Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

STUDI CROSS SECTIONAL.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "STUDI CROSS SECTIONAL."— Transcript presentasi:

1 STUDI CROSS SECTIONAL

2 PENGANTAR Eksperimen Perlakuan Analitik Studi kohor
Penelitian Kuantitatif: Eksperimen Perlakuan Analitik Studi kohor Studi Kasus kontrol Studi Potong Lintang Studi korelasi Observasional Deskriptif Studi Kasus Laporan Seri Kasus Laporan Kasus Penelitian Kualitatif: Observasi Focus group discussion Wawancara mendalam. Studi Cross sectional

3 PENGANTAR Studi potong lintang (cross-sectional study) atau studi transversal paling sering dikerjakan dibidang kedokteran walaupun yang paling lemah diantara penelitian epidemiologik/kedokteran kesehatan yang lain. Mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati penyakit dan paparan secara serentak pada individu-individu di populasi tunggal pada satu saat/periode tertentu. Peneliti memotret pada suatu titik/periode waktu tertentu. Disebut juga sebagai studi prevalens

4 Beberapa Pengertian Dasar…1
Terjadinya penyakit terjadi karena interaksi dinamik antara organisme, agent, dan lingkungan (bisa juga dari internal organisme tersebut). Kajian epidemiologi memusatkan pada: Penyakit atau efek Faktor risiko Agent penyakit. Faktor risiko ini mungkin baru dalam taraf dugaan, perkiraan, atau memang sudah dibuktikan kebenarannya.

5 Beberapa Pengertian Dasar…2
Pada tingkat individual dikenal 2 macam faktor risiko: Faktor risiko instrinsik (dari dalam organisme) Faktor risiko ekstrinsik (berasal dari lingkungan)

6 Beberapa Pengertian Dasar…3
Faktor risiko instrinsik (dari dalam organisme): berupa suseptivilitas (kepekaan) individu terhadap penyakit. Ini dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan. Contoh faktor risiko instrinsik: Berkaitan dengan genetik (samar atau jelas).  ras negroid rentan kena Tb daripada ras kaukasoid. Faktor jenis kelamin dan usia Faktor-faktor anatomi dan faali tertentu.  kulit lebih tahan infeksi tetapi rentan trauma fisik. Faktor nutrisi. kurang gizi mudah kena penyakit infeksi dan over weight meningkatkan risiko serebro vaskular. Faktor a, b, dan d disebut faktor predisposisi dan c dikenal sibagai faktor predileksi

7 Beberapa Pengertian Dasar…4
Faktor risiko ekstrinsik (faktor lingkungan) yang memudahkan individu terjangkit suatu penyakit. Berdasarkan ujud keadaanya faktor ini dapat berupa keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik, maupun sosial budaya. Ada dua mekanisme faktor risiko ekstrinsik mempengaruhi keterjangkitan individu oleh penyakit, yaitu: Meningkatkan suseptibilitas individu, atau Mempengaruhi atau exposure agen penyakit.

8 Agen Faktor risiko harus dibedakan dari agen penyakit.
Agen penyakit: substansi, organisme, atau kondisi lingkungan yang beraksi secara langsung pada individu sehingga individu jatuh sakit. Agen ini merupakan faktor yangn harus ada untuk terjadinya penyakit (causa prima). Pada beberapa benyakit agen bersifat tunggal sedangkan pada penyakit lain agen bersifat ganda (lebih dari satu).

9 Skema hubungan antara agen, faktor risiko, dan organisme:
Eksternal Internal (kepekaan) Agen Organisme Sakit

10 Apilikasi Metodologik Dari Faktor Risiko Dalam Penelitian
Efek selalu merupakan variabel tergantung Faktor Risiko dapat merupakan (a) variabel bebas, (b) variabel pendahulu. (c) variabel prakondisi atau (d) covariat. Dalam penelitian kroseksional /epidemiologik yang lain dinamika korelasi antara faktor risiko dan efek perlu diperhatikan terutama dalam pengembangan rancangan, pemilihan subjek, pengelompokan subjek, sampai analisis hasilnya.

11 Cara Pelaksanaan Riset Kroseksional
Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko termasuk efek dobservasi sekaligus pada saat yang sama; Tiap subjek hanya diobsevasi satu kali saja; Faktor risiko dan efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi.

12 Langkah-langkah Riset Kroseksional
Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian: mana faktor risiko, mana efek, mana faktor risiko yang tidak dipelajari efeknya (harus dikendalikan) Menetapkan subjek penelitian Melakukan observasi atau pegukuran faktor risiko dan efek sekaligus pada saat yang sama. Melakukan analisis korelasi atau perbedaan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi.

13 Langkah-langkah Riset Kroseksional
Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian: mana fraktor risiko, mana efek, mana faktor risiko yang tidak dipelajari efeknya (harus dikendalikan) Menetapkan subjek penelitian Melakukan observasi atau pegukuran faktor risiko dan efek sekaligus pada saat yang sama. Melakukan analisis korelasi atau perbedaan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi.

14 SETING STUDI POTONG LINTANG
Data masalah kesehatan /penyakit dan paparan/pajanan potensial diambil secara bersamaan  tidak diketahui mana yang lebih dahulu antara pajanan dan akibat Pajanan merupakan prediksi dari pajanan potensial. E (Faktor Risiko) D (Efek) E- (Faktor Risiko -) E (Faktor Risiko) D- (Efek -) Ket: E = terpapar faktor penelitian (risiko) E- = tidak terpapar faktor penelitian D = mengalami penyakit (masalah kesehatan)  Efek D- = tidak mengalami penyakit (masalah kesehatan) Studi Cross sectional

15 Menilai Hubungan Faktor Risiko dan Efek Pada Studi Potong Lintang…1
Hubungan antara faktor risiko dan efek adalah dengan risiko relatih, RR (pada kohor dan perlakuan). Ada dua macam risiko yaitu: Risiko absolut (RA) nilai 0-1: RA= Jlh. Kasus baru/Jlh. Semua subjek RA=0  tidak ada kasus RA=1  semua subjek menjadi sakit

16 Menilai Hubungan Faktor Risiko dan Efek Pada Studi Potong Lintang…2
Risiko Relatif (RR) nilai 0 – ̴ : Lebih bersifat informatif karena dikaitkan dengan exposure faktor risiko tertentu, dan sekaligus dibandingkan dengan kelompok non exposure. Jika: RR< 1 : “Faktor risiko” bahkan merupakan faktor yang menguntungkan  mencegah terjadinya efek/penyakit; RR=1 : “Faktor risiko” tidak ada pengaruhnya atau netral  tidak ada hubungan. RR>1 : Benar-benar sebagai faktor risiko. Ada hubungan antara faktor risiko dan penyakit / efek. Besarnya risiko relatif pada studi kroseksional dicerminkan dengan angka Rasio Prevalensi (prevalence ratio, PR).

17 Menilai Hubungan Faktor Risiko dan Efek Pada Studi Potong Lintang…3
Rasio Prevalensi (prevalence ratio, RP) adalah subjek dengan efek positif (prevalensi penyakit) pada semua subjek dengan faktor risiko dibagi jumlah subjek dengan efek positif pada semua subjek dengan faktor risiko negatif. D (Efek) D- (Efek -) E (faktor risiko) E- (faktor risiko -) a b c d RP= a/a+b : c/c+d

18 Uji Kemaknaan Statistik
Analisis statistik untuk tabel 2x2 dengan uji chi-kuadrat: T { | ad – bc | - (T/2) } ² Chi-kuadrat = V1 x V2 x H1 x H2 Nilai Chi-kuadrat > 3,84  artinya p < 0,05 (jika alpha ditetapkan 0,05 untuk menolak hipotesis nol. Jika pada sel ada nilai prediktif <5 pakai Fisher Exac test Status keterpaparan Sakit (D) Tak sakit (D-) Jumlah Terpapar (E) a b H 1 Tak terpapar (E-) c d H 2 V 1 V 2 T

19 PERTIMBANGAN MELAKUKAN STUDI POTONG LINTANG
Evaluasi program kesehatan. Keterbatan biaya, tenaga, dan waktu. Untuk memprediksi pengaruh paparan terhadap akibat.

20 KEUNTUNGAN STUDI POTONG LINTANG
Mudah dan murah, dan cepat  tidak melakukan follow-up. Dapat meneliti sekaligus banyak faktor /variabel Peneliti “tidak memaksa” subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan merugikan kesehatan (faktor risiko).

21 KELEMAHAN STUDI POTONG LINTANG
Dibutuhkan subjek penelitian yang besar, apalagi jika variabel yang diteliti banyak. Tidak bisa untuk inferensi kausal. Tidak dapat menjelaskan perkembangan penyakit secara lebih akurat. Faktor risiko kadang-kadang sulit diukur secara akurat. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan. Kesimpulan korelasi lemah jika dibandingkan studi analitik. Terjadi bias waktu  tidak tahu mana yang lebih dahulu terjadi antara paparan dan akibat.

22 CARA MELAKUKAN Dilakukan di lapangan pada populasi
Populasi terdistribusi secara acak Hasil yang didapat merupakan angka prevalens.

23 Terimakasih Studi Cross sectional


Download ppt "STUDI CROSS SECTIONAL."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google