Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
TEMU VII EKSPERIMEN KUASI
2
Eksperimen Kuasi (Quasi Experiment)
Kenyataan/kondisi tdk dpt lakukan eksperimen murni. Bila tdk bisa lakukan randomisasi pd subjek maka hrs pilih rancangan riset eksperimen kuasi. Tetap diingat bhw kondisi subjek: biologis - lingkungan hrs relatif sama. Eksperimen kuasi banyak digunakan dalam studi efektifitas (‘effectiveness study’)
3
Perlu diingat bahwa dalam rancangan ini sampel dipilih tanpa randomisasi maka banyak sekali hal-hal yang harus diperhatikan karena sangat berpengaruh dalam pengambilan kesimpulan yang sering disebut sebagai ‘internal validity’ = validitas internal. Dengan perkataan lain, peneliti harus dapat memperhitungkan faktor-faktor yang mungkin mengganggu ke-akuratan hasil yang diperoleh terutama dalam penarikan kesimpulan penelitian.
4
Seleksi. Berbagai ancaman terhadap validitas internal yaitu:
Pemilihan klp perlakuan & kontrol yg tidak random berdampak pd ketidaksamaan relatif kondisi biologik a/ lingkungan kedua kelompok tsb. Ini akan pengaruhi kesimpulan yg diambil yaitu perbedaan hasil antara kedua kelompok belum tentu ‘hanya dan hanya’ karena perlakuan tetapi mungkin disebabkan kedua kelompok sudah berbeda diawal penelitian. Misalnya, perbedaan tingkat ekonomi atau pendidikan, dlsb.
5
b. Maturasi. Ketidak-samaan biologik sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Perbedaan dampak perlakuan belum tentu ‘hanya dan hanya’ akibat dari perlakuan tetapi mungkin tidak sebabkan perbedaan biologik antara kedua kelompok diawal penelitian; misalnya, perbedaan umur, jenis kelamin.
6
c. Histori. Kita berharap bahwa selama penelitian berlangsung semuanya berjalan lancar. Namun bila beberapa subjek disalah satu kelompok mengalami kejadian yang tidak diharapkan, maka kesimpulan yang diambil belum tentu benar. Hal ini disebabkan salah satu kelompok mengalami sesuatu sedangkan kelompok lain tidak; misalnya sakit. Ini berarti kedua kelompok sudah berbeda selama penelitian berjalan.
7
d. Mortalitas. Selama pelaksanaan penelitian, bila subjek di salah satu kelompok mengundurkan diri dengan berbagai alasan maka keadaan ini sangat mempengaruhi kesimpulan yang diambil.
8
e. Testing. Diawal penelitian kita mengajukan pertanyaan tentang suatu hal yang berkaitan dengan penelitian misalnya tentang penyakit Kanker maka subjek akan mencoba mengingat pertanyaan dan mempunyai akses mencari informasi tentang penyakit tersebut. Diakhir penelitian kita menanyakan hal yang sama maka jawaban yang diberikan akan berbeda dengan subjek yang tidak mempunyai akses untuk mencari informasi.
9
f. ‘Regression artifact’.
Seperti diketahui bahwa sering sekali hasil pengukuran dari beberapa subjek diawal penelitian hasilnya sangat ekstrem (jauh diatas rata-rata) dan diakhir penelitian hasil pengukuran terhadap subjek tersebut termasuk dalam kelompok rata-rata. Keadaan ini disebut ‘regression to the mean’ karena perubahan pada subjek tersebut belum tentu karena perlakuan.
10
g. Instrument. Bila kita menggunakan alat pengukuran yang berbeda antara awal dan akhir penelitian maka hasilnya belum tentu hanya dan hanya disebabkan perlakuan tetapi mungkin karena penggunaan alat yang berbeda tersebut.
11
1. One shot Case study R ini dilakukan tanpa adanya data dasar sbg pembanding utk ukur dampak pemberian perlakuan. X O Kita berikan penyuluhan gizi kpd anak SD Kelas Empat selama 2 jam. Diakhir jam pelajaran murid2 diminta menjawab per?an yg sdh disiapkan. Maka jawaban yg murid2 belum tentu hasil dr penyuluhan, krn tidak bisa bandingkan hasilnya tanpa adanya kelompok kontrol. Rancangan ini sangat dianjurkan untuk tidak digunakan dalam penelitian.
12
b. The static comparison group
Rancangan ini mirip dengan yang diatas namun ada tambahan kelompok control diakhir penelitian. Perhatikan bahwa bahwa garis pembatas terputus-putus menandakan bahwa kedua kelompok non-equivalent atau dipilih tanpa melalui proses randomisasi. Group 1 X O1 Group 2 O2
13
Misalnya, pada mulanya kita menggunakan rancangan ‘One shot case study’ dan ada yang menegur kita bahwa kita harus mempunyai kelompok control diakhir penelitian. Dengan menggunakan rancangan ini kita masih bisa mengatakan bahwa perlakuan yang diberikan berbeda dibanding kelompok control. Namun kita harus hati-hati, karena diawal penelitian kedua kelompok tersebut belum tentu sama kondisinya. Bila tidak dalam keadaan sangat terpaksa sebaiknya kita menghindari rancangan seperti ini.
14
c. The one group pretest-postest design
Dlm R ini, kita kumpulkan data awal sering disebut ‘baseline’ kmd subjek diberi perlakuan & diakhir penelitian kita kumpulkan data akhir (endline). O1 X O2 Dgn R ini setidaknya dpt dikatakan bhw perlakuan memberikan dampak yg bisa dihitung besarannya. Namun perlu disadari bhw kita tdk dapat mengatakan bhw perlakuan yg kita berikanlah yg memberikan dampak, krn kita tda membandingkan dgn kelompok lain yg tdk mendapat perlakuan.
15
d. Pretest-Posttest Nonequivalent Control Group
R ini terdiri dari dua klp: perlakuan & kontrol yg punyai data awal & data akhir. Perhatikan bhw garis pembatas ter-putus2 menandakan bhw ke2 klp non-equivalent atau dipilih tanpa proses randomisasi. Group 1 O1 X O2 Group 2 O3 O4 Dengan adanya data awal & akhir serta adanya klp kontrol maka kesimpulan yg diperoleh lebih mudah di interpretasikan & akan lebih mendekati kebenaran.
16
Eksperimen kuasi dgn rancangan pretest-posttest nonequivalent control group sering diakukan oleh para peneliti krn sesuatu hal yg menghambat dilakukannya eksperimen murni. Dianjurkan agar diawal P peneliti benar2 berupaya agar kedua klp (perlakuan & kontrol) secara biologik & lingkungan relatif sama. Agar ancaman internal validitas (seleksi, histori, maturasi, testing, mortalitas, ‘regression artifact’ dan instrumen) dapat dikurangi seoptimal mungkin. Sehingga kita dapat mengatakan bahwa perbedaan sebelum dan sesudah penelitian ‘hanya dan hanya’ disebabkan oleh perlakuan.
17
DISKUSI TENTANG ‘INTERNAL VALIDITY’ UNTUK DISAIN KUASI EKSPERIMEN (D)
Situasi A Perlakuan Kontrol PRE POST
18
DISKUSI TENTANG ‘INTERNAL VALIDITY’ UNTUK DISAIN KUASI EKSPERIMEN (D)
Situasi B Perlakuan Kontrol PRE POST
19
DISKUSI TENTANG ‘INTERNAL VALIDITY’ UNTUK DISAIN KUASI EKSPERIMEN (D)
Situasi C Kontrol Perlakuan PRE POST
20
DISKUSI TENTANG ‘INTERNAL VALIDITY’ UNTUK DISAIN KUASI EKSPERIMEN (D)
Situasi D Perlakuan Kontrol PRE POST
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.