Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

K v: Memahami Proses Komunikasi Massa

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "K v: Memahami Proses Komunikasi Massa"— Transcript presentasi:

1 K v: Memahami Proses Komunikasi Massa

2 Menurut Schramm mengatakan, proses atau berlangsungnya kegiatan komunikasi setidaknya haru memenuhi tiga komponen yaitu source , message, dan destination atau komunikator, pesan, dan komunikon. Jika salah satunya tidak ada, maka komunikasi tidak dapat berlangsung.

3 Bagaimana dengan proses komunikasi massa
Komunikasi pada hakikatnya merupakan suatu proses yang di dalamnya terdiri dari berbagai elemen atau komponen atau unsur. Harold D. Lasswell mengungkapkan suatu proses komunikasi meliputi: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)? Selain dapat menggambarkan komponen dalam proses komunikasi massa, Laswell menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar :

4 WHO SAYS WHAT IN WHICHCHANNEL TO WHOM WITH WHAT EFFECT Siapa Berkata Apa Melalui Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa Komunikator Pesan Media Penerima Efek Control Studies Analisis Pesan Analisis Media Analisis Khalayak Analisis Efek Mengacu pada formula Lasswell dapat dipahami bahwa proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu: who (siapa): Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur "siapa" memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu analisis yang merupakan dari riset lapangan. Says what (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. Daiam hal ini dapat digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication (Edward Sapir dalam Dasar-dasor Retorika, Komunikasi dan Informasi, Lathief Rousydi, 1985). To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis) with what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek.

5 Proses komunikasi digambarkan sebagai proses linier dan searah.
Model proses komunikasi dari Claude D. Shannon dan Warren Weaver. Proses komunikasi digambarkan sebagai proses linier dan searah. Sumber informasi (information source) Peman-car (Trans-mitter) Penerima (Recei-ver) Tujuan (Destination) Pesan (message) Sinyal (signal) Pesan (message) Sinyal (signal) Sumber gangguan (noice source) Dri gambar tersebut menunjukkan bahwa sumber informasi (information source) menciptakan sebuah pesan (message) untuk dikomunikasikan. Pesan (terdiri atas kata-kata lisan/tulisan, gambar, musik dll) diubah ke dalam bentuk sinyal (signal) oleh pemancar (transmitter) sesuai dengan saluran yang akan digunakan. Pesan dapat diterima/ diteruskan melalui saluran kepada penerima (receiver). Saluran adalah media (alat) yang dapat menyalurkan isyarat dari pemancar kepada penerima. Penerima (receiver) menyusun kembali sinyal tersebut menjadi sebuah pesan sehingga sampai kepada tujuan (destination). Sementara itu dalam perjalanannya, sinyal memiliki potensi untuk terganggu oleh berbagai sumber gangguan (noice sumber) yang ada di sekitarnya, misalnya pada saat yang bersamaan dalam saluran yang sama muncul terlalu banyak sinyal. Hal ini akan mengakibatkan adanya perbedaan antara sinyal yang dikirimkan dengan sinyal yang diterima.

6 UNSUR ATAU KOMPONEN KOMUNIKASI MASSA
Selain yang dikemukakan sebelumnya, Hiebert, Ungurait, dan Bohn, yang sering disingkat menjadi HUB (1975) mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa: communicators, codes and contents, gatekeepers, the media, regulators, filters, audiences, dan feedback. A. Communicator (Komunikator) Komunikator komunikasi massa pada media cetak adalah para pengisi rubrik, reporter, redaktur, pemasang iklan, dan lain-lain. Sedangkan pada media elektronik, komunikatornya adalah para pengisi program, pemasok program (rumah produksi), penulis naskah, produser, aktor, presenter, personel teknik, perusahaan periklanan, dan lain-lain. (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1974). Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antarpersona. Pengirim pesan dalam komunikasi massa bukan seorang individu melainkan suatu institusi, gabungan dari berbagai pihak.

7 a. Sifat komunikator Hiebert, Ungurait, dan Bohn mengemukakan 3 sifat komunikator komunikasi massa: 1). Costliness Program acara televisi hitungannya adalah detik. Acara yang berdurasi 3o menit bisa saja menghabiskan biaya puluhan juta, atau bahkan ratusan juta rupiah, untuk biaya operasional, peralatan, honor para narasumber bila acaranya berupa talkshow, honor entertainer bila acaranya hiburan (lebih populer pengisi acara,lebih besar biaya yang dikeluarkan). 2) Compexity Kegiatan jurnalisme di media cetak maupun media elektronik diawali dengan rapat redaksi, menghubungi sumber, atau mendatangi sebuah event, menyusun berita, sampai memuat atau menyiarkan berita. Semua itu membutuhkan proses yang panjang dan rumit. 3) Competitiveness Semua media massa berlomba-lomba menarik perhatian sebanyak mungkin khalayak sehingga mereka menyajikan isi, acara atau program yang dianggap dapat menarik.

8 b. Syarat Komunikator yang Baik
Aris toteles menyebut karakter komunikator sebagai ethos. Etos munikator terdiri dari good will (maksud yang baik), good sense (pikiran yang baik), dan good moral character (karakter yang baik). Seorang komunikator yang memiliki ethos akan menghasilkan komunikasi yang efektif yaitu komunikasi yang dapat mencapai goal-nya (tujuannya). Hovland dan Weiss menyebut ethos sebagai credibility, yang terdiri dari dua unsur yakni expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Unsur lain dalam persyaratan dalam menjadi komunikator yaitu acceptability. Di sini masalahnya adalah penerimaan komunikan terhadap komunikator tidak melulu masalah keahlian tetapi juga menyangkut karakter komunikator yang jujur, tulus, tidak kontroversial, baik dalam bersikap maupun dalam mengemukakan pernyataan-pernyataannya.

9  B. Codes and Content  Codes dan content dapat dibedakan sebagai berikut: Codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya: kata-kata lisan, tulisan, foto, musik, dan film (mouing pictures). Contenf atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai perang Irak atau sebuah lelucon yang dilontarkan seorang komedian. Sedangkan codes adalah simbol yang digunakan untuk membawa pesan tersebut, misalnya kata-kata yang diucapkan atau ditulis, foto, maupun gambar bergerak. Dalam komunikasi mass a, codes dan contenf berinteraksi sehingga codes yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi khalayak atas pesan, walaupun content-nya sama. C. GATE KEEPER Diterjemahkan sebagai penjaga gawang. Gawang dari sebuah media massa agar media massa tersebut tidak “kebobolan” karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain. Gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Ia menaikkan berita yang penting dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita. Gatekeeper dalam media massa terdiri dari beberapa pihak, di antaranya penerbit majalah, editor surat kabar, manajer stasiun radio siaran, produser berita televisi, produser film, dan lain-lain.

10 D. REGULATOR Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator bisa menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi dan bentuknya lebih seperti sensor. Di Indonesia, yang termasuk kategori regulator di antaranya adalah pemerintah dengan perangkat undang-undangnya, khalayak penonton, pembaca, pendengar, asosiasi profesi, Lembag Sensor Film, Dewan Pers yang mengatur media cetak, dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk media elektronik. Undang-undan produk pemerintah di Indonesia untuk media massa di antaranya adalah Undang-Undang No.4o Tahun 1999 tentang Pers dan Undang Undang Penyiaran. Asosiasi profesi memberikan regulasi berupa kode etik sesuai dengan profesi masing-masing. Pengiklan dimasukkan ke dalam regulator karena pengiklan bisa membatalkan sebuah kontrak iklan apabila isi media massa tersebut dapat merugikan produknya. E. MEDIA Bisa media massa cetak dan elektronik

11 f. Audience  Marshall Mcluhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Audience hampir tidak bisa menghindar dari media massa. majalah Televisi Buku Individu Koran Radio phonograph Film

12 Empat teori efek media terhadap audiensnya menurut Melvin DeFleur:
The Individual Differences Theory lMenurut teori ini setiap individu memunyai potensi berbeda-beda, serta pengalama n dan lingkungan yang berbeda. Setiap individu secara selektif memilih pesan yang sesuai dengan kepentingannya sehingga tanggapan dan pemberian makna pada pesan komunikasi ditentukan oleh tatanan psikologisnya. 2) The Social Categories Theory Berangkat dari sebuah kenyataan bahwa anggota masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan kategori seperti: ras, agama, kewarganegaraan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan lain-lain. Biasanya pada tiap-tiap kategori akan ditemukan karakteristik yang sama. Misalnya remaja wanita secara psikologis mulai tertarik pada lawan jenisnya dan secara fisik tubuhnya mulai berkembang. Mereka akan menyukai bacaan yang berbau cinta dengan segala aspeknya.

13 3) The Social Relationship Theory
Teori ini menekankan hubungan informal lebih signifikan dalam memengaruhi khalayak. Artinya, seseorang atau individu akan memengaruhi individu lain ketimbang media massa itu sendiri (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975: 164) Perspektif ini tampak pada model two steps flow of communication, dimana informasi bergerak melewati dua tahap. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan dan sering memerhatikan media massa. Kedua, informasi bergerak dari orang-orang tersebut (disebut pemuka pendapat) dan kemudian melalui saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi (Rakhmat, 2oo3:2o4) 4) The Cultural Norms Theory Teori ini berpendapat bahwa isi media massa dapat mengubah audiens. Media dapat membuat audiens memiliki opini baru terhadap suatu hal. Audiens juga dapat mengubah pandangan dan sikapnya terhadap nilai-nilai yang selama ini ia anut, dan mengubah tingkah lakunya. Seorang individu akan berubah apabila ia sudah menjadi audiens media massa.

14 Karakteristik audience komunikasi massa:
Audiens biasanya terdiri atas individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. Individu-individu ini memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan kebiasaan dan atas kesadaran sendiri. Audiens berjumlah besar. Yakni dalam jangka waktu singkat media massa menjangkau jumlah khalayak yang besar. Audiens bersifat heterogen, bukan homogen. Audiens bersifat anonim. Komunikator tidak mengenal karakteristik atau identitas komunikan secara lebih dalam. Audiens biasanya tersebar, baik dalam konteks luar dan waktu. ( Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975:164 ) f. Filter Pada pembahasan komponen komunikasi massa, kita harus mempertimbangkan masalah budaya, karena seringkali proses komunikasi massa menghadapi hambatan berupa perbedaan budaya.Sebagaimana kita ketahui, audiens media massa itu jumlahnya banyak, tersebar, dan heterogen (berbeda usia, jenis kelamin, agama, latar belakang sosial, tingkat penghasilan, pekerjaan, dan lain-lain).Masing-masing audiens memunyai lingkup pengalaman (field of experience) dan kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda-beda, sehingga pemaknaan terhadap pesan pun berbeda,sehingga mereka akan merespons pesan secara berbeda pula.

15 G. Umpan Balik Audiens bisa saja memberikan respons dengan cara tertawa saat menonton suatu program lawak di televisi, atau mengomentari suatu berita pada surat kabar. Namun respons seperti ini tidak terlihat oleh komunikator komunikasi massa. Agar responsnya dapat sampai kepada komunikator, audiens media massa harus memberikan feedback seperti menulis surat pembaca, menelepon redaktur media massa tersebut, berhenti berlangganan suatu media cetak, mematikan televisi, dan lain-lain. Umpan balik juga dapat berupa reaksi yang timbul dari pesan kepada komunikator. Dengan demikian umpan yang terjadi dalam proses komunikasi massa dapat diuraikan: Internal Feedback Internal feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator menyadari telah melakukan kesalahan, kemudian ia meminta maaf dan memperbaiki kesalahan tersebut. Eksternal Feedback Adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan. External feedback ini sifatnya bisa langsung dan bisa juga tidak langsung.

16 EFEK KOMUNIKASI MASSA Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan terperinci mengenaik kekuatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media(tuiisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosiol. Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks.

17 Efek dalam komunikasi massa ialah hasil yang diperoleh tiap individu-individu setelah menerima informasi dari media massa Donald K. Robert : “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa media massa”. Stamm : “efek komunikasi massa terdiri atas primary effect dan secondary effect”. M. Chafee : “efek media massa dapat dilihat dari 3 pendekatan Pertama, efek berkaitan dengan isi pesan / media itu sendiri Kedua, efek berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku (kognitif, afektif & behavioral).

18 EFEK KEHADIRAN MEDIA MASSA
Steve M. Chafee : ada 5 efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yakni : Efek ekonomi. Kehadiran media massa dapat menumbuhkan usaha produksi, distribusi, dan konsumsi jasa media massa, juga dapan mendatangkan pekerjaan. Efek sosial. Perubahan pada suatu struktur atau interaksi sosial sebagai akibat kehadiran media massa, contoh kehadiran televisi meningkatkan status sosial bagi pemiliknya. Di kota-kota besar di Indonesia, antena parabola juga telah membentuk jaringan interaksi sosial yang baru. Pemilik antena parabola telah menjadi pusat jaringan sosial, yang menghimpun tetangga di sekitarnya yang seideologi. Penjadwal kegiatan sehari hari. Menjadikan masyarakat terjadwal dalam berinterakasi dengan media massa. Efek penghilang rasa. Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Efek penambah rasa. Selain mengurangi rasa tidak nyaman media massa juga dapat munumbuhkan perasaan tertentu dan biasanya perasaan bersifat positif. Contoh banyak orang yang senang menonton sepak bol di televisi, maka karna menonton televisi perasaan senangnya bertambah.

19 EFEK PESAN MEDIA MASSA Efek yang terjadi setelah menerima pesan dari media massa melipiti efek kognitif, afektif dan behavioral. Efek kognitif Yaitu akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya atau perubahan sikap setelah menerima pesan media massa. Efek afektif Perubahan perasaan setelah menerima pesan media massa, komunikan diajak merasakan seperti apa yang dirasakan dalam pesan media massa tersebut. Contoh, pemberitaan tentang pembegalan, maka komunikan akan merasa jengkel, marah, kesal, atau takut sehingga mempengaruhi rangsangan emosional. Efek behavioral Perubahan perilaku komunikan setelah meneria pesan media massa, atau tindakan tindakan komunikan akibat pesan media massa.


Download ppt "K v: Memahami Proses Komunikasi Massa"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google