Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PROSPEK DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PROSPEK DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN"— Transcript presentasi:

1 PROSPEK DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2008 Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

2 1. Umum Indonesia memiliki areal hutan yang cukup luas, diperkirakan pada saat ini mencapai 120 juta Ha, yang menghasilkan kayu bulat sebesar 21,8 juta m3 (2006), merupakan pemasok bahan baku bagi Industri Pengolahan Kayu. - Indonesia mempunyai kelebihan yaitu beriklim tropis yang memungkinkan tanaman dapat lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan daerah yang mempunyai iklim sub tropis. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

3 UMUM (Lanjutan) Pembinaan industri kehutanan pada saat ini dilakukan oleh 2 (dua) departemen yaitu oleh Departemen Kehutanan yang menangani pembinaan industri pengolahan kayu primer sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian meliputi industri furniture, woodworking, particleboard, MDF (Medium Density Fiber Board), rotan olahan, pulp dan kertas, serta produk-produk olahan turunan dari hasil limbah dan perkebunan seperti; minyak atsiri, kosmetika termasuk produk kimia hilir lainnya. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

4 PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005
Industri Anyam-anyaman dari Tanaman Selain Rotan dan Bambu 20292 Industri Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu 20291 Industri Peti Kemas dari Kayu kecuali Peti Mati 20230 Industri Moulding dan Komponen Bahan Bangunan 20220 Industri Panel Kayu Lainnya 20213 Industri Pengolahan Rotan 20104 Industri Rotan, Bambu dan Sejenisnya 20103 Industri Pengawetan Kayu 20102 DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN URAIAN KBLI DAN DITJEN IKM JENIS-JENIS INDUSTRI DALAM PEMBINAAN DITJEN IAK, DITJEN ILMTA, DITJEN IATT TENTANG PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005 Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

5 PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005 (Lanjutan)‏
Industri Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton *)‏ 21020 Industri Kertas Lainnya 21019 Industri Kertas Tissue 21016 Industri Kertas Industri 21015 Industri Kertas Khusus *)‏ 21014 Industri Kertas Berharga *)‏ 21013 Industri Kertas Budaya *)‏ 21012 Industri Bubur Kertas (Pulp) *)‏ 21011 Industri Barang dari Kayu, Rotan, Gabus yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain 20299 Industri Alat-Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu 20294 Industri Ukir-ukiran dari Kayu Kecuali Furnitur 20293 URAIAN KBLI PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005 (Lanjutan)‏ Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

6 PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005 (Lanjutan 2)‏
Industri Furniture dari Rotan dan atau Bambu 36102  Industri Furniture 36101 Industri Karet Remah (Crumb Rubber)‏ 25123 Industri Remiling Karet 25122 Industri Pengasapan Karet 25121 Industri Minyak Atsiri 24294 Industri Jasa Penunjang Percetakan 22220 Industri Percetakan 22210 Industri Penerbitan Lainnya 22190 Industri Surat Kabar, Jurnal dan Majalah 22120 Industri Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi Lainnya 22110 Industri Barang dari Kertas dan Karton yang Tidak Diklasifikasikan di Tempat Lain 21090 URAIAN KBLI PERMENPERIND No. 07/M-IND/PER/5/2005 TGL 27 MEI 2005 (Lanjutan 2)‏ Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

7 - Memberikan konstribusi 6,60 % pada tahun 2006
2. Peran Industri Kehutanan Pada Perekonomian Nasional Industri kehutanan yang menjadi pembinaan Departemen Perindustrian mempunyai peran yang cukup terhadap perekonomian nasional yaitu : - Memberikan konstribusi 6,60 % pada tahun 2006 dari PDB sektor non-migas dan 6,90 % pada tahun 2007 - Pada tahun 2006 nilai ekspor mencapai sebesar US$ 11,22 milyar atau merupakan 15,8 %, sedangkan pada tahun 2007 dengan nilai ekspor US$ 13,7 milyard atau 14,8 % dari total ekspor non migas, Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

8 3. Posisi Industri Kehutanan di Dunia
Industri kehutanan Indonesia mempunyai posisi yang cukup penting di dunia, yaitu antara lain; - Industri furniture dari Indonesia walaupun peranannya di dunia masih kecil (2,49%), dan menduduki peringkat No.12, namun Indonesia memiliki kekayaan desain etnis yang sangat potensial dikembangkan dengan sentuhan modern, dan disamping itu untuk produk rotan Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi bahan baku terbesar di dunia. (80%). - Bagi industri pulp dan kertas, Indonesia merupakan produsen pulp No. 9 dan kertas No. 12 di dunia. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

9 Posisi Industri Kehutanan di Dunia (lanjutan)‏
Daya saing industri pulp (khususnya serat pendek) sangat kuat, karena biaya produksi (cash cost) yang termurah di dunia yaitu sekitar US$ 184/ton. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

10 4. Penyerapan Tenaga Kerja
- Pada tahun 2006, industri kehutanan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak orang atau 8,98 % dari penyerapan tenaga kerja sektor industri atau 1,1 % dari total tenaga kerja. - Penyerapan tenaga kerja pada industri kehutanan pada tahun 2006 sebesar ribu orang, terbesar terserap pada industri furniture yaitu mencapai 434 ribu orang, pengolahan rotan sebanyak 276 ribu orang. woodworking; mencapai 218 ribu orang; kertas sebanyak 167 ribu orang; pulp sebanyak 75 ribu orang. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

11 a. Industri Pengolahan kayu dan furniture
5. Permasalahan a. Industri Pengolahan kayu dan furniture (kayu dan rotan)‏ Industri kehutanan khususnya industri pengolahan kayu mengalami terkendala adanya kesenjangan pasokan bahan baku yang berasal dari hutan alam. Masih dijumpai illegal logging dan illegal trade, sehingga menyebabkan pasokan bahan baku ke industri semakin terbatas. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

12 Maraknya retribusi daerah menyebabkan ekonomi biaya tinggi
Lanjutan………………… Masih lemahnya desain dan finishing produk furniture dan makin ketatnya persaingan, terutama dengan produk- produk dari China yang lebih murah. Persyaratan mutu di negara tujuan ekspor makin ketat, utamanya terkait dengan ekolabel, ISO 9000 dan ISO Maraknya retribusi daerah menyebabkan ekonomi biaya tinggi Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

13 b. Industri Pulp dan kertas
Industri pulp dan kertas yang diharapkan bahan bakunya dapat dipasok dari HTI, ternyata HTI yang ada belum sepenuhnya siap. PROPER yang dikeluarkan oleh Meneg LH menimbulkan dampak negative terhadap pasar ekspor produk pulp dan kertas, disamping adanya bad campaign yang dilancarkan oleh negara-negara pesaing untuk menghambat ekspor, seperti issu lingkungan dll. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

14 c. Industri hasil hutan non kayu :
Permasalahan Industri Pulp dan kertas (lanjutan)‏ - Adanya tuduhan dumping di beberapa negara tujuan ekspor. c. Industri hasil hutan non kayu : - Produk HHNK umumnya belum banyak dikembangkan ke arah hilir. - Kurangnya informasi pemanfaatan atas produk hasil hutan non kayu sehingga pelaku usaha belum tertarik untuk mengembangkan industri pengolahannya. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

15 6. Kebijakan Pengembangan Industri a. Visi dan Misi. Visi :
Terciptanya struktur industri hasil hutan yang mantap dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan, menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global serta dapat berperan secara signifikan dalam perekonomian nasional. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

16 Misi : Pengembangan industri kehutanan yang bernilai
tambah tinggi dan berwawasan lingkungan. Pengamanan pasokan bahan baku secara kontinyu dan berkelanjutan Peningkatanan kemampuan SDM, di bidang teknis produksi, manajerial dan pemasaran. Penciptaan iklim usaha dan investasi yang kondusif Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

17 b. Sasaran Pengembangan Jangka Menengah
Meningkatnya secara bertahap pemanfaatan bahan baku sesuai SFM Meningkatnya penggunaan bahan baku alternatif (non hutan alam)‏ Meningkatnya efisiensi dan produktivitas industri kehutanan Meningkatnya ekspor produk hilir industri kehutanan Meningkatnya industri kehutanan berkualifikasi akrab lingkungan. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

18 Jangka Panjang Industri kehutanan menggunakan bahan baku sesuai SFM dan bersertifikat ecolabel Merek – merek local telah mampu berkiprah di pasar internasional Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

19 c. Kebijakan Pengembangan Industri Hasil Hutan
Pengembangan dan peningkatan pemanfaatan bahan baku alternatif yang berasal dari non hutan alam, termasuk mendayagunakan hasil hutan non kayu. Pengembangan dan perlindungan desain furniture (kayu dan rotan)‏ Peningkatan kemampuan SDM di bidang teknik/teknologi, desain maupun manajerial Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

20 Kebijakan Pengembangan Industri Pengolahan
Hasil Hutan (lanjutan)‏ Mendorong penggunaan teknologi proses yang berwawasan lingkungan. Mendorong pengembangan industri pengolah hasil hutan yang menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari proses engineering (produk kayu dari panel kayu, laminating, finger joint dll, dan parfumery/cosmetica dari olahan bahan nabati. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

21 d. Kebijakan Pengembangan Industri Pulp dan Kertas
Pengembangan dan percepatan pembangunan HTI yang dikelola secara SFM, serta peningkatan pemanfaatan bahan baku alternatif. Mendorong penggunaan teknologi proses yang berwawasan lingkungan, antara lain melarang penggunaan proses sulfite pada proses produksi pulp, dan untuk pemutihan tidak diperkenankan menggunakan Khlorin (minimal harus ECF), serta pada Chlor Alkali Plant (CAP) tidak diperkenankan menggunakan proses Shell Merkuri. Meningkatkan kemampuan SDM di bidang teknologi dan rancang bangun/perekayasaan. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

22 7. Program Pengembangan a. Diversifikasi penggunaan bahan baku dan teknologi prosesnya, antara lain dengan : - Pemanfaatan penggunaan bahan baku alternatif (Kayu karet dan kayu Kelapa Sawit untuk industri pengolahan kayu/mebel) kayu karet dengan teknologi prosesnya. - Efisiensi penggunaan bahan baku kayu dengan pemanfaatan waste. - Pengembangan teknologi proses produk industri kimia hilir (parfum dan kosmetika) yang berasal dari bahan nabati/hasil hutan non kayu. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

23 lanjutan………………… b. Peningkatan kemampuan SDM dalam bidang industri kehutanan antara lain dengan pendidikan dan pelatihan dalam teknologi proses yaitu pada furniture (desain, finishing) dan industri kehutanan lainnya c. Membantu pendirian sekolah-sekolah kejuruan kayu, pusat pelatihan kayu serta pusat desain furniture d. Meningkatkan kualitas produk melalui cara produksi kosmetika yang baik (kosmetika dan produk-produk farmasi lainnya)‏ Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

24 Program Pengembangan (lanjutan)‏
e. Memfasilitasi keikutsertaan industri pengolahan hasil hutan dan pada kegiatan pameran-pameran di dalam dan di luar negeri. f. Melakukan advokasi atas tuduhan dumping terhadap produk- produk hasil hutan di negara tujuan ekspor dan WTO. Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008

25 TERIMA KASIH Disampaikan Pada Seminar Hasil Hutan Bukan Kayu di IPB, Bogor 25 Oktober 2008


Download ppt "PROSPEK DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google