Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MENULIS ARTIKEL.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MENULIS ARTIKEL."— Transcript presentasi:

1 MENULIS ARTIKEL

2 Pendahuluan Pada bab ini akan melanjutkan kegiatan menulis ilmiah populer yang telah dibahas pada bab yang lalu, yaitu menulis makalah. Sekarang Anda berlatih menulis karangan ilmiah populer dengan jenis artikel. Tentu bagi Anda pun jenis tulisan ini sudah tidak asing lagi. Bahkan, di antara Anda sudah ada yang menjadi penulis di koran atau majalah.

3 Pengertian Artikel Menulis artikel pada hakikatnya merupakan salah satu cara mengungkapkan pendapat atau gagasan (ide) tentang sesuatu tema atau hal dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain menuangkan pemikiran tentang suatu masalah dalam sebuah karya tulis. Kata “artikel” (article) sendiri difahami sebagai laporan atau karangan atau tulisan tentang suatu masalah berikut pendapat penulisnya tentang masalah tersebut yang dimuat dimedia massa cetak. Secara definitif, artikel diartikan sebagai sebuah karangan faktual (nonfiksi) tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya tak tentu, untuk dimuat disurat kabar, majalah, buletin, dan sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu masalah, atau menghibur.

4 Artikel termasuk tulisan kategoriviews (pandangan), yaknitulisan yang berisipandangan, ide, opini, penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa. Dan jika anda bertanya bagaimana teknik menulis artikel, maka hal itu sama saja dengan -misalnya- anda bertanya tentang bagaimana teknik mengendarai sepeda. Artinya, sejauh inibelum didapatisuatu rumusan baku tentang kiat, teknik, atau langkah-langkah praktis bagaimana agar seseorang dapat menulis artikel. Namun demikian, pada dasarnya tahap-tahap menulis artikel yakni, memunculkan latar belakang masalah (mengemukakan alasan mengapa tema tulisan atau suatu masalah itu dipilih), mengidentifikasi masalah (biasanya dalam bentuk pertanyaan), kemudian uraian atau analaisis mengenai jawaban atau masalah yang dimunculkan. Pada bagian akhir, dikemukakan kesimpulan.

5 Jenis-jenis Artikel 1) Artikel deskriptif.
Artikel deskiptif (to describe = menggambarkan) adalah tulisan yang isinya menjelaskan (menguraikan) secara detail ataupun garis besar tentang suatu masalah, sehingga pembaca mengetahuisecara utuh suatu masalah yang dikemukakan. 2) Artikel eksplanatif. Artikel eksplanatif (to explain = menerangkan, menjelaskan) isinya menerangkan sejelas-jelasnya tentang suatu masalah, sehingga si pembaca memahami betul masalah yang dikemukakan.

6 3) Artikel prediktif Artikel prediktif (to predict = meramalkan) berisiprediksiatau ramalan atau dugaan apa kemungkinan pada masa datang, berkaitan dengan masalah yang dikemukakan. 4) Artikel preskriptif. Artikel preskriptif (to prescribe = menentukan, menuntun) isinya mengandung ajakan, imbauan, atau “perintah” terhadap pembaca agar melakukan sesuatu. Kata-kata “harus”, “seharusnya”, “hendaknya”, seyogianya”, dan semacamnya mendominasi tulisan jenis ini.

7 Secara sederhana dapat disimpulkan, artikel deskriptif menjawab pertanyaan “apa”. Artikel eksplanatif menjawab pertanyaan “kenapa”. Artikel prediktif menjawab pertanyaan “apa yang bakal terjadi”, dan artikel preskriptif menjawab pertanyaan “apa yang harus dilakukan”. Umumnya, keempat jenis artikel tersebut bisa dikenali melalui judulnya. Contoh: 1. “Strategi Pembangunan Masyarakat Madani” (deskriptif). 2. “Mengapa Terjadi Kerusuhan?” (eksplanatif). 3. “Tantangan Bangsa Indonesia Pada Abad 21” (prediktif). 4. “Mewaspadai AIDS: Hindari Seks Bebas” (preskriptif).

8 Pada praktiknya, dimedia massa cetak kita sering sulit menemukan atau membedakan mana artikel yang murnideskriptif atau prediktif, misalnya. Pada umumnya, tulisan yang bertebaran di media massa cetak merupakan jenis artikel atau tulisan “gabungan” dari jenis-jenis diatas. Selain itu, di media massa ada juga jenis tulisan yang mirip artikel, yakni kolom. Kolom adalah karangan atau tulisan pendek, yang berisi pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah. Penulisnya disebut kolomnis (columnist). Dalam kamus bahasa, kolomnis diartikan sebagaiseorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap.

9 Kolom atau tulisan opini ini, kata Slamet Soeseno (1997:103), isinya hanya pendapat. Penulisnya dituntut agar yang dikemukakannya itu benar-benar pendapatnya saja. Berbeda dengan tulisan artikel yang berisipendapat namun disertaituturan data, fakta, berita, atau argumentasiberdasarkan teorikeilmuan yang mendukung pendapatnya tentang suatu masalah. Jadi, satu-satunya pendukung pendapat kolomnis hanya argumentasi berdasarkan penalaran, pemikiran kritis, menurut pendapat subjektifnya. Tulisan kolom tidak mempunyaistruktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Ia langsung berisi tubuh tulisan, yakniberupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja. Bahkan, dapat hanya satu kata saja.

10 Adapun kemampuan yang diperlukan untuk menulis artikel atau menjadi seorang penulis antara lain:
a. Kemampuan mengamati fenomena Untuk menjadi penulis produktif, pengamatan yang terus menerus (continoues) atas isu atau masalah yang berkembang dimasyarakat –jika kita menulis tentang problematika sosial-kemasyarakatan—mutlak diperlukan. Hal mendasar yang harus dipahami, pertama-tama adalah bahwa sebuah fenomena atau kejadian mengandung dua dimensi: statis dan dinamis. Dengan perkataan lain, fenomena yang terjadi harus ditanggapi sebagai kenyataan yang dwipura: disatu pihak fenomena itu disikapisebagaikenyataan belaka (realita an sich) dip[ihak lain disikapisebagai kenyataan yang menjangkau lebih jauh dibalik kenyataan tersebut yang secara sederhana berupa dorongan untuk mengetahui “ada apa dibalik fenomena itu” itu.

11 b. Kemampuan berbahasa tulis
Penguasaan “bahasa tulis” merupakan modal pokok lainnya bagi seorang penulis. Bahasa tulisan, kata Robbins & Jones dalam bukunya Komunikasi Yang Efektif (1986:124), akan lebih formal daripada bahasa lisan. Kita dapat memaafkan akan kalimat-kalimat atau pikiran-pikiran yang tidak lengkap saat kita berbicara (bahasa lisan), tetapitidak dapat dimaafkan ketika kita menulis. Maksudnya, dalam bahasa tulisan, struktur kalimat atau ketaatan pada kaidah bahasa –misalnya kalimat harus lengkap subjek-predikat-objek-keterangannya (SPOK)-- merupakan keharusan. Jadi, pelajarilah tata bahasa (misalnya buku tentang Ejaan Yang Disempurnakan, EYD) dengan baik.

12 c. Kemampuan berbahasa jurnalistik
Artikel yang akan anda tulis tentunya dikirim ke media massa agar dimuat. Untuk itu, kemampuan berbahasa jurnalistik mutlak anda miliki. Bahasa jurnalistik atau language of mass communication adalah bahasa yang digunakan untuk menulisnaskah atau berita di media massa oleh wartawan. Karakteristik bahasa jurnalistik antara lain: Ringkas atau hemat kata (prinsip ekonomikata, menghindarkan kata-kata mubazir). Contoh: Rupiah – bisa dihemat menjadi Rp; kemudian – lalu; sekarang – kini; kurang lebih – sekitar; terkejut – kaget; barangkali – mungkin; semakin – kian. Jelas, mudah dipahamipembaca, hindarkan singkatan kecualiyang sudah sangat umum. Tertib, yaitu patuh pada aturan/norma yang berlaku dalam penulisan berita. Singkat, maksudnya kalimat yang singkat-singkat. Masalah titik dan koma harus diperhatikan. Menarik, untuk mencapai ini, hindarkan ungkapan klise (mis. Dalam rangka, sementara itu, selanjutnya dikatakan) dan hal monoton. Misalnya ketika menulis nama tokoh yang disebut berulang-ulang, cari sebutan/jabatan lain tokoh tersebut.

13 Contoh: Ahmad terpilih menjadi ketua organisasi Anu. Lulusan UI Jakarta ini, didukung semua peserta kongres. Menurut pria kelahiran Bandung ini, jabatan ketua merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan. “Tanggung jawabnya berat”, tegas bapak dua putra ini. Ahmad yang juga penulis buku…ini, aktivis LSM ini, dst.

14 Calon Presiden Pemilu sudah dilaksanakan lebih dari tujuh bulan. Tapi kita baru rebut memperbincangkan siapa yang pantas jadi presiden dan wakil presiden. Dalam pemilu, seolah-olah rakyat membelikucing dalam karung. Setelah rakyat memberikan suara, elite politik bertikai tentang kucing apa yang mereka berikan kepada rakyat Seharusnya, jauh sebelum pemilu, dalam konvensi, partai-partai menentukan calon mereka(selengkapnya lihat Ummat, No. 28 Thn III, 26 Januari1998). Tulisan diatas adalah kolom M. Dawam Rahardjo dalam rubrik “Perspektif”. Ia pun menggunakan judul singkat saja, “Calon Presiden”. Karena (waktu itu sedang aktual, judul itupun langsung dapat ditangkap sebagaimasalah yang akan dibahas oleh penulisnya. Dalam kolom itu, Dawam menuturkan opininya (kritik) tentang pencalonan presiden dan wakilnya, juga mengemukakan visi pribadinya tentang orang yang bagaimana yang layak menjadi presiden dan wakil presiden.

15

16 Selamat Mencoba


Download ppt "MENULIS ARTIKEL."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google