Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
AIR PERMUKAAN
2
Danau adalah lembah atau cekungan di daratan yang berisi air dan merupakan waduk alam yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan laut Terbentuknya Danau Kegiatan tektonik yang menimbulkan patahan dan amblesan pada permukaan bumi Akibat ledakan gunungapi yang membentuk kawah Akibat tertutupnya lembah sungai oleh massa batuan yang longsor Danau-danau bawah tanah akibat proses kimiawi pada batu kapur.
3
Sungai Terbentuk melalui presipitasi (hujan), salju/gletser yang mengalir di permukaan bumi dengan membentuk saluran-saluran dan bermuara ke laut. Selain sebagai salah satu sumber air kehidupan, sungai memiliki tenaga untuk merusak sekaligus membangun, yaitu mengendapkan kembali material-material yang dibawa dari hasil perusakannya.
4
Genesa Sungai Aliran air pertama kali membentuk alur-alur kecil Alur-alur kecil tersebut akan saling berpotongan dan berhubungan pada suatu bidang hamparan air (water sheet) yang terbentuk diantara lereng-lereng dataran tinggi dan membentuk pola pengaliran tertentu.
5
Erosi dan Pengendapan pada sungai
Air sungai mengalir dibawah pengaruh gravitasi maka kederasannya tergantung pada gradien atau kemiringan lereng dasar sungai.
6
Sepanjang proses pengalirannya air mengerosi bagian dasar dan dinding sungai, material hasil erosi diangkut dan kemudian diendapkan kembali pada bagian-bagian sungai yang lainnya, atau terus terbawa aliran masuk ke laut.
7
Daerah pegunungan memiliki kemiringan aliran yang besar sehingga aliran air lebih deras dan proses erosi lebih kuat ke arah dasar sungai (arah vertikal). Hal ini menyebabkan penampang sungai mempunyai bentuk menyerupai huruf “V” yang menandakan sungai tersebut masih dalam stadium muda. Pada tahap ini proses sungai didominasi oleh erosi
8
Semakin ke hilir gradien sungai semakin berkurang (daerah lebih landai), kekuatan erosi lebih seimbang baik ke arah dasar (vertikal) maupun ke arah samping (horizontal). Sepanjang aliran ini terjadi proses cut and fill yaitu selain mengerosi juga sekaligus terjadi proses pengendapan (sedimentasi).
9
Semakin gradien sungai menurun, kekuatan erosi vertikal terus berkurang dan sebaliknya erosi horizontal semakin besar. Oleh sebab itu makin ke arah hilir penamang sungai akan berubah menjadi seperti huruf “U”. Pada daerah-daerah yang datar proses sungai yang berlangsung hanya pengendapan seperti yang terjadi di daerah-daerah pantai.
10
Morfometri Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS)/Daerah Pengaliran Sungai (DPS) atau drainage basin adalah suatu daerah yang terhampar di sisi kiri dan dan kanan dari suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara ke dalam suatu sungai induk
11
Daerah Aliran Sungai (DAS) juga dapat didefinisikan sebagai suatu daerah yang dibatasi oleh topografi alami, dimana semua air hujan yang jatuh didalamnya akan mengalir melalui suatu sungai dan keluar melalui outlet pada sungai tersebut Morfomeri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan yang dimaksud untuk analisa aliran sungai antara lain meliputi:
12
Luas Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan penskalaan peta. adapun formula untuk perhitungan luas yaitu: Luas = Jumlah kotak x skala
13
B. Panjang dan lebar Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk. Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk
14
C. Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut: g = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal Ket : g = Gradien Sungai J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m) J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)
15
Orde dan tingkat percabangan sungai
1. Orde Sungai Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
16
2. Tingkat percabangan sungai
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde. Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus: Rb = Nu/Nu+1 Ket: Rb = Indeks tingkat percabangan sungai Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1 Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:
17
E. Kerapatan sungai Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan sebagai berikut: Dd = L/A Ket: Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2) L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya A = Luas DAS (km2) Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:
18
F. Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap kecepatan terpusat aliran Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya. Rc = 4пA/P2 Ket: Rc = Basin circularity A = Luas DAS (m2) P = Keliling (m) п = 3,14 Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:
19
Pola Pengairan Sungai Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan. Adapun Pola-pola Pengairan Sungai yaitu:
20
Pola trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.
21
Pola Rektanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ± 90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-bidang dan/atau retakan patahan atau graben-graben yang saling berpotongan.
22
Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.
23
Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.
24
Pola Radial Sentripetal, Kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat pada satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi sehingga terasa asin.
25
Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar
Pola Paralel, Adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera memperlihatkan pola pengaliran paralel
26
Pola Annular, Pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.