Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KELOMPOK 9 NAMA : PUTU RAHADI SETIAWAN ( )

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KELOMPOK 9 NAMA : PUTU RAHADI SETIAWAN ( )"— Transcript presentasi:

1 KELOMPOK 9 NAMA : PUTU RAHADI SETIAWAN (1204205076)
I MADE AGUS SUARDI PUTRA ( ) COK GDE AGASTYA PRAWIRA PUTRA ( ) RANGGABAYU NUGRAHITA ( ) A.A. NGR. MANIK SATRIYA W. ( ) I GST AGUNG BAGUS WIRANUGRAHA ( )

2 OM SWASTYASTU

3 ARSITEKTUR “BENTENG” PADA MASA KOLONIAL

4 Pengertian Arsitektur Kolonial
Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru. Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19) memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan kolonial

5 Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia
Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka membangun rumah dan pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang biasanya terletak dekat dengan pelabuhan. Dinding rumah mereka terbuat dari kayu dan papan dengan penutup atap ijuk. Namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Hampir di setiap kota besar di Indonesia. Peninggalan arsitektur kolonial sangat banyak peninggalannya di Indonesia. Misalnya seperti Benteng, Rumah Sakit, Stasiun KA, Istana-istana, Museum, dan Pemukiman.

6 Asitektur “Benteng” pada masa Kolonial
Benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat untuk keperluan pertahanan sewaktu dalam peperangann. Benteng sudah dibangun oleh umat manusiaa sejak ribuan tahun yang lalu dalam berbagai bentukk dan pada akhirnya berkembang menjadi bentuk yang sangat kompleks. Di Indonesia, benteng yang masih ada umumnya adalah tinggalan dari kolonialisme Eropa, terutama Belanda. Tipe-tipe benteng dapat didasari pada dikotomi geografis (pantai dan pedalaman), tipologi budaya (maritim dan agraris), atau administratif (pusat kekuasaan dan daerah taklukan atau vasal).

7 Fungsi Benteng Benteng berfungsi sebagai suatu konteks pertahanan dan peperangan, khususnya yang terjadi pada masa lalu sebagai tempat perlindungan bagi mereka yang tinggal di dalamnya menjadi pusat aktivitas dan interaksi sosial manusia Benteng juga digunakan sebagai simbol kekuatan mereka yang digunakan sebagai ancaman terhadap lawan-lawannya. ketika mereka menghadapi kesulitan untuk mewujudkan maksud-maksud ekonominya.

8 Bagian-bagian Benteng
Bagian-bagian pada benteng biasanya dibagi menjadi tiga bagian. Yaitu bagian paling depan, tengah, dan belakang. Sama seperti konsep Tri Mandala di Bali yaitu ada Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala.

9 Ciri-ciri Benteng Ciri-ciri dari sebuah benteng berbeda-beda,setiap benteng. Ciri umum yang terdapat pada semua benteng adalah bangunannya yang berbentuk segi empat hingga segi delapan yang memperlihatkan kekokohan suatu bangunan benteng. Dengan tinggi 10 meter, luas hingga m2 hingga m2, tebal dinding 1 - 1,5 meter, tebal lantai meter dan mempunyai dua lantai. Lantai pertama mempunyai 4 pintu gerbang, 16 ruangan besar, 27 ruangan kecil, 72 jendela, 63 pintu, baik pintu penghubung antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga, ke latai dua, dan dua tangga darurat Sedangkan pada lantai dua, memiliki 70 pintu penghubung, 84 jendela, 16 ruangan besar, 25 ruangan kecil bebagai ukuran, dan 4 anak tangga yang menghubungkan ke bagian atap benteng. Atap benteng sendiri terbuat dari batu bata merah yang sangat kokoh dan dibuat mnyerupai bukit-bukit kecil sehingga sangat ideal untuk pertahanan sekaligus untuk mengintai lawan dari atas

10 Contoh-contoh Benteng yang ada di Indonesia
Benteng Vredeburg (Yogyakarta, Jawa Tengah) Benteng Fort Rotterdam (Ujung Pandang, Sulawesi Selatan) Benteng Marlborough (Bengkulu) Benteng Van der Wicjk (Kebumen, Jawa Tengah) Benteng Van den Bosch

11 Benteng Vredeburg (Batu Sangkar, Yogyakarta)
Benteng vredeburg didirikan oleh sultan hamengku buwono I atas permintaan belanda pada tahun Awalnya benteng ini hanyalah berupa benteng sederhana yang berbentuk bujur sangkar Disetiap sudutya memiliki bastion yang mempunnyai nama berbeda-beda seperti jayaprayitna (bastion sudut tenggara), jayaprakosaning (bastion sudut barat daya), jayawisesa (bastion sudut barat laut), dan terakhir jayapurusa (bastion sudut timur laut)

12 Lokasi Benteng Vredeburg
Beteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang terletak di depan gudung Agung dan Kraton Konsultan Yogyakarta. Sekarang, benteng ini menjadi sebuah museum. Di sejumlah bangunan di dalam benteng ini terdapat diorama mengenai sejarah Indonesia.

13 Perkembangan Benteng Vredeburg dari Tahun ke Tahun
Benteng Vredeburg Tahun 1980 Benteng Vredeburg Tahun 1901 Benteng Vredeburg Sekarang

14 Fungsi Benteng Vredeburg
Fungsi Benteng pada awalnya adalah untuk memata-matai Keraton Yogyakarta. Setelah berganti nama menjadi Vredeburg, fungsi benteng menjadi sebagai tempat tinggal. Saat ini benteng ini berfungsi sebagai museum.

15 Arsitektur Benteng Vredeburg
Bangunan Benteng ini memiliki bentuk dasar persegi empat. Bangunan pada awalnya semi permanen,bagian atapnya menggunakan bahan dari daun tebu kering yang dianyam. Kemudian penyangga bangunan berasal dari batang pohon kelapa dan dindingnya terbuat dari bambu yang dianyam. Kemudian bangunan ini dibuat permanen dimana alat dan materialnya disiapkan oleh sri sultan hb. Belanda menjanjikan akan mengganti alat dan material dengan uang sebesar golden yang pada waktu itu setara dengan 12 milyar rupiah.

16 Arsitektur Benteng Vredeburg
Konsep tata ruang nya ialah terdapat bangunan bertingkat dengan tujuan pertahanan dan pengawasan dimana terdapat bagian yang sengaja dibuat miring 45° untuk menghindari serangan musuh, menaruh sentaja dan memudahkan pasukan belanda untuk menembak. Bagian ini terdapat di bagian depan benteng. Dibagian bawah kawasan benteng dibangun drainase. Benteng vredeburg ini dilengkapi benteng keliling seluas 2,5 hektar yang mengelilingi benteng vredeberg. Tebal dinding benteng keliling ini sebesar dinding 1 m dan dilengkapi anjungan. Material yang diperlukan untuk pembuatan struktur untuk menjadi permanen terdiri atas pasir, semen merah dan batu gamping atau batu kapur. Pasir dicuci terlebih dahulu kemudian diayak dan direndam selama 12 jam. Proses ini berlangsung sebelum para pekerja pulang. Pasir kemudian diaduk pada keesokan harinya. Dinding bangunan berasal dari pohon jati yang berusia ratusan tahun sehingg bangunan tetap kuat dan kokoh hingga saat ini Pada bangunan bertingkat pondasinya dibuat sedalam 1,5 m, kemudian bagian dinding yang diplester memiliki ketebalan sebesar 85 cm. Sedangkan untuk bangunan tidak bertingkat, dindingnya menggunakan batu bata. Bagian dinding yang diplester memiliki ketebalan sebesar 44 cm. Terdapat talang pada setiap bangunan bertingkat.

17 Arsitektur Benteng Vredeburg
Faktor utama pembentuk tapak adalah adalah biofisik yaitu semua material bangunan ataupun tanaman yang memberikan karakter pada bangunan, kemudian faktor budaya. Kawasan benteng ini merupakan ideal site karena pada jaman dahulu benteng ini merupakan tempat yang paling tepat untuk pertahanan dan markas untuk menyerang keraton. Adanya sirkulasi khusus untuk tuna netra. Jalur tersebut diberi warna kuning dan dibentuk sedemikian rupa hingga dapat dikenali oleh pengguna yang memiliki keterbatasan seperti tuna netra. Adanya kesatuan dan keseimbangan dalam setiap komponen dalam tapak atau benteng. Pola sirkulasi yang mempermudah gerak pengunjung untuk menuju dan keluar dari kawasan candi. Adanya sistem pengamanan di pintu masuk. Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah, tepatnya oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan. Terdapat partisipasi masyarakat. Fasilitas yang mendukung manajemen antara lain adalah information centre, signage, parking area, pedestrian track, trak khusus tuna netra, museum, guide tour atau pemandu wisata, dan sebagainya. Tanaman didominasi semak. Tidak ada tanaman topiari. Tata hijau sudah cukup baik sangat teduh dan nyaman bagi para pengunjung. Vegetasi yang digunakan memiliki beragam fungsi seperti peneduh, penutup tanah, pengarah, dan juga estetika.

18 Bagian – bagian di dalam Benteng Vredeburg
Gerbang Masuk Benteng Gerbang Masuk yang Menjulang Tinggi di sebelah barat benteng Satu dari Dua Ikon Bangunan Kembar di sisi Utara dan Selatan Gerbang Masuk Benteng

19 Bagian – bagian di dalam Benteng Vredeburg
Bekas barak prajurit di sisi selatan yang disulap menjadi indische koffie merupakan sudut manis pertama yang langsung menyambut pengunjung benteng ketika melewati gerbang masuk. Komposisi jendela, pintu, kursi dan tiang di teras ruangan koleksi yang merupakan bekas perumahan perwira. Lorong menuju gerbang timur dengan pintu besi yang terkunci seperti penjara

20 Bagian – bagian di dalam Benteng Vredeburg
Tangga kokoh menuju lantai 2 gedung pertemuan militer. Barak prajurit bagian utara dilihat dari lorong bawah tangga. Gembok menutup mengunci rapat sebuah bangunan di dalam benteng.

21 Bagian – bagian di dalam Benteng Vredeburg
Struktur seperti cerobong di atap bangunan bekas paviliun. Jendela kayu di lantai 2 gudang perbekalan prajurit. Bangunan bekas gudang perbekalan prajurit di sisi timur benteng.

22 Bagian – bagian di dalam Benteng Vredeburg
Tangga dan anjungan di barak prajurit bagian utara. Sudut ini merupakan tempat favorit untuk kegiatan pemotretan. Tangga di antara bekas barak prajurit dan bekas perumahan perwira bagian selatan. Tiang penyangga dan pagar kayu di bangunan bekas barak prajurit sisi utara.

23 Kesimpulan Arsitektur kolonial adalah sumber belajar. Terlepas dari latar belakang politis yang melingkupi kemunculannya pada masa lalu, konsep arsitektural yang diterapkan merupakan pemikiran yang menyeluruh tentang manusia, ruang, lingkungan dan waktu. Terutama pada Benteng, dari segi fungsinya sekarang sudah banyak yang beralih fungsi yang dulunya sebagai tempat berlindung maupun tempat pemerintahan sekarang lebih menjadi objek wisata. Lalu dari segi estetikanya Benteng sekarang banyak yang mengalami perubahan pada pengaplikasian bahan penyusun elemennya. Bahan yang digunakan lebih ke bahan-bahan modern agar lebih menarik untuk dikunjungi wisatawan.

24 Saran Kita sebagai pewaris Arsiektur Kolonial diharapkan dapat menjaga maupun mempertahankan arsitektur Kolonial tersebut agar generasi penerus selanjutnya masih dapat mengetahui sejarah- sejarah mengenai arsitektur Kolonial.

25 Om shantih shantih shantih om
Sekian dan trimakasih Om shantih shantih shantih om


Download ppt "KELOMPOK 9 NAMA : PUTU RAHADI SETIAWAN ( )"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google