Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Metodologi Dalam Menafsirkan
Pertemuan 4 Metodologi Dalam Menafsirkan Ayat-ayat al-Qur’an Oleh: M. Miftakhul Huda, M.PdI.
2
Materi Perkuliahan Metode At-tafsīr at-taḥlīlī,
Metode At-tafsīr al-ijmālī, Metode At-tafsīr al-muqāran Metode At-tafsīr al-mauḍū`ī
3
Kegiatan Penafsiran Al-Qur’an dengan alasan:
Pertama, Al-Qur’an diturunkan dalam keadaan ringkas dan padat, mengandung semua ilmu pengetahuan baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum Kedua Adanya kata atau kalimat yang dibuang, karena Al-Qur’an diturunkan dengan kalam yang baligh dan mujmal. Dan Ketiga, Adanya kata atau kalimat yang mengandung majaz, isytirok dan dilalatu li al tizam.
4
Pengertian Metode dan Metodologi:
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos”, yang berarticara atau jalan. Dalam bahasa Inggris, kata itu ditulis “method”, dan bahasa Arab menerjemahkannya dengan thariqat dan manhaj. Metode tafsir Qur’an berisi seperangkat kaidah atau aturan yang harus diindahkan ketika menafsirkan ayat-ayat Qur’an.
5
Perbedaan Metode dan Metodologi:
Ada dua istilah yang sering digunakan yaitu: metodologi tafsir dan metode tafsir. Kita dapat membedakan antara dua istilah tersebut, yakni: METODE TAFSIR, yaitu cara-cara yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur’an, METODOLOGI TAFSIR yaitu ilmu tentang cara tersebut.
6
Corak Penafsiran al Qur’an
Bentuk penafsiran al-Qur’an dengan tiga arah, yakni; Pertama, Metode (misalnya; metode ayat antar ayat, ayat dengan hadits, ayat dengan kisah israiliyyat), Kedua, Teknik Penyajian (misalnya; teknik runtut dan topical), dan Ketiga, Pendekatan (misalnya; fiqhi, falsafi, shufi dan lain-lain). M.Alfatih Suryadilaga dkk, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta:TERAS, 2010) 12
7
Corak Penafsiran menurut Quraisy Shihab :
M.Quraish Shihab, mengatakan bahwa corak penafsiran yang dikenal selama ini, antara lain corak sastra bahasa, corak filsafat dan teologi, corak penafsiran ilmiah, corak fiqih atau hukum, corak tasawuf, M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’an. (Bandung: Mizan. 1992). hlm. 72.
8
Penafsiran Al Qur’an, secara garis besar dapat dibagi dalam 4 (empat) macam metode:
Metode Penafsiran ditinjau dari sumber penafsirannya, metode ini terbagi menjadi tiga macam, yakni metode bi al-ma’thur, bi al-riwayah, bi al-manqul, tafsir bi-ra’y/bi al-dirayah/ bi al ma’qul dan tafsir bi al-izdiwaj (campuran). Metode penafsiran ditinjau dari cara penjelasannya. Metode ini dibagi menjadi dua macam, yakni metode deskriptif (al-bayani) dan Metode tafsir perbandingan (comparatif, al maqarin). Motede penafsiran ditinjau dari keleluasan penjelasan. Metode ini dibagi menjadi dua macam, yakni metode global (al-ijmali) dan metode detail (al-ithnaby). Metode penafsiran ditinjau dari aspek sasaran dan sistematika ayat-ayat yang ditafsirkan. Metode penafsiran ini terbagi menjadi dua macam, yakni metode analisis (al-tahlily) dan metode tematik (al-mawhu’y). Abdul Jalal, Urgensi Tafsir Madhui Pada Masa Kini, (Jakarta : Kalam Mulia, 1990), hlm
9
Perkembangan Metode Tafsir
10
Metode Tafsir Ijmali; Kelebihan dan Kekurangannya
Metode Ijmali Metode tafsir ijmali yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan cara singkat dan global tanpa uraian panjang lebar. Metode Ijmali [global] menjelaskan ayat-ayat Qur’an secara ringkas tapi mencakup dengan bahasa yang lebih umum dikenal lebih luas, mudah dimengerti, dan enak dibaca. Sistimatika penulisannya mengikuti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. Ciri metode ijmali adalah seorang mufassir langsug menafsirkan ayat al-Qur'an dari awal sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul, mufassir tidak banyak mengemukakan pendapat dan idenya, mufassir tidak banyak memberikan penafsiran secara rinci tetapi ringkas dan umum,. Contoh: ”Penafsiran yang diberikan tafsir al-Jalalain terhadap 5 ayat pertama dari surat al-Baqarah, tampak tafsirnya sangat singkat dan global hingga tidak ditemui rincian atau penjelasan yang memadai. Penafsiran tentang الم) (misalnya, dia hanya berkata: Allah Maha Tahu maksudnya. Dengan demikian pula kata al kitaaba ( الكتاب ) penafsiran hanya dikatakan: Yang dibacakan oleh Muhammad. Begitu seterusnya, tanpa ada rincian sehingga penafsiran lima ayat itu hanya dalam beberapa baris saja.
11
kelebihan dan kelemahan
Praktis dan mudah dipahami oleh ummat dari berbagai strata sosial dan lapisan masyakat. Bebas dari penafsiran kemungkinan israiliah maka tafsir ijmali relatif murni dan terbebas dari pemikiran-pemikiran Israiliat dapat dibendung pemikiran-pemikiran yang kadang-kadang terlalu jauh dari pemahaman ayat-ayat al-Qur’an seperti pemikiran-pemikiran spekulatif . Akrab dengan bahasa al-Qur’an: karena tafsir ini dengan metode global menggunakan bahasa yang singkat dan akrab dengan bahasa arab tersebut. Kelemahan Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial: padahal al-Qur’an merupakan satu-kesatuan yang utuh, sehingga satu ayat dengan ayat yang lain membentuk satu pengertian yang utuh, tidak terpecah-pecah dan berarti, hal-hal yang global atau samar-samar di dalam suatu ayat, maka pada ayat yang lain ada penjelasan yang lebih rinci. Tidak ada ruangan untuk mengemukakan analisis yang memadai: Tafsir yang memakai metode ijmali tidak menyediakan ruangan untuk memberikan uraian yang luas, jika menginginkan adanya analisis yang rinci, metode global tak dapat diandalkan. Contoh kitab tafsir ijmali tafsir al-Jalalain karya Jalal al-Din al-Suyuthy dan Jalal al-Din al-Mahally, Tafsir al-Qur’an al-’Adhin olah Ustadz Muhammad Farid Wajdy, Shafwah al-Bayan li Ma’any al-Qur’an karangan Syaikh Husanain Muhammad Makhlut,
12
Metode Tahlili [Analitis]; Kelebihan dan Kekurangannya Mohammad Nor Ichwan, Tafsir ‘Ilmiy; Memahami al Qur’an Melalui Pendekatan Sains Modern, Yogyakarta: Menara Kudus, 2004, hlm Metode Tahlili [Analitis] Secara etimologis, tahliliy berasal dari bahasa Arab: hallala – yuhallilu – tahlil, yang berarti “mengurai” atau “menganalisis”. tafsir tahliliy adalah suatu metode penafsiran yang berusaha menjelaskan al Qur’an dengan menguraikan berbagai seginya dan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh al Qur’an. Ciri-ciri metode tahlili adalah Penafsiran yang mengikuti metode ini dapat mengambil bentuk ma’tsur [riwayat] atau ra’y [pemikiran]: kelemahan dan kelebihan Kelebihan: Ruang lingkup yang luas: ma’tsur dan ra’y Memuat berbagai ide: metode analitis relatif memberikan kesempatan yang luas kepada mufassir untuk mencurahkan ide-ide dan gagasannya Kelemahan Menjadikan petunjuk al-Qur’an parsial atau terpecah-pecah,tidak utuh dan tidak konsisten karena penafsiran yang diberikan pada suatu ayat berbeda. Melahirkan penafsir subyektif dan tidak mustahil pula ada di antara mereka yang menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya Masuknya pemikiran Israiliat sebab berbagai pemikiran mufassir dapat masuk ke dalamnya,
13
Contoh tafsir tahlili:
Di antara kitab tafsir tahlili yang mengambil bentuk al-ma’tsur adalah kitab tafsir Jami’ al-Bayan’an Ta’wil Ayi al-Qur’an karangan Ibn Jarir al-Thabari [w.310H], Ma’alim al-Tazil karangan al-Baghawi [w.516H], Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [terkenal dengan tafsir Ibn Katsir] karangan Ibn Katsir [w.774H], al-Durr al-Mantsur fi al-tafsir bi al-Ma’tsur karangan al-Suyuthi [w.911H]. Tafsir tahlili yang mengambil bentuk al-Ra’y banyak sekali, antara lain: Tafsir Lubāb al-ta’wīl fī ma‘ānī al-tanzīl karya Imam al-Khāzin (w.741 H Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karangan al-Baydhawi [w.691H], al-Kasysyaf karangan al-Zamakhsyari [w.538H], ’Arais al-Bayan fi Haqaia al-Qur’an karangan al-Syirazi [w.606H], al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib karangan al-Fakhr al-Razi [w.606H], Madārik al-Tanzīl wa haqā’iq al-ta’wīl karya al-Nasafī (w.701 H) al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an karangan Thanthawi Jauhari, Irshād al-‘aql al-Salīm ilā mazāya al-Kitāb al-karīm karya Abū Sa‘ūd (w.982 H). Tafsir al-Manar karangan Muhammad Rasyid Ridha [w.1935] dan lain-lain.
14
Metode Muqarin [Komparatif]: Kelebihan dan Kekurangannya
Metode Komparatif Sdengan metode komporatif ialah: membandingkan teks [nash] ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda bagi suatu kasus yang sama membandingkan ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan, dan membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan al-Qur’an. Tiga (3) objek kajian tafsir Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain; Membandingkan ayat dengan Hadits; Membandingkan pendapat para mufasir. kelemahan dan kelebihan Kelebihan: Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas kepada pada pembaca bila dibandingkan dengan metode-metode lain. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleransi terhadap pendapat orang lain yang kadang-kadang jauh berbeda dari pendapat kita dan tak mustahil ada yang kontradiktif. Tafsir dengan metode ini amat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat, Kelemahan Penafsiran dengan memakai metode ini tidak dapat diberikan kepada pemula yang baru mempelajari tafsir,Melahirkan penafsir subyektif dan tidak mustahil pula ada di antara mereka yang menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan kemauan hawa nafsunya Metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat,
15
ﺍﺩﺧﻠﻮﺍﺍﻟﺠﻨﺔﺑﻤﺎﻛﻨﺘﻢﺗﻌﻤﻠﻮﻥ
Tiga (3) objek kajian tafsir Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain; Perbedaan tata letak kata dalam kalimat, seperti : ﻗﻞﺇﻥﻫﺪﯼﺍﷲﻫﻮﺍﻟﻬﺪﯼ “Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk” (QS : al-Baqarah : 120) ﻗﻞﺇﻥﺍﻟﻬﺪﯼﻫﺪﯼﺍﷲ “Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah” (QS : al-An’am : 71) Membandingkan ayat dengan Hadits; Contoh perbedaan antara ayat al-Qur’an surat al-Nahl/16 : 32 dengan hadits riwayat Tirmidzi dibawah ini : ﺍﺩﺧﻠﻮﺍﺍﻟﺠﻨﺔﺑﻤﺎﻛﻨﺘﻢﺗﻌﻤﻠﻮﻥ “Masuklah kamu ke dalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Al-Nahl : 32) ﻟﻦﻳﺪﺧﻞﺃﺣﺪﻛﻢﺍﻟﺠﻨﺔﻳﻌﻤﻠﻪ﴿ﺭﻭﺍﻩﺍﻟﺘﺮﻣﺬﯼ﴾ “Tidak akan masuk seorang pun diantara kamu ke dalam surga disebabkan perbuatannya” (HR. Tirmidzi) Membandingkan pendapat para mufasir. Mufasir membandingkan penafsiran ulama tafsir, baik ulama salaf maupun ulama khalaf, dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, baik yang bersifat manqul (al-tafsir al-ma’tsur) maupun yang bersifat ra’yu (al-tafsir bi al-ra’yi).
16
Metode Maudhu’i [Tematik]: Kelebihan dan Kekurangannya
Metode Komparatif Metode tematik ialah metode yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. langkah-langkah dalam menggunakan metode Maudu’iy, yaitu: Pada tahun 1977, Abdul Hay al-Farmawy, guru besar Fak. Ushuluddin alAzhar, mengarang sebuah karya yang berjudul “Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudu’iy”. Menetapkan masalah (topik) yang akan dibahas Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut Menyusun runtutan ayat sesuai masa turunnya (Asbab al-Nuzul) Memahami korelasi ayat-ayat dalam surahnya masing-masing Menusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok bahasan Mempelajari ayat-ayat secara keseluruhan dengan cara menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama,
17
Diantara karya-karya tafsir yang menggunakan metode ini adalah
Kitab Min Huda al-Qur’an karya Syaikh Mahmud Syaltut, al-Mar’ah fi al-Qur’an karangan Abbas Mahmud al-Aqqad, al-Riba fi al-Qur’an karya Abu al-A’la al-Maududy, al-Aqidah fi al-Qur’an karya Muhammad Abu Zahroh, Ayat al-Qasam fi al-Qur’an karangan Ahmad Kamal Mahdy, Muqawwamat al-Insaniyah fi al-Qur’an karya Ahmad Ibrahim Mahna, Tafsir Surat Yaasin karya Ali Hasan al-Aridl, Tafsir Surat al-Fath karya Ahmad Sayyid al-Kumy, Adam fi al-Qur’an karangan Ali Nashr al-Din.
18
Wassalam
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.