Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSuhendra Irawan Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
Pertemuan 1 Sistem Bilangan Departemen Agama Republik Indonesia
2
LANGKAH PERKULIAHAN Kegiatan Awal:Apresepsi, dan memotivasi
Curah pendapat bilangan romawi Penguatan Kerja kelompok Presentasi Penguatan Mengerjakan soal quis Kegiatan akhir: refleksi dan tindak lanjut
3
APRESEPSI Suharto adalah Presiden RI kedua
Tinggi badan Ani satu setengah meter Fatma tinggal di Jalan Cemara dengan nomor rumah 10 dan (4) Nomor telepon rumah Pak Ahmad adalah Adakah perbedaan makna bilangan pada masing-masing pernyataan tersebut?
4
MEMOTIVASI Coba baca undang-undang guru dan dosen.
Ada bilangan romawi atau tidak? Pentingkah bilangan romawi
5
Tujuan perkuliahan
6
Kompetensi Dasar Memahami penulisan bilangan yang menggunakan nilai tempat dan tanpa nilai tempat beserta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Departemen Agama Republik Indonesia
7
Indikator Kompetensi Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat: Menunjukkan keterpakaian bilangan romawi, arab, dan hindu-arab dalam kehidupan sehari-hari Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan romawi; Mengubah bilangan romawi menjadi bilangan desimal; Mengubah bilangan berbasis 10 menjadi bilangan berbasis 2; Mengubah bilangan berbasis 2 menjadi bilangan berbasis 10. Departemen Agama Republik Indonesia
8
Curah pendapat Dimanakah Anda pernah melihat penggunaan bilangan Romawi Apakah sistem bilangan desimal juga dugunakan? Jika ya, dapatkah Anda menjelaskan perbedaan penggunaan kedua sistem bilangan tersebut? Cermatilah perbedaan penulisan kedua sistem belangan tersebut! Jelaskan, apakah perbedaan penulisan sistem bilangan Romawi dan sistem bilangan desimal
9
DISKUSI KELOMPOK Berkelompoklah sesuai kelompok sebelumnya
Setiap kelompok mendiskusikan LK 1.1A
10
PRSENTASI Salah satu kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Peserta lain menanggapi, menyanggah atau bertnya
11
Penguatan Departemen Agama Republik Indonesia
12
UNDANG-UNDANG TENTANG GURU DAN DOSEN KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Dst. .... BAB II KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN TUJUAN Pasal 2 Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal. Departemen Agama Republik Indonesia
13
Bilangan arab dipakai dalam penomoran juz, surat dan ayat.
Bilangan romawi, bilangan hindu-arab dipakai secara bersamaan dalam penomoran UU. Bilangan arab dipakai dalam penomoran juz, surat dan ayat. Sitem bilangan romawi tidak menggunakan nilai tempat, sedangkan bilangan hindi-arab dan arab menggunakan nilai tempat. Bilangan dapat bermakna nilai, urutan, perbandingan dan label. Departemen Agama Republik Indonesia
14
DISKUSI KELOMPOK Berkelompoklah sesuai kelompok sebelumnya
Setiap kelompok mendiskusikan LK 1.1.B
15
PRSENTASI Salah satu kelompok dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Peserta lain menanggapi, menyanggah atau bertnya
16
Penguatan Departemen Agama Republik Indonesia
17
Tabel: Lambang Bilangan Romawi
Hindu-Arab I 1 XI 11 II 2 XII 12 III 3 XIII 13 IV 4 XIV 14 V 5 XV 15 VI 6 XVI 16 VII 7 XVII 17 VIII 8 XVIII 18 IX 9 XIX 19 X 10 XX 20 Departemen Agama Republik Indonesia
18
Tabel: Lambang Bilangan Romawi
Hindu-Arab I 1 V 5 X 10 L 50 C 100 D 500 M 1000 Departemen Agama Republik Indonesia
19
Cara Menuliskan Bilangan Romawi
Setiap nilai tempat dilambangkan oleh lambang bilangan yang dimaksud. Lambang bilangan ditulis dengan cara mendatar (harizontal) menggunakan pola penulisan ulang (repeating) dan bersifat penambahan (aditif). Apabila terdapat lambang bilangan yang lebih kecil mendahului lambang bilangan yang lebih besar, maka sifatnya adalah pengurangan. Departemen Agama Republik Indonesia
20
Contoh: MDCLX = = 1660 MMLXX = = 2070 CDLIX = (500 – 100) (10 – 1) = 459 CMXLVII = (1000 – 100) + (50 – 10) = 947 Departemen Agama Republik Indonesia
21
Penguatan 1.4 Departemen Agama Republik Indonesia
22
Sistem Bilangan Desimal
Sistem bilangan desimal mempunyai sepuluh lambang dasar yang disebut angka (digit), yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 Sistem bilangan desimal menggunakan sistem nilai tempat, artinya setiap angka pada sistem desimal menempati nilai tempat tertentu. Karena setiap nilai tempat merupakan hasil perpangkatan bilangan 10, maka sistem bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 10 (100, 101, 102, ... ) Departemen Agama Republik Indonesia
23
Sistem Bilangan Desimal
Misal bilangan 2569, angka “2” menempati “ribuan”, angka “5” menempati “ratusan”, angka “6” menempati “puluhan” dan angka “9” menempati “satuan”. Bilangan 2569 dibaca “dua ribu lima ratus enam puluh sembilan” Tanda titik dituliskan pada tiap hitungan tiga angka dari bilangan satuan. Dengan cara ini bilangan-bilangan yang besar (mempunyai tulisan yang cukup panjang) akan lebih mudah dalam pembacaannya dan terhindar dari kekeliruan (dalam buku-buku berbahasa asing, tanda titik diganti dengan tanda koma). Misalkan bilangan 2569 ditulis 2.569 Departemen Agama Republik Indonesia
24
Sistem Bilangan Desimal
Bilangan dalam sistem desimal dapat ditulis dalam bentuk panjang. Misal = (2 x 103) + (5 x 102) + (6 x 100) + (9 x 100) Departemen Agama Republik Indonesia
25
Sistem Bilangan Biner Sistem bilangan biner mempunyai dua lambang dasar yang disebut angka (digit), yaitu 0 dan 1 Sistem bilangan biner sama dengan sistem desimal menggunakan sistem nilai tempat, artinya setiap angka pada sistem biner menempati nilai tempat tertentu. Karena setiap nilai tempat merupakan hasil perpangkatan bilangan 2, maka sistem bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 2 (20, 21, 22, ... ) Departemen Agama Republik Indonesia
26
Sistem Bilangan Biner Misal bilangan , angka “1” menempati “enam puluh empatan”, angka “0” menempati “tiga puluh duaan”, angka “0” menempati “enam belasan”, angka “1” menempati “delapanan”, angka “1” menempati” “empatan”, angka “0” menempati “duaan”, dan angka “1” menempati “satuan”. Bilangan dalam sistem biner dapat ditulis dalam bentuk panjang. Misal = (1 x 26) + (0 x 25) + (0 x 24) + (1 x 23) + (1 x 22) + (0 x 21) + (1 x 20) Departemen Agama Republik Indonesia
27
KEGIATAN AKHIR Refleksikankegiatan perkuliahan yang sudah dilaksanakan
Bacalah lembar uraian materi paket 2.
28
Wassalamualaikum
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.