Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehLeony Tedja Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS SOLUSI UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM
PENGERTIAN PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS (ECO-TECHO FARMING) MODEL PERTANIAN YG DIKEMBANGKAN MEMADUKAN MODEL “PERTANIAN EKOLOGIS (ECO FARMING) DG PERTANIAN BERTEKNOLOGI MAJU (TECHO-FARMING)
2
PERTANIAN EKOLOGIS MODEL PERTANIAN YG DIKEMBANGKAN SELARAS DG KONDISI ALAM ATAU EKOSISTEM SETEMPAT (METZNER DAN DALDJOENI, 1987)
3
Beberapa tahun terakhir ini, keadaan iklim sangat tidak menentu
Beberapa tahun terakhir ini, keadaan iklim sangat tidak menentu. Kadang-kadang ketika panas terik, turun hujan deras. Tidak lama hujan berhenti, lalu terang lagi. Kondisi seperti ini sangat merugikan petani, karena banyak petani yang mengalami gagal panen. Untuk mengantisipasi kondisi ini, sudah saatnya kita menerapkan model pertanian tekno-ekologis yang berupaya memadukan kekuatan pertanian ekologis dengan pertanian berteknologi maju.
4
Model ini membentuk pertanian yang lebih produktif, efisien, dan berkualitas dengan risiko yang lebih kecil sekaligus ramah lingkungan. Model pertanian ini semakin relevan ketika pembangunan pertanian dihadapkan pada persoalan besar, yakni adanya perubahan iklim yang radikal akibat kerusakan lingkungan dan luas lahan garapan petani yang makin sempit sebagai efek pertumbuhan penduduk dan konversi tahan pertanian.
5
Pertanian tekno-ekologis merupakan model pertanian yang dikembangkan dengan memadukan model “pertanian ekologis” dengan pertanian berteknologi maju yang selaras dengan kondisi alam atau ekosistem setempat. Model pertanian ini dapat mencapai target produktivitas secara memuaskan pada komoditas tertentu, seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan. Sistem ini lebih efisien dan berkualitas dengan risiko yang lebih kecil dan ramah lingkungan.
6
Ada beberapa penerapan model pertanian tekno-ekologis yang bisa diterapkan di Indonesia, yaitu model pertanian tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah, tekno-ekologis di lahan kering beriklim kering, tekno-ekologis di ekosistem sawah, tekno-ekologis di ekosistem kawasan urban, tekno-ekologis di ekosistem pantai. Tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah di antaranya diterapkan pada perkebunan kopi dan kakao. Setiap metode bisa diterapkan dengan sistem integrasi sederhana atau integrasi kompleks.
7
Ada beberapa penerapan model pertanian tekno-ekologis yang bisa diterapkan di Indonesia, yaitu model pertanian tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah, tekno-ekologis di lahan kering beriklim kering, tekno-ekologis di ekosistem sawah, tekno-ekologis di ekosistem kawasan urban, tekno-ekologis di ekosistem pantai. Tekno-ekologis di ekosistem lahan kering beriklim basah di antaranya diterapkan pada perkebunan kopi dan kakao. Setiap metode bisa diterapkan dengan sistem integrasi sederhana atau integrasi kompleks.
8
REIJNTJES ET AL, 2002 KEKUATAN UTAMA SISTEM PERTANIAN EKOLOGIS
INTEGRASI FUNGSIONAL BERAGAM SUMBER DAYA FUNGSI LAHAN KOMPONEN BIOLOGIS STABILITAS DAN PRODUKTIVITAS USAHA TANI DAPAT DITINGKATKAN DAN BASIS-BASIS SUMBER DAYA ALAM BISA DILESTARIKAN
9
PADA LAHAN YG DITEMPATI BERAGAM KOMODITAS (DG TINGKAT KERAGAMAN YG TINGGI) EKOSISTEM PERTANIAN CENDERUNG MENJADI LEBIH STABIL DARI PADA BUDI DAYA MONOKULTUR.
10
NAMUN TIDAK SETIAP KERAGAMAN SELALU MEMBERIKAN KEUNTUNGAN.
SEHINGGA KERAGAMAN KOMODITAS DIPILIH DAN DISUSUN DG BAIK AGAR TIDAK TERJADI PERSAINGAN ZAT-ZAT MAKANAN DAN TIDAK MELANGGENGKAN SIKLUS HAMA DAN PENYAKIT (DOVER DAN TALBOT, 1987)
11
KEANERAGAMAN FUNGSIONAL BISA DICAPAI DG
MENGKOMBINASIKAN SPESIES TANAMAN DAN TERNAK YG MEMILIKI CIRI SALING MELENGKAPI DAN INTERAKSI SINERGETIK, BUKAN HANYA KESTABILAN EKOSISTEM YG BISA DIPERBAIKI,TETAPI PRODUKTIVITAS SISTEM PERTANIAN AKAN MEMERLUKAN INPUT YG LEBIH RENDAH.
12
PEMANFAATAN ZAT MAKANAN DAN BIOMASSA
DIARAHKAN SECARA TERTUTUP SEHINGGA MODEL PERTANIAN BERORIENTASI PADA PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL SEBAGAI INPUT PERTANIAN EKOLOGIS CENDERUNG MENGGUNAKAN INPUT LUAR YG RENDAH (LOW EXTERNAL INPUT)
13
SULIT MENCAPAI PRODUKTIVITAS OPTIMAL DITERAPKAN SECARA EKSTREM
DARI ASPEK LINGKUNGAN PERTANIAN EKOLOGIS SANGAT MENJAJIKAN SULIT MENCAPAI PRODUKTIVITAS OPTIMAL DITERAPKAN SECARA EKSTREM TEKNOLOGI TRADISIONAL PERTANIAN BERTEKNOLOGI MAJU (TECHNO-FARMING) MODEL PERTANIAN MENEKANKAN APLIKASI TEKNOLOGI MAJU CENDERUNG DOMINASI SATU KOMODITAS MENGEJAR PRODUKTIVITAS SECARA MAKSIMAL
14
PERTANIAN DIDOMINASI SATU KOMODITAS
- PADI - JAGUNG - KACANG-KACANGAN PETANI MENANGGUNG RESIKO TINGGI DAPAT MENCAPAI PRODUKTIVITAS SECARA MAKSIMAL KEGAGALAN PANEN, HARGA MURAH
15
PERTANIAN DIDOMINASI SATU KOMODITAS
SIKLUS PEMANFAATAN ZAT MAKANAN DAN BIOMASSA MENJADI TERBUKA PERTANIAN DIDOMINASI SATU KOMODITAS KETERGANTUNGAN PADA INPUT LUAR MENJADI TINGGI SISTEM PRODUKSI BERSIFAT LINEAR HIGH EXTERNAL INPUT TECHNO-FARMING (PENGGUNAAN BAHAN ANORGANIK) PUPUK PAKAN PEPTISIDA BENIH RESIKO : DEGRADASI LINGKUNGAN -PENURUNAN KESUBURAN TANAH -PENCEMARAN AIR
16
PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS
MEMADUKAN KEKUATAN PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS PERTANIAN BERTEKNOLOGI MAJU PERTANIAN EKOLOGIS MEMADUKAN SISTEM SIKLUS PERTANIAN : -PRODUKTIF -EFISIEN -BERKUALITAS PEREDARAN ZAT MAKANAN DAN BIOMASSA SENTUHAN TEKNOLOGI MAJU RESIKO LEBIH KECIL RAMAH LINGKUNGAN ZERO WASTE (PERTANIAN TANPA LIMBAH)
17
CIRI DAN FAKTOR PEMBENTUK MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS
1.DIVERSIFIKASI (KERAGAMAN) KOMODITAS CIRI UMUM SYARAT MUTLAK MINIMAL 2 KOMODITAS
18
2.POLA INTEGRATIF CIRI KHAS DAN FAKTOR INTI
ADANYA INTEGRASI ATAU DIVERSIFIKASI FUNGSIONAL ANTARA 2 KOMODITAS ANTAR KOMODITAS TIDAK BERKOMPETISI TETAPI SALING SUBSTITUSI KEBUTUHAN HARA DAN NUTRISI
19
3.PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL
SIKLUS PRODUKSI TERTUTUP BERORIENTASI PEMANFAATKAN SUMBER DAYA LOKAL MENEKAN MASUKNYA INPUT LUAR SESUAI DENGAN PRINSIP LOW EXTERNAL INPUT AND SUSTAINABLE AGRICULTURE (LEISA)
20
4.RAMAH LINGKUNGAN APLIKASI TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN
MEMBUKA DIRI TERHADAP INOVASI DAN TEKNOLOGI BARU CIRI DAN PENDUKUNG PENGUATAN MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS MENGURANGI PENGGUNAAN BAHAN ANORGANIK (PUPUK, PESTISIDA, PAKAN) MENJAGA KESEIMBANGAN ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM
21
5.PENGOLAHAN HASIL FAKTOR PENDUKUNG TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
YG SANGAT PENTING TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL HASIL SAMPING / LIMBAH DARI OLAHAN PRODUKSI SIKLUS SARANA PRODUKSI -DEDAK -BATOK KELAPA -KULIT KOPI PETANI MEMBUKA LAPANGAN KERJA BARU
22
MANFAAT PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS
1.MENGURANGI RESIKO USAHA TANI PERUBAHAN IKLIM YG EKSTREM -SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT -BANJIR -KEKERINGAN -SERANGAN ANGIN KENCANG BERESIKO TINGGI THD KEGAGALAN PANEN MENGUSAHAKAN > 1 KOMODITAS
23
2.MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA
PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL PENGGUNAAN INPUT LUAR RENDAH PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK MENEKAN KEGIATAN TRANSPORTASI MENGURANGI EMISI N2O MENEKAN PENGGUNAAN BBM SEBAGAI SUMBER EMISI KARBONDIOKSIDA
24
CONTOH : EKOSISTEM SAWAH EMISI GAS METAN
3.MENGEFEKTIFKAN LANGKAH ADAPTASI DAN MITIGASI CONTOH : EKOSISTEM SAWAH DAPAT DITEKAN DENGAN PEMILIHAN VARIETAS RENDAH GRK EMISI GAS METAN JIKA 1 KOMPONEN YG DITERAPKAN DAMPAK PENGURANGAN EMISI GRK TIDAK AKAN EFEKTIF PENERAPAN TEKNOLOGI DILAKUKAN DALAM SATU KESATUAN EKOSISTEM DALAM USAHA TANI PEMILIHAN VARIETAS RENDAH GRK DIIKUTI DG TEKNIK IRIGASI, SISTEM BUDIDAYA, SISTEM PENGOLAHAN LIMBAHTANAMAN DAN TERNAK YG TEPAT GUNA, SERTA DAPAT MENEKAN EMISI CARBON DAN GRK SECARA EFEKTIF MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS
26
MODEL INTEGRASI KOMPLEKS DI EKOSISTEM SAWAH
27
LANGKAH-LANGKAH MENGEMBANGKAN PERTANIAN TEKNO-EKOOGIS
1.IDENTIFIKASI KERAGAMAN KOMODITAS YG ADA POTENSI EKONOMI MASING-MASING 2.TENTUKAN KOMODITAS DOMINAN APAKAH ADA HUBUNGAN FUNGSIONAL 3.JIKA TIDAK ADA HUBUNGAN FUNGSIONAL DALAM PEMANFAATAN ZAT MAKANAN PERLU INTRODUKSI KOMODITAS BARU PENGISI RELUNG EKOSISTEM MEMBENTUK RANTAI PEMANFAATAN ZAT MAKANAN SECARA TERTUTUP TERNAK SAPI
28
4.DALAM MENENTUKAN JUMLAH
ATAU LUASAN KOMODITAS PERLU PERENCANAAN SECARA MATANG TERCAPAI TITIK KESEIMBANGAN DALAM PEMENUHAN ZAT MAKANAN (HARA) SEEKONOMIS MUNGKIN SEKECIL MUNGKIN MEMASUKKAN INPUT (PUPUK, PAKAN) DARI LUAR MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA LOKAL DAN MENGURANGI INPUT LUAR 5.PERLU SENTUHAN TEKOLOGI MAJU
29
6.ADANYA INTEGRASI (HUBUNGAN FUNGSIONAL) ANTAR KOMODITAS MEMBUKA PELUANG BARU MUNCULNYA RELUNG BARU DALAM EKOSISTEM -AZOLLA -JAMUR -IKAN PADI-SAPI 7.UPAYAKAN PENGOLAHAN HASIL (DIVERSIFIKASI VERTIKAL) JAMUR GABAH IKAN -SAYURAN -KERIPIK -ASINAN DLL -BERAS -DEDAK -SEKAM -IKAN SEGAR -IKAN ASIN -BAKSO IKAN DLL
30
MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS EKOSISTEM PERKEBUNAN KOPI
A.INTEGRASI SEDERHANA USAHATANI DATARAN TINGGI TANAMAN BUAH (JERUK, PISANG) KOMODITAS SELINGAN KOPI KOMODITAS DOMINAN PADA MODEL INI TELAH ADA DIVERSIFIKASI (KERAGAMAN) TANAMAN TETAPI BELUM MEMILIKI HUBUNGAN FUNGSIONAL. TANAMAN BUAH DAPAT MENGURANGI RESIKO USAHA TANI, TETAPI BELUM BERPERAN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI USAHA TANI
31
POLA INTEGRASI SEDERHANA - TEKNOLOGI MAJU
32
POLA INTEGRASI SEDERHANA-KONVENSIONAL
33
POLA INTEGRASI KOMPLEKS - TEKNOLOGI MAJU
B.INTEGRASI KOMPLEKS POLA INTEGRASI KOMPLEKS - TEKNOLOGI MAJU
34
MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS EKOSISTEM PERKEBUNAN METE
A.INTEGRASI SEDERHANA USAHATANI DATARAN RENDAH METE TANAMAN UTAMA TERNAK DI ANTARA TANAMAN UTAMA : -JAGUNG -KETELA -KACANG-KACANGAN
35
POLA INTEGRASI SEDERHANA
36
POLA INTEGRASI KOMPLEKS
B.INTEGRASI KOMPLEKS POLA INTEGRASI KOMPLEKS
37
MODEL PERTANIAN TEKNO-EKOLOGIS
EKOSISTEM PANTAI A.INTEGRASI SEDERHANA POHON KELAPA IKAN SEGAR TERNAK -SAPI -AYAM -ITIK LIMBAH -MINYAK -PRODUK KERAJINAN PAKAN PUPUK
38
POLA INTEGRASI SEDERHANA DI EKOSISTEM PANTAI
39
POLA INTEGRASI KOMPLEKS DI EKOSISTEM PANTAI
B.INTEGRASI KOMPLEKS POLA INTEGRASI KOMPLEKS DI EKOSISTEM PANTAI
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.