Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB"— Transcript presentasi:

1 Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB
Sanitasi Ruang Pengolahan Makanan, Sarana/Peralatan DAN LINGKUNGAN KERJA

2 PENDAHULUAN Ruang Produksi/ruang pengolahan makanan/dapur juga berperan penting dalam menentukan berhasil tidaknya upaya sanitasi makanan secara keseluruhan. Dapur yang bersih dan dipelihara dengan baik akan merupakan tempat yang higienis sekaligus menyenangkan sebagai tempat kerja serta dapat menimbulkan citra (image) yang baik bagi institusi yang bersangkutan.

3 Harus ada pemisahan fisik antara ruang bersih dan ruangan kotor, lokasi tidak dekat dengan pemukiman padat, tidak di tengah sawah, tidak di daerah banjir/tergenang. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dapur yang baik, adalah konstruksi bangunan yang anti tikus (rodentproof). Tikus merupakan pembawa (carrier) mikrobia patogen, serta merusak bahan makanan selama penyimpanan.

4 1. Konstruksi Ruang Produksi
Konstruksi bangunan ruang produksi/dapur meliputi dinding, lantai, langit-langit, ventilasi, dan pencahayaan. a. Dinding Bahan  Tahan lama, kedap air, bagian dalam halus, rata, tidak berlubang, berwarna terang, tidak mudah terkelupas, mudah dibersihkan Apabila digunakan pelapis dinding, bahannya harus tidak beracun (non-toxic)

5 b. Lantai Bahan  Harus kedap air, keras dan padat, tahan air, garam, asam dan basa serta bahan kimia lainnya Kondisi  Permukaan lantai rata dan lantai juga dapat dibuat miring kearah area pembuangan air, untuk mencegah adanya genangan air, tidak licin dan mudah dibersihkan, kedap air.

6 c. Langit-Langit Bahan : Tahan lama dan mudah dibersihkan Letak : Min. 2,5 m diatas lantai dan disesuaikan dengan peralatan, Kondisi : Langit-langit bebas dari kemungkinan catnya rontok /jatuh atau dalam keadaan kotor dan tidak terawat, tidak rata, retak atau berlubang.

7 d. Ventilasi Kondisi  Sirkulasi udara di ruang proses produksi baik (tidak pengap), lubang-lubang harus mencegah masuknya serangga, hama, dan mencegah menumpuknya debu atau kotoran, mudah dibersihkan. Bahan  Dapat menghilangkan kondesat uap asap, bau, debu dan panas, mudah dibersihkan dengan demikian, dapur memerlukan alat penghisap (exhaust fan), atau paling tidak dilengkapi dengan cerobong

8 e. Pencahayaan Pencahayaan yang memadai sangat penting untuk menjamin bahwa semua peralatan yang digunakan di dapur dalam keadaan bersih dan untuk menjamin keberhasilan pekerjaan preparasi, pengolahan, penyajian, dan penyimpanan makanan. Letak  Lampu yang dipasang di atas area prosesing tidak boleh merubah warna Kondisi  Cukup mendapat cahaya, terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan. Lampu dilengkapi dengan screen sehingga aman bila jatuh dan bebas serangga

9 2. Tata Letak Dapur Tata letak peralatan dapur yang baik pada dasarnya harus memenuhi 2 tuntutan yaitu : a. memungkinkan dilakukannya pekerjaan pengolahan makanan secara runtut dan efisien; b. terhindarnya kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah, peralatan kotor, dan limbah pengolahan.

10 Kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah dapat dihindari apabila jalur yang ditempuh produk makan terpisah dari jalur bahan mentah. Penanganan peralatan kotor harus menggunakan fasilitas penampungan air yang berbeda dengan yang akan digunakan untuk pengolahan. Fasilitas penyimpanan utnuk makanan masak dipisahkan dari makanan mentah. Letak kontainer limbah atau sampah dijauhkan dari produk makanan, dan dalam keadaan tertutup rapat.

11 CONTOH LAY OUT AREA PRODUKSI PENGOLAHAN BUMBU

12 Sanitasi Sarana/Peralatan
Peralatan dalam industri pangan merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan, untuk menghindari terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi persyaratan hygiene sanitasi

13 Peralatan harus segera dibersihkan dan disanitasi/didesifeksi untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, baik pada tahap persiapan, pengolahan, penyimpanan sementara.

14 Frekuensi pencucian dari alat tersebut tergantung pada jenis alat yang digunakan. Peralatan harus dicuci, dibilas, dan disanitasi segera setelah digunakan. Permukaan peralatan yang secara langsung kontak dengan makanan, seperti pemanggang atau oven (oven listrik, gas, kompor, maupun microwave), dibersihkan paling sedikit satu kali sehari.

15 Peralatan bantu yang tidak secara langsung bersentuhan dengan makanan harus dibersihkan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya akumulasi debu, serpihan bahan atau produk makanan, serta kotoran lain.

16 Untuk membantu proses pembersihan peralatan diperlukan bantuan kain lap/serbet.
Serbet dan kain yang digunakan harus bersih, kering, dan tidak digunakan untuk keperluan lain. Serbet atau spon yang digunakan untuk melap peralatan yang secara langsung bersentuhan dengan pangan, harus bersih dan sering dicuci serta disanitasi dengan bahan sanitaiser yang sesuai. Serbet atau spon tersebut tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya.

17 Kain basah atau spon yang digunakan untuk membersihkan permukaan benda-benda yang tidak kontak langsung dengan makanan, seperti meja kerja, meja saji, rak-rak penyimpan, harus selalu bersih dan segera dibilas setelah digunakan. Kain basah atau spon tersebut harus diletakkan/direndam dalam larutan bahan sanitaiser apabila tidak sedang digunakan.

18 Prosedur pembersihannya adalah sebagai berikut
1. Pre Rinse/ tahap awal: Tujuan : menghilangkan tanah & sisa makanan dengan cara dibilas atau disemprot dengan air mengalir. 2. Pencucian Pencucian dilakukan dalam bak pertama yang berisi larutan deterjen hangat. Suhu yang digunakan berkisar anatar 43 – 49oC. Pada tahap ini diperlukan alat bantu sikat atau spon untuk membersihkan semua kotoran sisa makanan atau lemak. Hal yang penting untuk diperhatikan pada tahap ini adalah dosis penggunaan deterjen.

19 3. Pembilasan Tujuan : menghilangkan sisa kotoran setelah proses pembersihan. Pembilasan dilakukan dalam bak kedua dengan menggunakan air hangat. Pembilasan dimaksudkan untuk menghilangkan sisa deterjen dan kotoran. Air bilasan harus sering diganti. Akan lebih baik jika digunakan air mengalir.

20 4. Sanitasi atau Desinfeksi
Tujuan : untuk menghilangkan bakteri Metode pertama adalah meletakkan alat pada suatu keranjang, kemudian merendamnya dalam bak ketiga yang berisi air panas bersuhu 77oC, selama paling sedikit 30 detik.

21 Menggunakan bahan sanitaiser seperti klorin dengan dosis 50 ppm dalam air bersuhu kamar (24oC) selama paling sedikit 1 menit. Larutan iodin dengan konsentrasi 12,5 ppm dalam air bersuhu 24oC, selama 1 menit atau lebih. Disarankan untuk sering mengganti air atau cairan pada ketiga bak yang digunakan. Disamping itu suhu air juga harus dicek dengan thermometer yang akurat untuk menjamin efektivitas proses pencuciannya

22 5. Drying/Penirisan dan Pengeringan
Tujuan : supaya tidak ada genangan air yg menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme. Pengeringan bisa dilakukan evaporator/menggunakan lap bersih. Peralatan yang sudah disanitasi juga tidak boleh dipegang sebelum siap digunakan. Apabila cemaran yang terdapat pada peralatan terlalu berat, misalnya kerak gosong pada ketel, wajan, atau pan, atau jenis cemaran dari lemak atau gemuk, maka diperlukan tahap lain, yaitu perendaman. Tahap ini mendahului tahap-tahap lainnya, dengan tujuan melunkkan cemaran, sehingga mudah dilepaskan dari pelaratan.

23 Sanitasi Lingkungan Kerja
Jenis Fasilitas Sanitasi Lingkungan Kerja Toilet Fasilitas untuk BAK (urinal) Wastafel (tempat cuci tangan) Kamar mandi Ruang ganti Ruang istirahat Tempat cuci peralatan

24 Ketentuan Umum, terkait fasilitas diatas antara lain :
Fasilitas sanitasi harus mudah dijangkau dan tidak jauh dari area pekerja (accessible) Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler Jumlah fasilitas harus sesuai dengan jumlah pekerja Luas area sanitasi harus memenuhi minimal kriteria Fasilitas sanitasi khusus harus tersedia untuk pekerja dengan kondisi tertentu (ex: hamil) Fasilitas sanitasi untuk pria dan wanita harus terpisah dan dibedakan Terdapat petugas yang bertugas untuk membersihkan dan menjaga kondisi fasilitas yang ada

25 Detil Standar Persyaratan
Retiring Room and Dressing Facilities For Women 1. Lokasi dan Persyaratan Umum a) Jika terdapat 5 (lima) atau lebih pekerja wanita maka harus disediakan minimal 1(satu) ruang istirahat khusus wanita b) Ruang istirahat harus nyaman, dan ditempatkan pada area yang mudah dijangkau setiap saat. Di dalam ruang istirahat sebaiknya dipisah antara toilet dan ruang ganti.

26 2. Luas lantai a) Jika terdapat 5-10 pekerja wanita pada saat yang sama, maka luas lantai untuk ruang istirahat tidak kurang dari 602 feet. Setiap penambahan 1 orang sampai dengan 100 orang atau lebih, minimal luas lantai ditambahkan 1,52 feet per orang. Sebaiknya luas lantai retiring room berdasarkan jumlah maksimum pekerja wanita. b) Jika di dalam ruangan terdapat bangku atau tempat tidur, maka luas lantai ruangan dikurangi 302 feet untuk setiap bangku atau tempat tidur. Dan jika loker pakaian dan tempat gantungan pakaian berada di ruang terpisah, maka luas ruang istirahat dikurangi setengahnya (50%) c) Jika tempat cuci tangan terdapat di dalam ruang istirahat, maka luas lantai ditambah 5 square feet untuk setiap unit fasilitas

27 3. Konstruksi, Suhu, dan Penerangan a) Dinding partisi ruang istirahat harus padat dan kokoh dan tingginya minimal 7 feet. Kondisi ruang istirahat harus baik dan terawat sehingga memberikan jaminan privacy b) Ruang istirahat harus mempunyai suhu yang baik dan tidak boleh kurang dari 68oF dan mempunyai penerangan yang cukup sehingga semua bagian dalam ruangan dapat terlihat dengan mudah. Jika tidak terdapat cahaya matahari, gunakan lampu sebagai alat penerangan saat menggunakan ruangan

28 4. Tanda (Sex Designation) Pintu masuk ruang istirahat untuk wanita harus diberi tanda. Laki-laki tidak diizinkan masuk atau menggunakan selama masih terdapat pekerja wanita 5. Fasilitas Ganti Pakaian Fasilitas untuk ganti pakaian seperti loker atau rak dengan hanger atau gantungan yang terpisah untuk setiap orang harus tersedia. Fasilitas ini harus berada di dalam ruang istirahat atau diruang lain yang memadai.

29 6. Bangku, Balai-Balai, dan Tempat Tidur Jika terdapat 5 sampai 100 pekerja wanita, harus terdapat satu bangku, balai-balai, atau tempat tidur. Jika jumlah pekerja antara harus terdapat 2 unit Dan ditambah 1 unit untuk setiap penambahan 250 pekerja wanita.

30 Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Lokasi dan Persyaratan Umum
Harus tersedia toilet yang bisa digunakan oleh pekerja b) Toilet untuk pria dan wanita harus terpisah Terdapat tanda yang jelas Pekerja dilarang keras menggunakan toliet yang bukan untuk jenis kelamin yang bersangkutan

31 Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Lokasi dan Persyaratan Umum
Harus tersedia toilet yang bisa digunakan oleh pekerja b) Toilet untuk pria dan wanita harus terpisah Terdapat tanda yang jelas Pekerja dilarang keras menggunakan toliet yang bukan untuk jenis kelamin yang bersangkutan

32 Toilet Rooms, Water Closets, and Urinals 1. Konstruksi
Lokasi, Letak toilet tidak lebih dari satu lantai di atas atau di bawah dari area kerja reguler, kecuali ruang kerja tersedia lift atau elevator yang memudahkan pekerja untuk menuju toilet. Toilet tidak boleh kontak langsung dengan ruang lain seperti dapur, atau ruang penyimpan makanan yang tidak dibungkus, kecuali ada pintu pembatas. Pintu pembatas harus mempunyai sistem tertutup secara otomatis.

33 b) Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan konstruksi yang permanen. (soundproof, material tidak transparan) Perlu dicantumkan tanda “ Jangan Dibuka” c) Dinding dan plafon yang digunakan sebaiknya dari bahan yang mudah dibersihkan d) Pintu toilet sebaiknya tertutup rapat dan dilengkapi dengan alat yang membuat pintu bisa tertutup sendiri e) Toilet harus mempunyai penerangan yang memadai f) Toilet harus dilengkapi dengan exhaust fan, dan terdapat ventilasi untuk masuknya cahaya.

34 2. Maintenance a) Didalam toilet terdapat poster atau himbauan kepada pengguna agar menjaga kebersihan dan tidak melakukan tindakan yang dapat merusak fasilitas toilet b) Tersedia kertas tisu atau toilet paper c) Dinding, partisi dan bagian lain dari ruang toilet harus bersih dan bebas dari kotoran atau coretan-coretan d) Sebaiknya toilet pria dibersihkan oleh petugas pria dan toilet wanita oleh petugas wanita, kecuali pada waktu di luar jam kerja e) Ruang khusus wanita di dalam toilet wanita harus mempunyai penutup

35 Water Closet (WC) 1. Jumlah
a) Jumlah WC yang tersedia untuk setiap jenis kelamin harus berdasarkan jumlah maksimal pekerja untuk setiap jenis kelamin b) Jika terdapat urinals, maka jumlah WC harus dikurangi sejumlah urinals yang tersedia, dan jumlah WC tidak boleh kurang dari 2/3 dari jumlah yang dipersyaratkan

36 2. Konstruksi a) Harus terdapat keran atau alat pengatur suplai air dari pipa penyalur. b) WC sebaiknya dilengkap dengan saluran buangan dan penyaring pasir atau kotoran c) Dilengkapi dengan tangki penampungan air untuk melakukan penyiraman untuk setiap unit d) Dilengkapi dengan keran untuk penyiraman. Ukuran pipa untuk penyiraman mempunyai diameter yang tidak boleh kurang dari 1¼ inch. e) Pintu dilengkapi dengan kunci. Tinggi pintu minimal 60 inch dari lantai dan jika pintu tidak menyentuh tanah maka jarak maksimal pintu dari lantai adalah 12 inch.

37 TERIMA KASIH


Download ppt "Arie Febrianto Mulyadi Sakunda Anggarini Jur. TIP – FTP – UB"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google