Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SKRINING By. Nur Alvira.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SKRINING By. Nur Alvira."— Transcript presentasi:

1 SKRINING By. Nur Alvira

2 DEFINISI US Comission on chronic Illnes (1951) telah mendefinisikan skrining sebagai suatu upaya dalam menduga ciri-ciri suatu penyakit atau kelainan yang belum diketahui dengan cara menguji, memeriksa atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat

3 Skrinning  Perjalanan Alamiah Penyakit
Fase Prasimtomatik telah terjadi perubahan fisiologis ataupun anatomi  Gejala suatu penyakit yang dapat diketahui secara dini  bukan gejala klinis pemeriksaan, uji klinik, atau dgn prosedur ttt

4 Skrining bukan alat untuk mendiagnosis, subjek yang ditemukan positif atau kemungkinan mengidap suatu penyakit tertentu dalam skrining masih perlu dirujuk kembali untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa. Biasanya kegiatan skrining bukan berasal dari kemauan penderita tetapi berasal dari petugas kesehatan atau pihak lain yang ingin mengetahui besarnya kejadian penyakit tertentu.

5 Skrinning dilakukan pd orang yang sehat tapi berisiko tinggi
* Skrinning merupakan suatu pencegahan tingkat sekunder dengan pendeteksian dini suatu penyakit ataupun masalah kesehatan di masyarakat ** Skrinning dilakukan pd orang yang sehat tapi berisiko tinggi *** Skrining tidak dilakukan di pusat pelayanan kesehatan tp dilakukan dlm suatu populasi (masy) dr suatu klpmk yang terorganisir dgn proses skrining secara bertahap

6 CATATAN Berani melakukan skrining, maka harus berani melakukan diangnosa positif, shg dana utk skrining telah termasuk diagnosa dan terapi, jadi ketika orang yang terskrining dan terdiagnosa positif, maka org tsb hrs diberikan terapi

7 Hasil skrining diatas dinyatakan baik..... KENAPA???
Skrining akan membuat insidensi semakin tinggi. Hal ini tidak “jelek” apabila org2 yg skt ditemukan masih dalam penyakit stadium awal Contoh:  hasil skrining ini dinyatakan baik, kenapa?? Hasil skrining diatas dinyatakan baik..... KENAPA??? % Peny Sblm dilakukan skrinning STADIUM % Peny setelah dilakukan skrinning 7% I 35% 8% II 30% 15% III 70% IV 5%

8 Jenis-jenis Skrining Mass screening (Skrining Masal): dilakukan pada seluruh populasi Multiple screening (Skrining Ganda): dilakukan dengan melibatkan penggunaan berbagai alat uji skrining pada saat yang bersamaan Prescriptive screening (Skrining Preskriptif): dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi individu-individu sehat terhadap suatu penyakit yang dapat dicegah lebih lanjut

9 KRITERIA SKRINNING Penyakit atau keadaan yang dicari haruslah merupakan masalah kesehatan yang penting. Tersedia obat yang potensial dan disepakati untuk pengobatan penderita yang ditemukan. c. Tersedia fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti dan pengobatan. d. Penyakit atau keadaan yang dideteksi harus mempunyai masa laten atau asimtomatik dini. e. Tersedia alat uji skrining yang sesuai.

10 Uji skrining yang tersedia harus dapat diterima oleh populasi sasaran.
g. Perjalanan alamiah penyakit atau keadaan yang akan dideteksi harus benar – benar diketahui. h. Harus ada kebijakan yang sudah disepakati dari mereka yang diobati sebagai penderita. Biaya skrining secara ekonomis harus seimbang dengan risiko biaya untuk perawatan medis secara keseluruhan. j. Harus dimungkinkan untuk diadakan follow up dan kemungkinan untuk pencariaan / penemuan penderita secara berkesinambungan.

11 Tujuan Skrining Penemuan dini penderita dengan cara memperoleh pengobatan Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat Mendapatkan keterangan-keterangan epidemiologi suatu penyakit atau gangguan pada masyarakat

12 Model 1 EX: SKRINNINiNG DM:
Uji Diagnostik: reduksi urine metode Benedict (cara kualitatif) Baku Emas: cara kedua dengan metode spektrofotometer (cara kuantitatif). pengambilan sampel darah sewaktu. Positif Positif BAGAN INI DILAKUKAN APABILA ALAT TERSEBUT TELAH DI UJI COBA TERLEBIH DAHULU DAN TELAH MENUNJUKKAN SENSITIVITAS DAN SPESIVISITAS TINGGI  LEBIH MURAH DAN DAPAT DIJANGKAU Negatif SAKIT/ - FR Tidak SAKIT / + FR terapi

13 Model II: MENCARI SENITIVITAS & SPESIVITAS UJI DIAGNOSTIK
NEGATIF KARTU SNELLEN POSITIF GEJALA KLINIS POSITIF POSITIF NEGATIF KARTU SNELLEN NEGATIF SENSITIVITAS SPESIVISITAS PPV NPV

14 Uji Diagnostik (Penapisan)
TABEL UJI VALIDITAS Goldstandard Sakit Tidak Sakit Uji Diagnostik (Penapisan) Positif a b a+b Negatif c d c+d a+c b+d a+b+c+d

15 Interpretasi tabel Goldstandard Positif Negatif Uji Diagnosis
..=Senitivitas tinggi ..=Spesivitas rendah ..=Sensitivitas rendah ..= spesivitas tinggi

16 Ukuran-ukuran Sensitivitas
Kemampuan uji skrining secara benar menempatkan sasaran skrining yang benar-benar sakit dalam kelompok penderita  positif sejati a/a+c x 100 % Spesifisitas Kemampuan uji skrining secara benar menempatkan sasaran skrining yang benar-benar tidak sakit dalam kelompok sehat  negatif sejati d/b+d x 100 % PPV Besarnya kemungkinan individu benar-benar menderita dari semua uji skrining positif a/a+b x 100 % NPV besarnya kemungkinan individu benar-benar tidak sakit dari semua uji skrining negatif d/c+d x 100 %

17 Uji Diagnostik (Pap Smear)
CONTOH : Ca Cervix Uteri Sakit Tidak Sakit Uji Diagnostik (Pap Smear) Positif 160 10 170 Negatif 50 180 230 210 190 400 PREVALENSI a+c/(a+b+c+d) x 100 52,5% Sensitivitas a/(a+c) x 100 160/(210) x 100 = 76,2% PPV a/(a+b) x 100 160/(170) x 100 = 94,1% Spesivisitas d/(b+d) x 100 180/(190) x 100 = 94,7% NPV d/(c+d) x 100 180/(230) x 100 = 78,3%

18 SKRINING VISUS MATA PADA ANAK SD USIA 7-10 THN DI KECAMATAN BANTUL
setiap menit diperkirakan 12 orang menjadi buta, empat orang di antaranya berasal dari Asia Tenggara, sedangkan pada anak, setiap menit terdapat satu anak menjadi buta dan hampir setengahnya berada di Asia Tenggara 10% dari anak usia sekolah (5-19 tahun) menderita kelainan refraksi, sedangkan angka pemakaian kacamata koreksi sampai saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan Menurut WHO, 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan pada masa anak-anak (chilhood blindness), sehingga peringatan hari penglihatan sedunia “Vision For Children” memberikan makna bahwa semua orang harus memberikan perhatian kepada anak-anak sebagai generasi penerus yang mengalami gangguan penglihatan atau buta

19 Sasaran: anak usia 7-10 thn, cused:
anak dalam pertumbuhan sistem penglihatan yang memasuki fase lambat dan 3,9% kebutaan disebabkan oleh kebutaan pada masa anak-anak Awal anak mulai terpapar oleh FR visus. Semakin cepat deteksi dini pada risti dilakukan, maka semakin cepat upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat dilakukan Teknis pemeriksaan menjadi lebih mudah7-10 thn (kls 2 dan 3), anak mulai mengenal huruf  menhindari salah tafsir oleh peneliti. 1 2 3

20 Alat kartu snellen  baku emas
Alat ukur Kuesioner  uji diagnostik: daftar pertanyaan keluhan or gejala klinis yang Alat kartu snellen  baku emas

21 HASIL SKRINING Tabel Disribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Tempat Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul Tahun 2008 Lokasi Skrining Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % Sakit Tdk Sakit SD Sutran 33 70,2 14 29,8 57 19,0 SD 2 Sabdodadi 28 68,3 13 31,7 41 16,5 SD Manunggal 2 Bantul 47 75,8 15 24,2 62 25,0 SD Sabdodadi Keyongan 16 72,7 6 27,3 22 8,9 SD Ringinharjo 52 68,4 24 31,6 76 30,6 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

22 Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
Tabel Distribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Jenis Kelamin Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Jenis kelamin Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % Sakit Tidak sakit Laki-laki 98 72,1 38 27,9 136 54,8 Perempuan 78 69,6 34 30,4 112 45,2 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

23 Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
Tabel Distribusi Hasil Pemeriksaan Tajam Penglihatan Berdasarkan Jenis Kelamin Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Kelompok Umur Hasil Pemeriksaan tajam penglihatan (visus) Jumlah % (tahun) Sakit Tidak Sakit 7 tahun 21 70,0 9 30,0 30 12,1 8 tahun 97 69,8 42 30,2 139 56,0 9 tahun 43 78,2 12 21,8 55 22,2 10 tahun 15 62,5 37,5 24 9,7 Total 176 71,0 72 29,0 248 100

24 Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008
Tabel Hasil Pemeriksaan Gejala Klinis dan Ketajaman Penglihatan (visus) Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul tahun 2008 Gejala Hasil Pemeriksaan Visus Sensitivitas (%) Spesivisitas (%) PPV (%) NPV (%) Sakit Tidak Sakit Sering Mengedipkan atau Mengusap Mata Ya 134 6 77,3 88,9 94,4 61,5 Tidak 42 66 2. Mata Berair dan Banyak Kotoran 57 10 31,3 87,3 34,6 119 62 3. Mata Merah, Panas, dan Gatal 78 55 44,9 87,5 89,8 39,4 48 67 4. Mata Sering Melihat Terlalu Dekat 115 19 65,9 75,0 86,6 47,4 61 53 5. Cepat Lelah Jika Membaca 101 7 56,8 90,3 93,5 46,1 75 65 6. Sering Merasa Silau 20 66,5 86,7 47,8 52 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 4 95 5 54,5 93,2 44,8 81 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 5 82 1 45,5 97,2 97,6 42,2 94 71 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 2 49 2 26,7 95,8 94,0 34,8 127 70 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 3 3 38,1 93,1 105 69 Kombinasi antara gejala 1 dan gejala 6 90 55,7 98,0 47,3 Kombinasi antara gejala 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 23 13,1 100 32,0 153 72 Kombinasi antara gejala 4 dan gajala 5 43,8 91,7 39,6 104 Kombinasi antara gejala 2 dan gejala 3 44 25,0 33,7 132

25 INGAT!!!! Alat skrinning harus murah dan praktis
Gold Standart baku dan standar Tersedia tindakan kuratif (pengobatan yang tepat untuk penyakit tersebut) Skrinning dapat memperbaiki prognosis dalam PAP Masalah kesehatan merupakan masalah yang penting


Download ppt "SKRINING By. Nur Alvira."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google