Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

chief PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "chief PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA"— Transcript presentasi:

1 chief PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA
INSTALASI OBSERVASI KELAUTAN PUSAT RISET TEKNOLOGI KELAUTAN BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN chief

2 Latar Belakang Permasalahan yang dihadapi oleh para nelayan Indonesia dalam usaha penangkapan ikan khususnya ikan-ikan pelagis adalah sulitnya menentukan daerah yang memiliki probabilitas tinggi sebagai Daerah Penangkapan Ikan (DPI), terutama untuk menemukan DPI baru/ lain yang belum dieksploitasi. Umumnya nelayan di perairan Indonesia masih menggunakan cara-cara konvensional dengan memanfaatkan panca indra mereka. Keterbatasan ini bisa menyebabkan inefisiensi bahan bakar serta ketidakpastian akan hasil tangkapan. Pengetahuan tentang lokasi dimana ikan berkumpul merupakan faktor yang sangat penting untuk industri perikanan tangkap.

3 Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Lokasi tempat ikan berkumpul atau Daerah Penangkapan Ikan (DPI) adalah daerah perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi. Tinggi rendahnya tingkat kesuburan di perairan bergantung pada produktifitas primer, dimana semakin tinggi produktifitas primer maka tingkat kesuburan perairan tersebut semakin tinggi pula. Produktifitas primer dan produksi ikan memiliki korelasi yang sangat kuat di laut. Menurut Larkin dan Nortcote, terdapat banyak bukti yang menunjukkan hubungan yg erat antara produksi fitoplankton dan produksi ikan. Daerah perairan dengan produktifitas primer tinggi dapat dijadikan sbg indikator Daerah Penangkapan Ikan (DPI) atau Fishing Ground

4 Produktifitas Primer Produktiftas Primer di suatu perairan dipengaruhi oleh : Cahaya Fitoplankton hanya terdapat pada lapisan-lapisan atas dimana intensitas cahaya matahari cukup untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Zat hara (nutrien) Zat-zat hara anorganik utama yg diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak ialah Nitrat (NO3) dan Fosfat (PO4), & menjadi pembatas bagi produktifitas fitoplankton. Zat hara hanya bisa dimanfaatkan pada zona fotik, sedangkan keberadaannya dlm jumlah yg besar ada di bawah zona fotik. Faktor oseanografi Zat hara hanya dapat dimanfaatkan jika terdapat faktor oseanografis yg dapat menaikkannya ke zona fotik. Faktor oseanografis yg dimaksud adalah peristiwa upwelling, yaitu pemindahan massa air yg jauh di bawah permukaan dan kaya zat hara ke zona fotik di lapisan permukaan.

5 Proses Upwelling Proses upwelling dapat dikenali dari indikator :
Kecepatan vertikal gerak air laut. Kecepatan vertikal yg efektif untuk mengangkat nutrien adalah sekitar 1,15x10-5 sampai 10-4 meter/detik. Temperatur muka laut yang lebih dingin dari sekitarnya. Topografi atau anomali muka laut.

6 Manfaat Teknologi Inderaja
Teknologi Inderaja dapat membantu melokalisasi daerah-daerah yang memiliki probabilitas tinggi untuk terjadinya proses upwelling. Indikator proses upwelling yg dapat dideteksi dari data inderaja adalah suhu dan topografi/anomali permukaan laut. Citra Satelit NOAA-AVHRR dapat memberikan informasi suhu permukaan laut Citra Satelit TOPEX/POSEIDON dan JASON dapat memberikan informasi topografi permukaan laut Ada juga Citra Satelit yg dapat memberikan informasi sebaran klorofil-a, yaitu Citra Satelit MODIS-AQUA dan SeaWiFS Data Citra Satelit dapat dimanfaatkan untuk kepentingan perikanan tangkap Indonesia

7 SATELIT NOAA Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) mulai beroperasi pada tahun 1961, sebagai satelit cuaca dan lingkungan. Saat ini, Satelit NOAA yang beroperasi adalah NOAA 12, NOAA 15, NOAA 16 dan NOAA 17. Satelit NOAA membawa sensor thermal infrared yang mampu mengukur temperatur permukaan bumi dan laut. Dari ketinggian 870 km, Satelit NOAA memantau wilayah laut Indonesia dengan luas cakupan 1500 km2. Dalam 1 (satu) hari, Satelit NOAA dapat memantau perairan Indonesia lebih dari satu kali. Pada kondisi cerah (clear-sky) cakupan mampu memantau suhu permukaan laut (SPL) seluruh wilayah Nusantara. Dari analisis perbedaan suhu permukaan laut, daerah-daerah up welling yang merupakan daerah konsentrasi nutrien (sumber makanan ikan) dapat diidentifikasi. Lebih lanjut, lokasi daerah potensi tangkapan ikan dapat diperkirakan.

8 STASIUN BUMI SATELIT NOAA-AVHRR YANG DIMILIKI OLEH BRKP
LOKASI: 1. Jembrana, Bali Untuk mencakup wilayah Indonesia bagian Tengah dan Barat 3. Bitung, Sulawesi Utara Untuk mencakup wilayah Indonesia bagian Tengah dan Timur Tim pendukung Jembrana-Bali : 1. Dr. Ir. Aryo Hanggono, DEA. 2. Drs. B. Realino, MSi. 3. Ariani Andayani, SSi. 4. Bambang Sukresno, SSi. 5. Komang Iwan Suniada, Spi. 6. Herlina Sri Martanti, SSi. 7. Teja Arif, SPi. 8. Tim CLS-Argos Tim pendukung Bitung-Sulut : 1. Tim Akademi Perikanan Bitung 2. Tim Balai Diklat Perikanan Aertembaga Kedua Stasiun Bumi ini merupakan hibah dari Pemerintah Perancis melalui CLS Argos

9 LOKASI STASIUN BUMI SATELIT NOAA PERIKANAN
BRKP-DKP 2 1 1. Stasiun Bumi NOAA di Jembrana, Bali 2. Stasiun Bumi NOAA di Bitung, Sulut

10 Suhu Permukaan Laut

11 Satelit TOPEX/POSEIDON
Data Satelit TOPEX/POSEIDON diperoleh dengan cara men-download dari Homepage Colorado Center for Astrodynamics Research, dengan alamat :

12 SATELIT TOPEX/POSEIDON
Merupakan satelit oseanografi Diluncurkan sejak 10 September 1992 Mengorbit di ketinggian km Mengukur tinggi muka laut dan tinggi gelombang Membawa 6 sensor yaitu : - Dual-Frequency Radar Altimeter - Laser Retroreflector - TOPEX Microwave Radiometer - GPS - Solid-state altimeter - DORIS Frekuensi penerimaan data 10 hari sekali

13 PERBANDINGAN T/P-Jason
TOPEX/POSEIDON 2500 kg Jason-1 500 kg TOPEX/POSEIDON (1992) ; JASON-1 (2000) ; JASON-2 (2003) ; ...

14 Data Tinggi & Arus Muka Laut

15 SATELIT AQUA SENSOR MODIS Diluncurkan 4 Mei 2002 Swath = 2330 km
Resolusi = 1 km SENSOR MODIS SATELIT AQUA

16 Kesuburan Perairan

17 ALUR INTEGRASI DATA NOAA-AVHRR SeaWiFS Atau MODIS
Topex/Poseidon dan JASON Suhu permukaan laut Chlorophil/Phytoplankton Pola sirkulasi Arus ALUR INTEGRASI DATA

18 PROGRAM BRKP-DKP UNTUK PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA
Sejak tahun 2000 BRKP telah menerbitkan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI) untuk dimanfaatkan para nelayan dan industri perikanan di Indonesia Melalui kegiatan dan riset yang dilakukan oleh BRKP, telah dilakukan pengembangan untuk meningkatkan informasi yang ada di PPDPI. Sosialisasi PPDPI masih terus dilakukan sehingga seluruh masyarakat perikanan tangkap dapat merasakan manfaatnya. Jumlah pengguna PPDPI semakin meningkat

19 Proses Pengolahan Data Satelit Untuk Pembuatan Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan (PPDPI)
Satelit NOAA Klorofil-a Upwelling area Daerah Subur SST Data Respon Balik Overlay Stasiun Bumi NOAA Data Gelombang & Angin (BMG) Upwelling area Fishing Ground Area SSH & SSC Fishing Ground Map

20 Zona PPDPI Tahun 2000 -2002 Dibagi menjadi 3 Zona
Bagian Timur Bagian Barat Bagian Tengah

21 Zona PPDPI Tahun 2003 – 2005 Dibagi menjadi 6 Zona
Sumatera Jawa Kalimantan Bali & Nusa Tenggara Sulawesi Maluku & Papua

22

23 Zona PPDPI Mei 2005 – dst Dibagi menjadi 10 berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)

24 WPP Samudera Hindia Barat WPP Samudera Hindia Timur
dan Selat Malaka WPP Samudera Hindia Timur WPP Laut Cina Selatan WPP Laut Jawa

25 WPP Samudera Pasifik Barat WPP Samudera Pasifik Timur
WPP Selat Makassar WPP Laut Banda WPP Laut Arafuru WPP Laut Maluku WPP Samudera Pasifik Barat WPP Samudera Pasifik Timur

26

27 Pemanfaatan PPDPI untuk nelayan
Peta Potensi Ikan Satelit Pemanfaatan Oleh Nelayan Stasiun Bumi Citra Hasil Olahan Pengolahan Data Laporan dari Nelayan

28 SISTEM DISTRIBUSI PPDPI
SEACORM-BRKP Jembrana-Bali Respon Balik Dinas Kelautan dan Perikanan Tingkat I dan II Koperasi Perikanan Nelayan Distribusi via Fax on Demand Pelabuhan Perikanan Perusahaan Perikanan Pertahanan Keamanan Fasilitas IVR :

29 PENGGUNA PPDPI Dinas Kelautan & Perikanan Tk I : 29
Dinas Kelautan & Perikanan Tk. II : 31 Instansi Pemerintah Lainnya : 10 Koperasi Nelayan : 5 Institusi Pendidikan : 7 Pelabuhan Perikanan : 25 Perusahaan Perikanan : 12 Perorangan : 15 Hankam : 4 Lainnya : 3 TOTAL = 141 pengguna

30 Kegiatan Sosialisasi Sejak Tahun 2000 sampai 2004, Sosialisasi telah dilaksanakan di beberapa daerah. TA 2000 : Tanjung Pinang (Riau), Padang (Sumatra Barat), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat), Pekalongan (Jawa Tengah), Tasik Madu-Tulungagung (Jawa Timur), Benoa (Bali), Manado (Sulawesi Utara) dan Makasar (Sulawesi Selatan) TA 2001 : Sibolga (Sumatra Utara), Semarang (Jawa Tengah), Pontianak (Kalimantan Barat), Mataram (NTB), dan Gorontalo. TA 2002 : Pangandaran (Jawa Barat) TA 2003 : Cilacap (Jawa Barat), Bitung (Sulut) dan Pandeglang (Banten) TA 2004 : Dilaksanakan di Jakarta dengan peserta seluruh Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) & Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). Rencana TA 2005 : Monitoring dan evaluasi di seluruh Pelabuhan Perikanan

31 Foto Kegiatan Sosialisasi

32 Data Respon Balik Sejak tahun 2000 sampai saat ini, BRKP masih menerima data respon balik dari berbagai pihak. Akan tetapi, ternyata belum semua penerima PPDPI mengirimkan data respon balik tersebut. Tahun 2000 : PPS Benoa, PPN Sibolga, PPN Pelabuhan Ratu, Diskan Pasuruan, Diskan Timor Tengah Utara, Diskan Tegal, Diskan Aceh, Diskan Cilacap, Diskan Belu, Diskan Batang, Diskan Jambi, Armatim. Tahun 2001 : PPN Ternate, PPN Sibolga, PPN Pelabuhan Ratu, Diskan Aceh Selatan, Diskan Cilacap, Diskan Sabang, Diskan Tegal. Tahun 2002 : PT Catur Karmarina, PT Mina Sakti Indonesia, PPS Cilacap, PPN Ternate, PPN Sibolga, PPN Prigi, PPN Pelabuhan Ratu. Tahun 2003 : PPN Ternate, PPN Sibolga, PPN Prigi, PPN Pelabuhan Ratu. Tahun 2004 : Seluruh Pelabuhan Perikanan.

33 Data Yang Dipakai Tanggal berlayar Bobot kapal Volume palka
Alat tangkap Waktu penangkapan Koordinat penangkapan Jumlah dan jenis ikan tangkapan

34 Pengembangan Yang Telah Dilakukan Terhadap Informasi PPDPI
Kerjasama dengan BMG untuk penambahan informasi angin dan gelombang dalam PPDPI. Penyampaian informasi DPI melalui Studio Radio IFIC (Indonesia Fisheries Information Center) di Radio RRI Pro3 FM Penempatan informasi PPDPI dalam Web, kerjasama dengan Pusinfoyanmas-DKP & Indomaritim.com. Alamat :

35 Penggunaan Software CATSAT
(kerjasama dengan CLS Argos Perancis) yang dapat menerima data-data oseanografi : Suhu permukaan laut Tinggi permukaan laut Arus permukaan laut Konsentrasi plankton (kesuburan perairan) Suhu laut pada kedalaman 50, 100, 150, 200, 250 dan 300 meter Arah dan kecepatan angin Saat ini, pembuatan PPDPI lebih banyak menggunakan Data-data Satelit Oseanografi dari CATSAT Penggunaan teknologi IVR (Interactive Voice Respons) dan FOD (Fax on Demand) untuk pengiriman PPDPI secara otomatis

36 Rencana Pengembangan Sarana Distribusi PPDPI 2006 - 2010

37 RENCANA PENGEMBANGAN LEBIH LANJUT TERHADAP PEMANFAATAN PPDPI
Penyampaian informasi DPI melalui media elektronik (televisi) bekerjasama dengan TVRI. Penyampaian informasi jenis-jenis ikan pelagis ekonomis pada PPDPI.

38 TERIMA KASIH


Download ppt "chief PEMANFAATAN DATA SATELIT UNTUK PERIKANAN TANGKAP DI INDONESIA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google