Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

dr. Mayang Anggraini Naga

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "dr. Mayang Anggraini Naga"— Transcript presentasi:

1 dr. Mayang Anggraini Naga
SESI 8 DISKUSI & UTS Disusun oleh dr. Mayang Anggraini Naga F-Fisioterapi - U-IEU (Revisi 2014)

2 Cara Virus Influenza Menaklukkan Tamiflu
(Dipetik dari Kompas, , Ilmu Pengethauan & Teknologi, I. Made Artika) MUTASI VIRUS Virus yang merupakan parasit bagi makhluk hidup senantiasa “bersiluman” dengan cara bermutasi guna mengelabui sistem pertahanan sel inang  virus akan mudah memasuki sel dan luput dari serangan sel inang.

3 Di dalam sel inang virus membiak  kematian
Mutasi (Lanjutan-1) Di dalam sel inang virus membiak  kematian organisme yang terinfeksi. Melalui mutasi virus juga menjadi kebal terhadap obat antivirus. Virus influensa termasuk yang paling berbahaya bagi manusia. Dalam kurun 5 tahun dunia dihebohkan penyebaran satu subtipe influensa A, yakni H5N1 yang telah membunuh 262 orang di dunia. Di Indonesia mencapai 115 korban.

4 Dalam waktu relatif singkat  telah membunuh
Mutasi (Lanjutan-1) Belum berhasil menghindari infeksi H5N1, saat ini kita dikejutkan oleh merebaknya infeksi dan penularan influensa A subtipe H1N1. Dalam waktu relatif singkat  telah membunuh 400 orang  Dunia dalam keadaan pandemi influensa. Di tengah kecemasan menghadapi pandemi, dilaporkan bahwa mulai ada virus influensa, baik H5N1 maupun H1N1 yang kebal terhadap Tamiflu (oseltamivir) yang digunakan untuk menangkal pneyebaran H5N1 dan H1N1.

5 Tamiflu menghambat neuraminidase yang
Mutasi (Lanjutan-2) Tamiflu menghambat neuraminidase yang merupakan protein enzim yang berada di permukaan virus. Oseltamivir menempel pada sisi aktif enzim  enzim neuraminidase menjadi tidak aktif. Peran neuraminidase adalah melepaskan virus yang baru terbentuk  virus baru ini akan menyebar dan menginfeksi sel lain. Virus baru, awalnya menempel pada permukaan sel melalui residu asam sialat.

6 Mutasi (Lanjutan-3) Neuroaminidase memotong residu asam sialat  virus akan lepas dari membrane sel inang. Oseltamivir menghambat aktivitas neuraminidase, maka virus yang baru terbentuk tidak bisa lepas untuk menyebar  perkembangan virus bisa dihentikan. Kondis di atas membantu sistem pertahanan tubuh untuk memenangi pertarungan melawan virus influenza yang tengah menyerang  sehingga orang terinfeksi bisa sembuh.

7 Mutasi (Lanjutan-4) Apabila Tamiflu gagal menghambat aktivitas neuraminidase  fatal, walau pasien diberi obat Tamiflu. Dilapor: H5N1 yang kebal terhadap Tamiflu ditemukan di Vietnam, dan H1N1 yang kebal ditemukan di Belanda. Kekebalan tersebut akibat terjadi mutasi pada gen neuraminidase, yakni gen penyandi protein neuraminidase.

8 Pada mutasi terjadi perubahan basa nucleotide
Mutasi (Lanjutan-5) Pada mutasi terjadi perubahan basa nucleotide pada molekul DNA atau gen, misalnya: basa sitosin (C) menjadi basa timin (T)  yang mengakibatkan perubahan sandi genetik yang selanjutnya bisa mengubah residu asam amino dari protein yang disandi. Ini mengakibatkan tempat penempelan oseltamivir pada protein neuraminidase berubah  oseltamivir tidak bisa terikat pada neurami- nidase  aktivitasnya tidak dapat dihambat  replikasi virus tidak dapat dihentikan oleh Tamiflu.  diperlukan penelitian lebih lanjut.

9 MRSA Methicillin-resistant Staphylococcus aureus.
Bakteri ini menimbulkan epidemi infeksi nosokomial rumah sakit di: - Australia sekitar tahun 1980. - London dan pusat-puast UK. Staphylococcus aureus ini resisten terhadap semua derivat penisilin dan cephalosporins. Yang masih bisa digunakan adalah: vancomycin dan teicoplanin.

10 HIV  AIDS 9 Agustus 2009 di Discovery Mall, Kuta-Bali diadakan ekshibisi interaktif HIV & AIDS, terbesar tahun One Life Evolution (OLE) diluncurkan  cukup berhasil, pameran dikunjungi warga masyarakat dan siswa, khususnya di Denpasar. OLE adalah bagian dari Kongres Internasional AIDS Asia-Pasifik ke-9 (ICAAP 9) melibatkan 3000 peserta komunitas internasional, oleh WVI (World Vision Indonesia) – gerakan global menanggulangi HIV & AIDS.

11 Evaluasi Program MDGs Target AIDS Terancam Gagal
(Petikan dari Suara Pembaharuan, ) Target Millenium Developement Goals (MDGs) yang akan berakhir 2015, khususnya tujuan ke enam, yakni: penanganan berbagai penyakit manular paling berbahaya, terutama HIV-AIDS di Indonesia, terancam gagal. Hingga saat ini kasus HIV/AIDS masih tinggi, estimasi terbaru DepKes, 2009, masih mencapai orang, yang akan meningkat menjadi pada 2014, seiring terjadinya kasus baru. Peningkatan per tahun kasus baru.

12 Evaluasi Program MDGs Target AIDS Terancam Gagal (Lanjutan)
Penanganan selama ini lebih difokuskan pada hilir, yakni bagaimana mencegah yang sudah terinfeksi HIV agar tida menjadi AIDS. Sementara penanganan di hulu masih minim, yakni belum optimalnya pencegshan terhadap orang yang berisiko tinggi agar jangan sampai terinfeksi HIV. Upaya untuk menjangkau kelompok berisiko pun masih belum diintensifkan. 50% kasus HIV/AIDS trejadi pada usia tahun, akibat jarum suntik narkoba dan seks bebas.

13 PMCT (Prevention of Mother to Child Transmission of HIV)
Program ini belum optimal menurunkan jumlah penderita HIV/AIDS. Hingga saat ini PMCT baru menjangkau 600 ibu yang positif HIV, agar tidak ditularkan ke bayinya. Menurunkan prevalensi HIV/AIDS hingga 100% sulit, banyak kendala yang dihadapi dan belum semua terjangkau. Target PMCT 2014 agar menurunkan penularan hingga 60%, saat ini baru mencapai 6.5%

14 Kondisi stok ARV di Indonesia cukup aman.
PMCT (Lanjutan) Target pengobatan ARV 55%, baru mencapai 28%, dan target 80% tes untuk mengetahui status HIV baru tercapai 20%. Satu capaian MDGs yang signifikan adalah penurunan angka kematian, karena pengobatan obat antiretroviral (ARV), menyelamatkan orang yang dalam program pengobatan. Kondisi stok ARV di Indonesia cukup aman. Kebutuhan akan terus meningkat, dari 40.2 juta pada 2009, naik 43 persen pada 2010 hingga 2014 mencapai 55%. Dari Rp 20 M  Rp. 188 M (2014)

15 RINCIAN BIAYA: Lini 1: seorang Rp /bulan Lini 2: sekitar Rp. 1.5 juta/bulan Alokasi dana terbesar dari APBN 2009 sebesar Rp M, global fund untuk ronde ke-8 (Juli 2009-Juni 2011) sebesar 26 M. Alat tes (voluntary counseling and testing (VCT) masih mahal, karena pemerintah hanya menanggung biaya testing di tempat tertentu ditambah ARV, tetapi tidak secara paket, yakni mulai dari diagnosis, obat hingga pemantauan laboratorium.

16 RINCIAN BIAYA (Lanjutan)
Evaluasi tidak ditanggung, padahal untuk kelas menengah ke bawah lumayan mahal, yakni Rp tiap evaluasi. Kita perlu belajar dari Thailand dan Vietnam yang sudah menyediakan paket, sehingga mudah diakses ODHA. (penjelasan dari Prof Samsuridjal Djauzi, DepKes)

17 VAKSIN HIV yang EFEKTIF
Penularan HIV sangat mengkhawatirkan. Diperkrakan ada 2.7 juta infeksi HIV baru yang muncul di seluruh dunia pada tahun 2007. Di AS, > infeksi HIV baru muncul setiap tahun. Jumlah ini bertahan selama lebih dari satu dasawarsa.

18 Vaksin nHIV yang Efektif (Lanjutan)
ARV memungkinkan orang HIV/AIDS (Odha) hidup lebih lama dan lebh sehat, namun tidak ada Odha yang benar-benar sembuh dari infeksi. “Jumlah Odha yang meninggal akibat penyakit terkait AIDS tetap tinggi di negara kaya maupun miskin.” (Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease National Institute of Health AS. Dr. Anthony Fauci pada hari peringatan Hari Keadaran Vaksin HIV, 18 Mei 2009)

19 HIV Ditemukan: tahun 1983 Diperkirakan menginfeksi 33 juta orang di dunia dan sekitar 25 juta telah meninggal. HIV adalah virus  sindrom penurunan kekebalan tubuh (AIDS), merusak sel kekebalan T sel. Di Indonesia, kasus kumulatif AIDS per Maret 2009 sebanyak tersebar di 214 kabupaten/kota.

20 HIV (Lanjutan-1) Studi khusus FKUI: jumlah kasus HIV saat ini Jika tidak ada upaya konkret pencegahannya, diperkirakan meningkat menjadi 1.6 juta kasus pada Sejak tahun 1990-an peneliti dan perusahaan vaksin di dunia mulai meneliti calonvaksin HIV  upaya tersebut gagal. (= Calon vaksin tidak efektif melindungi seseorang dari infeksi HIV) Yang menjadi kesulitan adalah: HIV memiliki antigen yang sangat banyak. Virus ini memiliki kemmapuan untuk: - antigenic shift dan - antigenic drift.

21 Prof. Amin Soebandrio memberi contoh:
HIV (Lanjutan-2) Prof. Amin Soebandrio memberi contoh: Suatu vaksin HIV bisa mencegah infeksi ketika virus mengeluarkan antigen A, tetapi vaksin yang sama tidak bisa mencegah infeksi berikutnya ketika HIV mengeluarkan antigen X. Kini langkah awal menuju tersedianya vaksin HIV yang efektif telah terbuka, berkat ditemukannnya vaksin HIV dengan efektivitas 31.2 % di Thailand, yang bekerja sama dengan Pemerintah AS.

22 Penelitian masih tetap berlangsung.
HIV (Lanjutan-3) Vaksin yang diuji coba adalah kombinasi dua subtipe HIV yakni E yang dominan di Thailand dan Asia Tenggara, serta B yang umumnya di AS dan Eropa. Berbeda dengan Afrika, dominan virus HIV yang beredar adlaah subtipe C. Hasil penelitian di luar perkiraan, semula dinilai hanya membuang uang, ternyata hasil uji coba mmeberikan efektivitas vaksi yang cukup tinggi. Penelitian masih tetap berlangsung.

23 “Calon vaksin mungkin tidak efektif untuk: - orang Afrika,
HIV (Lanjutan-4) Menurut Kim: “Meskipun tingkat perlindungan yang kita lihat jelas sederhana, penelitian ini adalah kemajuan ilmiah yang besar. Ini adalah bukti pertama bahwa dimungkinkan mengembangkan vaksin aman dan efektif. Meskipun saat ini kita tidak memiliki semua jawaban, namun hal ini berimplikasi penting untuk masa depan desain vaksin HIV.” “Calon vaksin mungkin tidak efektif untuk: - orang Afrika, - pria homo, dan - pengguna narkoba suntikan. Calon vaksin telah diuji coba di Thailand dan benar-benar specifik untuk yang beredar di Thayland sekarang.

24 PENELITIAN JALAN TERUS
Fauzi: temuan di Thailand tidak berarti menggu-gurkan belasan calon vaksin HIV yang masih dalam penelitian. Kim & Fauzi sepakat: para peneliti perlu mempelajari data, untuk melihat mengapa vaksin kombinasi mmapu melindungi bebrapa orang dari infeksi HIV. Ini sejalan dengan pernyataan Chief Ecutive Sanofi-Aventis, Chris Viehbacher, bahwa perusahaan tersebut akan melanjutkan penelitian vaksin HIV bermitra dengan - akademisi, - pemerintah, - organisasi non-pemerintah, dan - pembuat vaksin lainnya.

25 HIV (Lanjutan-5) Amin (Deputi Bidang Pengembangan Sistem Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional pada Kementerian Negara Ristek): Jika ingin dipakai secara luas, calon vaksin itu harus diuji coba ke kelompok genetik yang berbeda (di luar Thailand). Meski demikian, uji coba calon vaksin di Thailand menrupakan langkah awal untuk penemuan Vaksin HIV yang benra-benar efektif dan aman. Di Indonesia penelitian HIV dilaksanakan di Institute Human Virology and Cancer Biology-Universitas Indonesia. Penelitian baru pada tahap identifikasi antigen HIV, karena keterbatasan dana.

26 UJI COBA Uji coba calon vaksin di Thailand merupakan langkah
awal penemuan vaksin, yakni tahap merangsang antibodi. Selanjutnya harus melewati minimal dua tahap lagi: yakni: - Uji coba secara in-vitro untuk mengetahui apakah calon vaksin bisa menetralisasi HIV. HIV ditumbuh- kan di laboratorium, lalu diberi antibodi dari orang yang HIV positif hingga diketahui pada fase berapa antibodi optimal. - Setelah itu, uji coba dilanjutkan pada tahap penen- tuan berapa kali imunisasi dilakukukan untuk men- dapatkan kadar optimum antibodi dalam darah.

27 Belajar dari Penelitian Vaksin Dengue
Menurut Amin: Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif, karena dibutuhkan kadar antibodi yang cukup tinggi untuk menetralkan virus dengue. Kalau kadar antibodi tidak cukup, maka memudahkan virus masuk ke dalam sel tubuh. Pada vaksin dengue, harus dipastikan kadar antibodi untuk keempat virus dengue naik. Jangan orang tidak berisiko setelah divaksinasi menjadi berisiko terinfeksi.

28 Kesiapan Dana Masih Menjadi Kendala
Di Indonesia, vaksin HIV dibutuhkan untuk mencegah peningkatan kasus HIV yang sudah merambah populasi ke ibu rumah tangga. Namun, jika vaksin HIV yang efektif sudah tersedia, kendala lain yang muncul adalah persoalan dana. Vaksin HPV untuk mencegah infeksi human papiloma virus penyebab kanker leher rahim, membutuhkan dana sekitar Rp. 2.2 juta sekali suntik. Untuk memperoleh hasil optimum, diperlukan 3x suntik-an vaksin tersebut, belum menjadi program nasional, masih menjadi tanggungan perorangan.


Download ppt "dr. Mayang Anggraini Naga"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google