Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSurya Hartanto Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
SESI 15 PENGENALAN DRG-CASEMIX & ANGGOTA KELUARGA ICD LAIN-LAIN
Disusun oleh dr Mayang Anggraini Naga
2
DESCRIPTION Pembahasan materi meliput pengenalan Sistem Klasifikasi DRG-CASEMIX, pemanfaatannya bagi manajemen asuhan kesehatan.
3
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Mampu memahami Keunggulan Sistem DRG-CASEMIX sebagai alat pengontrol biaya dan kualitas pelayanan medis-kesehatan rawat inap dan rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan
4
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Menjelaskan: - DRGs dan CASEMIX - Kekhususan INA-DRG - Pengaruh kesalahan dokumentasi informasi diagnoses terhadap perhitungan tagihan biaya pelayanan kesehatan rawat inap dan jalan yang telah terlaksana
5
PENGENALAN CASMIX * (* Petikan dari Kathy Eagar, A Short Introduction to Casemix, 1994) Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga CASEMIX Instrumen Informasi yang melibatkan penggunaan metode ilmiah untuk mengembangkan dan pendayagunaan klasifikasi episode-episode asuhan pasien. ( = campuran dari tipe-tipe pasien-pasien yang diterapi rumah sakit atau fasilitas asuhan kesehatan)
6
CASEMIX-ADJUSTED COST PER INPATIENT
= Jumlah biaya provisi asuhan pasien rawat inap, dibagi oleh jumlah total pasien rawat-inap yang diterapi; dan di sesuaikan dengan mengingat mix-pasien rawat yang nyata dan perbedaan rata-rata biaya klas case-mix
7
CASEMIX-BASED FUNDING
= Suatu metode pembiayaan yang similar (dan pada kondisi lingkungan yang identik) terhadap output-based funding (pembiayaan berbasis keluaran). melibatkan pembiayaan asuhan kesehatan produk penyelenggaraan unit asuhan kesehatan, yang produknya dikategorikan sesuai KLASIFIKASI CASEMIX
8
CLASS Kelas didefinisikan sebagai “pasien-pasien
yang hari rawatannya > 20 hari, bisa terdiri dari episode yang pemanfaatan sumber dayanya similar, namun tidak memiliki arti klinis, meningat ada banyak alasan yang memerlukan hari rawat yang panjang (umumnya: trauma, rehabilitasi dan masalah sosial yang mendelay jadwal pasien pulang).
9
FEATURES OF CASEMIX (CONT.-1)
Homogenitas penggunaan sumber daya (pasien di kelas yang sama seyogyanya memerlukan biaya pengobatan yang sama) Kelas dirancang sedemikian rupa bahwa episode-episode yang memerlukan peringkat sumber daya yang similar terkumpul di dalam kelas yang sama Pertanyaan: Is defining classes by surgical and medical is better than forming them by age?
10
FEATURES OF CASEMIX (CONT.-2)
Pada kenyataan, semakin banyak episode asuhan pasien dan semakin banyaknya atribut yang harus dipertimbangkan. aplikasikan metode statistik untuk mencari dan mengevaluasi semua tawaran (options) temukan Rules yang bisa memberi batasan pengertian kelas sedemikian rupa yang menggambarkan episode-episode dalam kelas yang sama adalah similar dalam kaitannya dengan sumber daya yang digunakan.
11
FEATURES OF CASEMIX (Cont.-3)
Jumlah Kelas yang tepat: Tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak) (optimal numbers of classes) Adalah sulit untuk mengetahui seberapa banyak kelas episode asuhan pasien yang seharusnya. Terlalu banyak kelas akan memerlukan terlalu sedikit observasi untuk mengambil kongklusi. Kemudian akan sulit untuk mengetahui apakah mungkin suatu rumah sakit memang beda atau apakah analisis hanya menunjukkan jenis variabelitas yang normal dari sampel yang terlalu sedikit.
12
FEATURES OF CASEMIX (Cont.-4)
Di pihak lain hendaknya kelas tidak terlalu sedikit Apabila jumlah kasus yang similar ditempatkan di dalam kelas yang sama, berbedaan nyata antara dokter-dokter, perawat-perawat, rumah sakit rumah sakit dsb akan kabur (tersembunyi) dan arti klinisnya hilang perlu adanya satu kompromi untuk inilah perlu pendekatan dengan metode statistik
13
CASEMIX - DRGs The size of database depends on the
number of patients care episodes which are to be analyzed using the classification. (Besarnya database bergantung pada jumlah episode-episode asuhan pasien- pasien yang akan dianalisis menggunakan klasifikasi)
14
CASMIX-DRGs (Lanjutan-1)
Perluasan penggunaan: satu klasifikasi dengan jumlah kelas yang sedikit bisa saja ideal untuk memenuhi alasan manajemen strategik namun kurang bisa untuk rumah sakit privat yang sangat bergantung pada survival finansialnya berdasarkan deskripsi presisi casemixnya.
15
CASMIX-DRGs (Lanjutan-2)
Banyak yang mengasumsi bahwa hanya ada satu klasifikasi casemix DRGs adalah yang paling banyak digunakan pada klasifikasi casemix dalam dekade akhir ini penggunaan DRGs untuk alokasi sumber daya memerlukan perhatian khusus. ini adalah ternds menuju rentang kegunaan yang luas dari lebih banyak klasifikasi casemix
16
DRGs DRGs didesain untuk mengkategori episode pasien rawat inap akut, sedangkan klasifikasi casemix dikembangkan untuk episode-episode lain: - pasien rawat jalan - asuhan perawatan rumah (home-care).
17
The first step involves looking at the principle diagnosis
DRGs (Lanjutan-1) The first step involves looking at the principle diagnosis = the diagnosis or condition established after study to be chiefly responsible for the patient’s admission to hospital. Urut tindak pertama: mencari diagnosis utama (principle) - diagnosis atau kondisi yang ditegakkan setelah dikaji bertanggungjawab terhadap admisi pasien ke rumah sakit.
18
The significant procedure performed and check the kind of procedure.
DRGs (Lanjutan-2) The significant procedure performed and check the kind of procedure. (Prosedur siknifikan dilaksanakan dan dicek jenis prosedurnya apa saja) (3) Taking account on the patient’s age (children or old) (Perhatikan usia pasien, anak atau manula)
19
(5) Types of discharge. (4) COMPLICATIONS or COMORBIDITIES
DRGs (Lanjutan-2) (4) COMPLICATIONS or COMORBIDITIES ( Apakah pasien menderita komplikasi atau masuk admisi sudah ada diagnose co-morbid) (5) Types of discharge. (Model keadaan umum pasien pulang)
20
mengatasinya juga diberi kode tindakan ini akan menentukan tarif
DRGs (Lanjutan-3) Kondisi di atas: Apakah diagnose komplikasi, atau co-morbid semuanya bisa diberi kode ICD-10, begitupun tindakan khusus yang terlaksana untuk mengatasinya juga diberi kode tindakan ini akan menentukan tarif Untuk ini perhatikan definisi co-morbid dan komplikasi sesuai aturan ICD-10, apabila program DRG-nya menggunakan kde ICD-10.
21
AHIMA & AN-DRG Diagnosis chiefly responsible for services provided (out patient) = The diagnosis, condition, problem, or reason for encounter/visit that is chiefly responsible for the services provided. If a definitive diagnosis has not been established at the end of the visit/encounter, the condition should be recorded to the highest documented level of specificity (such as symptoms, signs, abnormal test results, or other reason for visit).
22
AHIMA & AN-DRG (Lanjutan-1)
The main variables which influence AN-DRG assigment include: Principal diagnosis (ICD-CM code) Procedure codes (ICD-CM code) Secondary diagnoses (ICD-CM code) Age and gender Birth weight (neonatus only) Dischage status
23
AN-DRG PDX is used to assign the episode of care to one of 23 Major Diagnostic Categories (MDCs) MDCs correspond generally to the main organ systems of the body. The following specific variables are exceptions: - Age less than 29 days - Principal diagnosis which is a specific neonatal disorders - Principal or secondary diagnosis of HIV - Liver transplant - Bone marrow transplant - Principal diagnosis of multiple trauma - Tracheostomy procedure.
24
AN – DRGs (Lanjutan-1) Medical or surgical partition according to whether a significant operating room (OR) procedure has been performed. It is to be noted that not all procedures are considered significant OR procedures. Sub grouping based on the precise surgical procedure performed or, for medical patients, the precise condition designated as the principal diagnosis.
25
Final assignment to a DRG is usually made
AN – DRGs (Lanjutan-2) Final assignment to a DRG is usually made by age or the existence of a complicating diagnosis and/or comorbidity (CC)* A substantial complication or comorbidity (CC) is defined as a condition that because of its presence with a specific principal diagnosis, would cause an increased in the length of stay by at least one day.
26
INDONESIA DIAGNOSIS RELATED GROUP
INA-DRG INDONESIA DIAGNOSIS RELATED GROUP
27
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 989/Menkes/SK/2007 TENTANG PENETAPAN TARIF KELAS III RUMAH SAKIT DI SELURUH INDONESIA BERDASARKAN INDONESIA DIAGNOSIS RELATED GROUP (INA-DRG) MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit perlu dilihat sistem pembayaran yang efektif dan efisien melalui Diagnosis Related Group (DRG); b. bahwa telah dilakukan uji coba penerapan sistem Diagnosis Related Group (DRG) Case-Mix di 15 Rumah Sakit di Indonesia sebagai suatu sistem perhitungan biaya pelayanan Rumah Sakit.
28
SK no: 989 (Lanjutan-1) Mengingat: 1. U-U No: 23 Tahun 1922 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495) 2. U-U Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan lembaran Negara Nomor 4431) 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tamabahan Lembaran Negara Nomor 3637) 4. Peraturan Menteri Kesehatan No: 159b/Menkes/ Per/II/1988 tentang Rumah Sakit 5. Keputusan Menteri Kesehatan No: 1410/Menkes/SK/X/2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia Revisi kelima.
29
Pertama: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
SK no: 989 (Lanjutan-2) 6. Keputusan Menteri Kesehatan No: 575/Menkes/SK/ X/2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan. MEMUTUSKAN Menetapkan: Pertama: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PENETAPAN TARIF KELAS III RUMAH SAKIT DI SELURUH INDONESIA BERDASARKAN INDONESIA DIAGNOSIS RELATED GROUP (INA-DRG)
30
SK no: 989 (Lanjutan-3) Kedua: Tarif Kelas III Rumah Sakit berdasarkan Indonesia Diagnosis Related Group (INA-DRG) sebagaimana dimaksud pada diktum kesatu berbentuk Daftar Tarif Pelayanan Kelas III yang berlaku di seluruh Rumah Sakit di Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Ketiga: Perhitungan tarif pelayanan selain kelas III berdasarkan Indonesia Diagnosis Related Group (INA-DRG) akan dilakukan uji coba terlebih dahulu mulai tanggal 1 September 2007. Keempat: Dengan ditetapkannya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1663/MENKES/SK/XII/2005 TENTANG Uji Coba DRG Case-Mix yang dilaksanakan di 15 Rumah Sakit dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi, sedangkan proses pengumpulan data tetap berjalan.
31
SK no: 989 (Lanjutan-4) Kelima: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 3 September 2007 MENTERI KESEHATAN RI. (Dr. dr. Siti Fadilah Suparu, Sp. JP (K)
32
CONTOH: Buku Tarif INA-DRG RS Jantung & Pembuluh Darah Harapan KIta
Tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN Departemen Kesehatan dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Unit Case-Mix Rumah Sakit Universitas Kebangsaan Malaysia menyelenggarakan Implementasi DRG Case-Mix. Tujuan Implemnetasi ini adalah untuk menghasilkan Indonesia Diagnosis Related Group (INA-DRG) beserta tarifnya.
33
Pendahuluan (Lanjutan-1)
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini biaya pelayanan kesehatan (Health Cost) semakin hari tampak semakin meningkat, hal ini sebagai akibat dari pelbagai faktor, antara lain laju inflasi yang cukup tinggi, perubahan pola penyakit, perubahan pola hubungan dokter dengan pasien dan juga penemuan teknologi baru sebagai metode pengobatan. Selain itu juga kemajuan di dalam ilmu pengetahun dan status sosial juga mengakibatkan pasien menginginkan pelayanan yang semakin meningkat dan unggul. Pendekatan yang paling utama di dalam pemecahan masalah tersebut adalah dengan memperkenalkan suatu sistem pelyanan kesehatan efisien (terkendali), efektif, berdasarkan mutu, efektifitas dan cost containment dari pengobatan yang diberikan. INA-DRG
34
Pendahuluan (Lanjutan-2)
adalah salah satu solusi yang terbaik dalam mencapai target tersebut, Dimana sistem ini merupakan suatu format klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efektifitas pela- yanan itu sendiri. Sistem ini dapat pula digunakan sebagai standar penggunaan sumber daya yang diperlukan dalam penyediaan pelayanan kesehatan untuk melayani pasien di rumah sakit. Untuk saat ini, alokasi sumber daya yang didasarkan pada banyaknya tempat tidur dan penggunaan sumber daya tanpa mempertimbangkan efisiensi sudah tidak dapat lagi dilakukan. Selain itu INA-DRG juga memudahkan implementasi program dan dapat meingkatkan kualitas pelayanan yang sejalan dengan penggolongan penyakit atau dengan kata lain INA-DRG adalah sistem pebayaran pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan mutu, pemerataan, jangkauan dalam sistem pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembiyaan kesehatan serta mekanisme pembayaran untuk pasien berbasis kasus campuran.
35
Pendahuluan (Lanjutan-3)
BAB II INDONESIA DIAGNOSIS RELATED GROUP (INA-DRG) A. PENGERTIAN INA-DRG INA-DRG didefinisikan sebagai suatu sistem klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur/tindakan pelayanan di suatu rumah sakit dengan pembiayaan yang dikaitkan dengan mutu dan efketifitas pelayanan terhadap pasien.
36
Pendahuluan (Lanjutan-4)
Sistem INA-DRG ini juga dapat digunakan sebagai salah satu standar penggunaan sumber daya yang diperlukan dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan kata lain Sistem INA-DRG adalah sistem pemerataan, jangkauan yang berhubungan dengan mutu pelayanan kesehatan yang menjadi salah satu unsur dalam pembiayaan kesehatan atau lazim disebut sebagai mekanisma pembayaran untuk pasien berbasis kasus cakmpuran. Tarif dalam INA-DRG ini merupakan salah satu terobosan baru dari Departemen Kesehatan RI dalam rangka menekan biaya pelayanan kesehatan (Health Care Cost) yang semakin meningkat yang disebabkan antara lain oleh laju inflasi, perubahan pola penyakit, perubahan pola hubungan dokter dengan pasien serta adanya penemuan teknologi baru dalam metodologi di bidang kedokteran.
37
Pendahuluan (Lanjutan-5)
Sistem INA-DRG ini terdiri dari 23 Major Diagnostic Category (MDC) dan kode DRG dari rawat jalan dan rawat inap. 23 MAJOR DIAGNOSTIC CATEGORIES (MDC) MDC Keterangan MDC 01 Diseases & Disorders of the Nervous System 02 Diseases & Disorders of the Eye 03 Diseases & Disorder of the Ear, Nose, Mouth & Throat 04 Diseases & Disorders of the Respiratory System 05 Diseases & Disorders of the Circulatory System 06 Diseases & Disorders of the Digestive System 07 Diseases & Disorders of the Hepatobilliary System & Pancreas.
38
B. 23 MAJOR DIAGNOSTIC CATEGORIES (MDC) (Lanjutan-1)
MDC Keterangan MDC 08 Diseases & Disorders of the Musculoskeletal System & Connective Tissue 09 Diseases & Disorders of the Skin, Subcutaneous Tissue & Breast 10 Diseases & Disorders of the Endocrine, Nutritional & Metabolic System 11 Diseases & Disorders of the Urinary Tract 12 Diseases & Disorders of the Male Reproductive System 13. `` Diseases & Disorders of the Female Reproductive System 14 Chidbirth 15 New Born & Other Neonates
39
23 MAJOR DIAGNOSTIC CATEGORIES (MDC) (Lanjutan-2)
MDC Keterangan MDC 16. Diseases & Disorders of Blood, Blood Forming Organs, Immunolog Disorders 17. Myeloproliferative Diseases & Disorders, Poorly Differentiated Neoplasm 18 Infectious & Parasitic Diseases, Sistemic or Unspecified 19. Mental Diseases & Disorders 20. Alcohol/Drug Use & Alcohol Drug Induced Organic Mental Disorders 21. Injuries, Poisoning & Toxic Effects of Druga 22. Factors Influencing Health Status & Other Contacts with Health Services 23. Medical Outpatient Visits
40
C. PEMBENTUKAN KELAS PENYAKIT dalam INA-DRG
Setiap kelas dalam sistem INA-DRG disebut sebagai Diagonsis Related Groups (DRGs). 14 variabel untuk setiap kelas didapat dengan mengisi data sebagai berikut: 1. Identitas pasien (Identification) (contoh: No. RM, Nama pasien) 2. Tanggal masuk RS (Admit Date) 3. Tanggal keluar RS (Discharge Date) 4. Lama Hari Rawatan (Length of Stay) 5. Tanggal Lahir (Birth Date) 6. Umur (thn) ketika masuk RS (Admit Age In Years) 7. Umur (hr) ketika masuk RS (Admit Age in Days) 8. Umur (hr) ketika keluar RS (Discharge Age In Days) 9. Jenis Kelamin (Gender) 10. Status keluar RS (Discharge Disposition)
41
C. Pembentukan Kelas Penyakit dalam INA-DRG (Lanjutan)
11. Berat Badan Baru Lahir (Birth Weight in Grams) 12. Diagnosis Utama (Principal Diagnosis) 13. Diagnosis Sekunder (Secondary Diagnosis) (Komplikasi & Ko- morbid) 14. Prosedur/Pembedahan Utama (Surgical Procedures) D. TIGA LANGKAH UNTUK MEMBENTUK KELAS DRG 1. Diagnosa penyakit dimasukkan ke dalam kelompok Major diagnostic Categories/MDC yang sesuai. 2. Setelah masuk ke dalam MDC, kemudian dilihat lagi apakah pasien menjalani pembedahan/prosedur/tindakan atau tidak. 3. Tingkat keparahan penyakit pasien ditentukan oleh co- morbidity, komplikasi, umur dan status pasien selama masa perawatan.
42
E. KEUNTUNGAN/MANFAAT INA-DRG
1. Bagi Rumah Sakit a. Transparansi tarif atas biaya pelayanan rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit b. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan standar mutu pelayanan kesehatan c. Sacara obyektif memantau pelaksanaan Program “Quality Assurance” d. Memudahkan mendapatkan informasi mengenai variasi pelayanan e. Dapat mengevaluasi kualitas pelayanan f. Dapat mempelajarai proses pelayanan kesehatan pasien. g. Dapat membentu perencanaan pelayanan pasien yang lebih baik dan tepat h. Dapat dijadikan sebagai alat perencanaan anggaran rumah sakit.
43
E. KEUNTUNGAN/MANFAAT INA-DRG (Lanjutan-1)
`2. Bagi Pasien a. Memberikan informasi prioritas pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat keparahan penyakit b. Pasien menerima kualitas pelayanan kesehatan yang lebih baik c. Mengurangi/meminimalkan resiko yang akan dihadapi pasien. d. Mempercepat pemulihan dan meminimalkan kecacatan
44
E. KEUNTUNGAN/MANFAAT INA-DRG (Lanjutan-2)
3. Bagi Institusi Kesehatan a. Dapat mengevaluasi dan membandingkan kinerja Rumah Sakit b. Benchmarking c. Area untuk audit klinis d. Mengembangkan kerangka kerja klinis dan alur pelayanan (SOP) e. Menstandarisasi proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. BAB III DAFTAR TARIF.
45
BAB IV PENGGUNAAN TARIF INA-DRG RS JANTUNG & PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
PELAYANAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA PELAYANAN RAWAT JALAN TARIF PELAYANAN RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBUUH DARAH HARAPAN KITA Penetapan Tarif pelayanan untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan didasarkan pada ketepatan tarif INA-DRG yang berlaku di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Selain itu tarif pelayanan ini juga disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit pasien selama dirawat di masing-masing kelas perawatan Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. ??
46
D. DIAGNOSA DAN TANGGUNGJAWAB DOKTER
Penegakkan dan penulisan diagnosa primer serta sekunder menggunakan ICD-X termasuk melaksanakan seluruh prosedur/tindakan yang sesuai ICD-9-CM dalam berkas rekam medis pasien rawat jalan dan inap serta membuat resume untuk pasien rawat inap adalah tanggungjawab dokter. Penulisan diagnosa maupun prosedur/tindakan yang tidak lengkap akan mempengaruhi besaran tarif pelayanan di rumah sakit. KODE DIAGNOSA PENYAKIT Diagnosa penyakit dan prosedur/tindakan yang telah dituliskan oleh dokter selanjutnya diberi kode yang sesuai dengan ICD X & ICD-9-CM yang kemudian diberi kode INA-DRG oleh petugas rekam medis. Kesalahan pemberian kode diagnosa dan prosedur/tindakan dapat mempengaruhi besaran tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit.
47
Penetapan tarif pelayanan kesehatan dilakukan oleh
F. BAGIAN KEUANGAN Penetapan tarif pelayanan kesehatan dilakukan oleh bagian keuangan berdasarkan pada kode INA-DRG yang telah ditetapkan oleh petugas rekam medis. Kesalahan pemberian kode diagnosa dan prosedur/tindakan dapat mempengaruhi besaran tarif pelayanan kesehatan di rumah sakit. BAB V PENUTUP Centre For Case-Mix: Sub Bagian Data dan Informasi Setditjen Bina Pelayanan Medik R. 111 Bliok C Departemen kesehatan R.I. Jl. R. Rasuna Said Blok X5 Kav, no.4-9. Telp: Jakarta 12950, atau melalui web site dengan alamat:
48
IMPACT OF POOR DOCUMENTATION ON DRG ALLOCATION
An Example A 26 yr, old male admitted for treatment of a compound fracture of the radius & ulna, upper proximal epiphysis. Fracture treated by an open reduction with internal fixation. If the Medical Officer records the diagnosis & treatment as: Fracture of arm Reduction (lack of specificity provided) codes: Ill defined fracture of upper limb. Closed reduction of fracture without internal fixation. NOS (assumed closed) DRG ALOS 4.41 Average cost/patient $ Aver. Cost/day $348
49
If the diagnosis and procedure were recorded accurately then the following codes would be allocated:
reflecting the additional specificity provided: Fracture, radius with ulna, upper end (any part) Open reduction separated epiphysis, radius & ulna, with or without internal fixation. The resulting AN-DRG allocation: DRG ALOS 3.46 Aver. Cost/patient $2.316 Aver. Cost/day $669 (yang sebelum ini: $1.536 Aver, Cost/day $348
50
COMPLETION OF THE MEDICAL RECORD FRONT SHEET
The diagnoses, injuries and procedures recorded on the Medical Record Front Sheet should accurately describe the complete clinical picture of the patient; why they were admitted to hospital and how they were treated. The treating medical officer is responsible for recording the diagnoses and procedures on the Medical Record front sheet.
51
RECORDING DIAGNOSES Principal Diagnosis The principal diagnosis is defined as the condition which after study, was found to be chiefly responsible for occasioning the patient’s admission to the hospital for care. # Only one DIAGNOSIS may be listed as the Principal Diagnosis. Secondary Conditions All conditions should be listed that: 1. existed at the time of patient’s admission to hospital for which treatment was given, or 2. that arose during the patient’s stay in hospital, or 3. that affected the patient’s treatment and/or LOS by greater than one day.
52
External Cause (of accident, poisoning, violence)
It should be noted that the classification provides for the coding of the environmental events, circumstances and other conditions which caused an injury, poisoning or adverse effect. This information is required for research purposes and should also be recorded for coding. RECORDING PROCEDURES All significant procedures undertaken from the time of admission to the time of discharge should be listed on the Medical Record front sheet for coding. 1. This includes both diagnostic and therapeutic proc. 2. Significant non-surgical or non-operative procedures should also be listed.
53
Notes: It is to noted that coding system classifies the operation or procedures undertaken and not the individual components of resource consumption i.c. Administration of anesthetic. The definition of significant procedure is one that: Surgical in nature Or carries a procedural risk Or carries an anaesthetic risk And requires special facilities or equipment available only in an acute care setting. Procedures that could not successfully be completed, should be described to the extent carried out, with a notation that the procedure was unsuccessful or abandoned.
54
The Principal Procedure Should Be Sequenced First.
The principal procedure is the procedure that was performed for definitive treatment rather than for diagnostic or exploratory purposes, consumed the greatest amount of hospital resources, or that which best matches the principal diagnosis. Though the sequencing of the procedures does not affect DRG allocation, this sequencing is used for morbidity data extraction purposes.
55
GUIDELINES FOR STATING SECONDARY CONDITIONS
As previously mentioned all conditions should be listed. 1. that existed at the time of patient’s admission to hospital for which treatment was given, or 2. that arose during the patient’s stay in hospital, or 3. that affected the patient’s treatment and/or LOS by greater than one day. Diagnoses that relate to an earlier episode of care or which have no bearing on the current hospital stay should be excluded.
56
REPORTING PURPOSES For reporting purposes the definition for secondary conditions may be interpreted as additional conditions that affect patient care in terms of requiring: - Clinical evaluation, or - therapeutic treatment, or - diagnostic procedures, or - extended LOS, or - increased nursing care and/or monitoring THERE MUST BE SUPPORTING DOCUMENTATION IN THE MECIDAL RECORD FOR ANY DIAGNOSES RECORDED.
57
Some of the Most Commonly missed Complications and Comorbidities are:
- Acute respiratory failure - Anemia - Arthritis - Decubitus ulcers - Dehydration - Diabetes - Hypertension - Leukemia - Osteomyelitis - Pneumonia and - Post operative complications and infections - Urinary retention and UTI
58
Recording Tips Systemic diseases: These should be listed for coding when they have bearing on the management of the patient. Example: hypertension, multiple slcerosis, rheumatoid arthritis, chronic lung disease, Parkinson’s disease, peripheral vascular disease and DM. Other Chronic conditions: Conditions such as blindness, status-post below the knee amputation and presence of a functioning pacemaker, that co-exist at the time of admission and which have a bearing on the management of the patient (for example increased nursing support), should be listed for coding.
59
Abnormal Investigations
Abnormal investigations (laboratory, X-ray, pathologic & other diagnostic results). These should not be listed for coding unless of clinical significance, having a bearing on the management of the patient in terms of requiring evaluation or treatment.
60
Documentation Of Cardiovascular Conditions
Cardiovascular conditions are one of the main areas of coding difficulty. Because the ICD-9-CM classification system is used worldwide, some of the terminology may appear outdated. It is important that you consult with coding staff in your hospital to ensure they are aware of any differences. A large volume of patients are hospitalized with a circulatory system principal diagnosis or secondary conditions which affect the patient’s treatment and/or LOS. It is important that all the relevant details of cardiovascular conditions and procedures are recorded accurately as they may influence the AN-DRG assignment.
61
Localised Non-Acute conditions:
Such conditions which have no bearing on the current hospital care and for which no treatment is provided should not be listed. For example: strabismus or bunions. Symptoms: Conditions that are integral to the disease process should not be listed separately for coding. Symptoms should only be listed if they are not explained by other recorded conditions and they satisfy the definition of an secondary condition, as previously discussed.
62
Chronic Diseases Generally, chronic diseases should not be documented as a principal diagnosis as the Acute manifestation is generally the reason, after study , to be chiefly responsible for occasioning the pateint’s admission to hospital for care. Chronic disease include: - Ischaemic heart disease - Coronary artery disease - Arterosclerosic heart disease - Coronary athrosclerosis and - Chronic coronary indufficiency.
63
Contoh Coronary Artery Syndromes
Care should be taken in distinguishing between Acute Coronary Insufficiency and Acute Coronary Ischaemia. Acute coronary insufficiency is classified to Acute forms of Ischaemic Heart Disease, whilst Acute Coronary Ischaemia is classified as a synonym for Acute Myocardial Infarction The principal diagnosis must (PDX) and the underlying cause should be documented. For example: Acute Myocardial Infarction of Anterior Wall caused by Coronary Atherosclerosis.
64
Contoh (Lanjutan) The Principal Diagnosis must be as specific as possible and reflect the condition (which after study) was found to be chiefly responsible for occasioning the patient’s admission to the hospital for care. Angina pectoris (chest pain) is recognized as a symptom and the underlying cause should be stated first when it is known. If the diagnosis of angina is to be used, it should be specified as STABLE, PROGRESSIVE, UNSTABLE or VARIENT etc. Coronary artery disease although commonly used in our society, needs to be accurately recorded as atherosclerotic rather than other causes.
65
Myocardial Infarction
Acute: - stated duration of eight weeks or less Chronic - 8 weeks from date of infarction The site of the infarct must be stated along with any other cardiovascular conditions which complicate the management of the patient. For example: hypertensive heart disease with congestive failure congestive heart failure arrhythmias conduction disorders hypotension real failure or shock.
66
(List of Official ICD-10 update)
WHO (internet) IT IS NOT POSSIBLE TO CONVERST ICD-9 INTO ICD-10 DATA SETS OR VICE VERSA (http: // (List of Official ICD-10 update)
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.