari openended item kuesioner tidak digunakan dalam perhitungan intake makanan

11 menggunakan dual-energi absorptiometry X-ray (DXA)
c. Pengukuran Kepadatan Mineral Tulang BMD (gram/cm2) dan massa mineral tulang (BMM: gram) diukur menggunakan dual-energi absorptiometry X-ray (DXA) Subyek BMD dan kandungan mineral tulang (BMC: gram) dihitung pada daerah tulang antara situs distal dgn kesenjangan 8 mm di antara 2 tulang dan situs proksimal dgn kesenjangan 24 mm dimana masing-masing peserta dengan dominan lengan menggunakan osteometer (DTX-200, Osteometer MediTech Inc, Hawthorne, CA)

12 d. Pengukuran Faktor Pembaur
Selain diet, peneliti mengukur faktor-faktor berikut yang mungkin terkait dengan BMD yaitu : berat badan tinggi badan tingkat aktivitas fisik kebiasaan merokok riwayat patah tulang penggunaan suplemen status menopause penggunaan terapi penggantian hormon paritas usia saat menarche

13 Berat badan dan Tinggi badan
diukur masing-masing hingga 0,1 kg dan 0,1 cm subyek memakai pakaian ringan tidak boleh mamakai sepatu Aktivitas Fisik Indeks Massa Tubuh (BMI) Kekuatan menggenggam tangan dihitung sebagai berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2) diukur 3 kali menggunakan dinamometer

14 e. Analisis Statistik Untuk menghindari efek paparan kadmium jangka panjang yang tidak diketahui, para peneliti membatasi kohort dari penelitian saat ini ke 339 wanita berusia tahun yang masih menstruasi Dari jumlah tersebut 339 wanita, 48 yang dikecualikan : penyakit kolagen (n 1) hipertiroidisme (n 1) asupan harian energi kkal (n 9) kebiasaan diet dalam 3 tahun sebelumnya (n 38)

15 Tersisa 291 wanita dimasukkan dalam analisis akhir, dimana tidak memiliki riwayat yang dapat mempengaruhi metabolisme tulang atau kalsium Analisis dilakukan dengan menggunakan software FAKTOR PROSEDUR (versi 8.2, SAS Inc, Cary, NC, 25) memperoleh pola diet berdasarkan 30 kelompok makanan dari DHQ Untuk mengidentifikasi sejumlah faktor yang harus dipertahankan, peneliti menggunakan kriteria eigenvalues ​​1.0, banyak digunakan dalam faktor analisis prosedur dibuat 12 faktor independen

16 untuk setiap kuintil dari setiap pola diet menggunakan 3 model
Peneliti memutuskan untuk mempertahankan 4 faktor untuk analisis lebih lanjut Faktor dibagi menjadi kuintil, sarana sampel dan frekuensi yang dhitung untuk setiap kuintil dari setiap pola diet menggunakan 3 model model 1  kami menyesuaikan usia dan gaya hidup variabel, seperti: BMI, kekuatan menggenggam dan merokok hingga sampai saat ini model 2  menyesuaikan riwayat patah tulang dan perempuan faktor hormonerelated, seperti penggunaan terapi penggantian hormon, usia saat menarche dan paritas

17 Nilai P dari 0,05 dianggap signifikan
Conti…. Dalam model 3, kami juga menyesuaikan dengan variabel diet, seperti penggunaan kalsium atau suplemen multivitamin Nilai P untuk menguji tren linear dihitung menggunakan skor pola diet sebagai variabel kontinu setelah kontrol terhadap faktor pembaur Semua analisa statistik dilakukan dengan menggunakan software SAS (versi 8.2) Nilai P dari 0,05 dianggap signifikan

18 Pola diberi label menurut kelompok makanan dengan beban yang tinggi
HASIL asosiasi yang kuat diberikan antara kelompok makanan dan pola, sedangkan beban negatif mengindikasikan asosiasi negatif dengan pola Pola diberi label menurut kelompok makanan dengan beban yang tinggi Faktor 1 (diberi label pola “Sehat”) yang dimuat berat pada sayuran hijau dan putih, jamur, ikan dan kerang, buah, ikan olahan, rumput laut, dan produk kedelai, Faktor 2 (diberi label pola “Tradisional Jepang”) dengan tinggi beban untuk beras, miso sup dan produk kedelai

19 kuintil tertinggi pola Barat kuintil tertinggi pola tradisional Jepang
Faktor 3 (diberi label pola “Barat”) dengan beban tinggi untuk lemak dan minyak, daging, daging olahan, dan bumbu Conti…. Faktor 4 (diberi label pola “minuman dan daging”) dengan beban tinggi untuk kopi, minuman ringan, produk susu, makanan manis dan daging Secara keseluruhan, 4 pola diet menyumbang 29,7% dari varians dalam intake makanan kuintil tertinggi pola Barat kuintil tertinggi pola tradisional Jepang Insiden terbesar penggunaan kalsium suplemen (10,3%) insiden terkecil penggunaan suplemen multivitamin (3,5%)

20 menunjukkan positif dan ada hubungan yang signifikan dalam pola Sehat
Untuk menguji tren linear, pemodelan faktor skor sebagai variabel kontinu menunjukkan positif dan ada hubungan yang signifikan dalam pola Sehat (P 0,048) sedangkan menunjukkan negatif tidak signifikan, asosiasi diamati dalam pola Barat untuk wanita premenopause (P 0,08)

21 DISKUSI Menggunakan analisis faktor, pendekatan yang menganggap pola makan secara keseluruhan, peneliti mengidentifikasi 4 pola diet pada wanita premenopause yang berusia tahun dan menemukan hubungan antara pola diet dan BMD Pola Sehat menunjukkan korelasi positif dengan BMD, sedangkan pola Barat menunjukkan asosiasi negatif

22 Meskipun peneliti mengamati sejenis pola, perlu dicatat bahwa hasil pola dietanalisis bergantung pada populasi dan mungkin berbeda menurut geografis daerah, ras, dan budaya penduduk Dalam studi ini, peneliti mengidentifikasi pola tradisional Jepang Dicirikan oleh tingginya konsumsi beras, sup miso, dan produk kedelai, yang cukup berbeda dari pola Barat

23 KESIMPULAN Diantara perempuan premenopause Jepang, pola diet adalah yang terkait dengan BMD Diet dengan intake tinggi sayuran hijau, buah-buahan, ikan, kerang dan asupan rendah daging serta daging olahan dapat berkontribusi pada pemeliharaan BMD Data peneliti menunjukkan rekomendasi diet, untuk mencegah keropos tulang pada wanita premenopause

24 THANK YOU “Syukron”


Download ppt "Dietary patterns associated with bone mineral density in premenopausal Japanese farm women “Pola diet terkait dengan kepadatan mineral tulang pada wanita."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google