Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ASPAL
2
SIFAT ASPAL YANG DIHARAPKAN
Fungsi aspal dalam perkerasan beraspal adalah sebagai bahan pengikat agar agregat tidak mudah lepas akibat lalu lintas dan lingkungan. Selain itu aspal juga berfungsi sebagai lapis kedap yang melindungi agregat dan material lain di bawahnya dari pengaruh air. Agar aspal dapat berfungsi seperti yang diharapkan maka aspal diantaranya harus memiliki karakteristik sebagai berikut: Aspal harus dapat melapisi agregat dan mengisi rongga antar agregat hingga perkerasan cukup rapat dan kedap dari air Aspal harus memberikan lapisan yang elastis sehingga perkerasan tidak mudah retak Aspal tidak peka terhadap perubahan suhu di lapangan Aspal mempunyai adhesi yang baik terhadap agregat yang dilapisi Aspal mempunyai kohesi yang baik Aspal tidak cepat rapuh atau lapuk Aspal mudah dikerjakan Aspal aman saat pengerjaan Aspal homogen dan tidak berubah selama penyimpanan Aspal memberikan kinerja yang baik terhadap campuran,
3
JENIS ASPAL TERDIARI ATAS ASPAL BUATAN DAN ASPAL ALAM
Aspal Buatan adalah aspal yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi Jenis Aspal Buatan mencakup Aspal Keras (Pen), Aspal Cair (Cut Back) dan Aspal Emulsi ASPAL ALAM Batuan (Rock Asphalt) Plastis (Trinidad) Cair (Bermuda Lake Asphalt)
4
ASPAL ALAM ATAU ASBUTON
LOKASI DEPOSIT ASPAL BUTON
5
DEPOSIT ASBUTON Deposit Asbuton di Kabungka Deposit Asbuton di Lawele
6
Deposit Asbuton di Beberapa Daerah Singkapan di Pulau Buton
No. Daerah Singkapan Asbuton Perkiraan Deposit (ton) Kadar Bitumen (%) 1. Waisiu + 35 2. Kabungka 3. Winto 4. Wariti + 30 5. Lawele
7
Tipikal Hasil Analisa Kimia Bitumen Asbuton dan Aspal Minyak
No Jenis Pengujian Bitumen Asbuton Aspal Minyak 1. Asphaltene, % 51,32 21,71 2. Malthene, %: - Nitrogen Bases (N) - Acidaffins I (AI) - Acidaffins II (AII) - Paraffins (P) 5,61 26,67 11,77 4,61 1,29 29,77 31,12 16,10 3. N/P 1,25 0,08 4. Parameter komposisi Malthene N AI AII + P 1,97 0,66
8
PERBANDINGAN ASBUTON DENGAN ASPAL MINYAK
PARAMETER ASBUTON ASPAL MINYAK Keseragaman Kualitas Tergantung deposit yang ditambang Lebih Konsisten Kandungan Bitumen + 25% > 99% Penggunaan dalam campuran Perlu pembatasan supaya tidak terlalu kaku Sesuai dengan kebutuhan aspal yang direncanakan Ketahanan terhadap temperatur tinggi dan lalu lintas berat Lebih baik dari aspal minyak Standar Ketahanan terhadap alur
9
Bagan Alir Produk Asbuton
10
JENIS ASBUTON YANG DIMANFAATKAN
ASBUTON BUTIR (Buton Granural Asphalt) Sumber Deposit: Kabungka Lawele Gabungan antara Kabungka dan Lawele SEMI EKSTRAKSI (Asbuton Modifikasi/Pra-campur) Sumber Deposit dari Kabungka FULL EKSTRAKSI (Bitumen Asbuton Murni) Sumber Deposit dari Lawele
11
PENGGUNAAN JENIS ASBUTON UNTUK CAMPURAN
ASBUTON BUTIR Campuran Panas Campuran Hangat Campuran Dingin Asbuton Semi dan Full Ekstraksi :
12
Aspal Buatan Skema Pembuatan Aspal Minyak
13
Aspal Keras Dalam perkerasan beraspal, pembagian jenis aspal keras dapat berdasarkan nilai penetrasi (Penetration Grade), nilai viskositas (Viscosity Grade) atau temperatur maksium dan minimum perkerasan rencana (Performance Grade). Aspal Keras Di Indonesia, untuk keperluan perkerasan beraspal, telah dikeluarkan SNI (Berdasarkan nilai penetrasi). Berdasarkan SNI tersebut aspal keras dibagi menjadi Aspal Pen 60/70 dan Aspal Pen 80/100.
14
Aspal Cair Aspal Cair (Cutback Asphalt) adalah aspal keras yang dilarutkan dalam pelarut tertentu. Sampai saat ini terdapat tiga jenis aspal cair berdasarkan jenis pelarutnya yaitu Rapid Curring (Mengering Cepat) atau RC yang pelarutnya adalah premium, Medium Curring (Mengering Sedang) atau MC yang pelarutnya adalah kerosin, dan Slow Curring (Mengering Lambat) atau SC yang pelarutnya adalah solar. Masing-masing jenis aspal cair ini dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelas berdasarkan viskositasnya yaitu misalnya RC-70, RC-250, MC-30, C-70 dst
15
Komposisi Perkiraan Aspal Cutback
Jenis Aspal cutback Kelas Aspal Pen 60/70 (% berat) Premium RC 30 70 250 800 3000 64 76 82 89 91 36 24 18 11 9 Minyak Tanah (% berat) MC 72 80 85 90 28 20 15 10 Minyak Tanah SC 60 84 88 40 16 12
16
Aspal Emulsi Aspal emulsi adalah aspal keras yang didispersikan secara merata ke dalam air. Untuk dapat mendispersikan aspal yang bersifat nonpolar ke dalam air yang bersifat polar diperlukan bahan emulsifier yang molekulnya memiliki bagian nonpolar dan bagian polar. Bagian nonpolar dari emulsifier akan larut atau masuk ke dalam aspal sedangkan bagian polar akan larut atau berada dalam air Aspal Keras Ada tiga jenis emulsifier berdasarkan muatan listriknya yaitu jenis kationik (bermuatan listrik positif), jenis anionik (bermuatan listrik negatif) dan nonionik (tidak bermuatan listrik). Jenis yang sudah biasa digunakan untuk aspal emulsi adalah jenis kationik untuk apal emulsi jenis kationik dan jenis anionik untuk aspal emulsi jenis anionik
17
Jenis aspal emulsi selain berdasarkan muatan listriknya juga dibedakan berdasarkan kecepatan mantap, viskositas, nilai penetrasi residu dan konsistensi apung. Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi terdiri dari aspal emulsi kationik (partikel aspal bermuatan positif dan tata nama diawali huruf “C” contoh CSS-1) dan aspal emulsi anionik (partikel aspal bermuatan negatif dan tata nama tidak diawali huruf “C” contoh SS). Berdasarkan kecepatan mantapnya (setting) aspal emulsi dibedakan menjadi memantap cepat (Rapid Setting, tata nama ditandai denga huruf “RS”), memantap sedang (Medium Setting, tata nama ditandai dengan huruf “MS”) dan memantap lambat (Slow Settig, tata nama ditandai dengan huruf “SS”)
18
SPESIFIKASI ASPAL UNTUK PERKERASAN JALAN
Persyaratan Asbuton Butir Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian Satuan Tipe 5/20 15/20 15/25 20/25 30/25 Kadar bitumen asbuton SNI % 18-22 23-27 Ukuran butir asbuton butir - Lolos Saringan No. 4 (4,75 mm), SNI 100 - Lolos Saringan No. 8 (2,36 mm), Min. 95 - Lolos Saringan No. 16 (1,18 mm), Min. 75 Kadar air, % SNI Maks. 2 Penetrasi bitumen pada 25 oC, 100 g, 5 detik. SNI 0,1 mm ≤ 10 10 – 18 28 – 32
19
Persyaratan Bitumen Asbuton Murni
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 2. Titik Lembek, C SNI Min. 55 3. Titik Nyala, C SNI Min. 225 4. Daktilitas; 25C, cm SNI Min. 100 5. Berat jenis SNI Min. 1,0 6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen;% berat RSNI M Min. 99 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI Max. 1 8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli Min. 65 9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm Min. 50
20
Persyaratan Asbuton Modifikasi
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 dctik; 0,1 mm SNI 2. Titik Lembek, °C SNI Min. 55 3. Titik Nyala, °C SNI Min. 225 4. Daktilitas; 25°C, cm SNI Min. 50 5. Berat jenis SNI Min. 1,0 6. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M Min. 90 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI Max. 2 8. Penetrasi setelah kehilangan berat,% asli 9. Daktilitas setelah TFOT, cm 10 Mineral Lolos Saringan No. 100,% * SNI
21
Persyaratan Aspal Minyak Pen 60/70
No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25C; 100 gr; 5 detik; 0,1 mm SNI 2. Titik Lembek, C SNI 3. Titik Nyala, C SNI Min. 200 4. Daktilitas 25C, cm SNI Min. 100 5. Berat jenis SNI Min. 1,0 6 Kelarutan dalam Trichlor Ethylen,% berat RSNI M Min. 99 7. Penurunan Berat (dengan TFOT),% berat SNI Max. 0,8 8. Penetrasi setelah penurunan berat,% asli Min. 54 9. Daktilitas setelah penurunan berat, cm Min. 50 10. Uji noda aspal - Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylene SNI Negatif 11. Kadar paraffin,% SNI Maks. 2
22
Persyaratan Peremaja Hangat
Jenis Pengujian Metoda Persyaratan Pengujian PH-1000 Viskositas: - pada 60C (cSt) atau - pada 82,2C, (dtk) AASHTO T-72 Kelarutan dlm TCE, (%) SNI Min. 99,5 Titik nyala, (C) AASHTO T-73 Min. 180 Berat Jenis, SNI Min. 0,95 Penurunan berat (TFOT), (% terhadap berat awal) SNI Maks. 5 Kadar parafin lilin, (%) SNI Maks. 2
23
Persyaratan Aspal Cair Penguapan Cepat
NO. JENIS PENGUJIAN RC-70 RC-250 RC-800 RC-3000 Min Mak MIn 1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 70 140 250 500 800 1600 3000 6000 2. Titik Nyala (TOC) 0C - 27 3. Kadar air (%) 0,2 4. Penyulingan, sulingan pada temperatur: 190 0C (%) 10 225 0C (%) 50 35 15 260 0C (%) 60 45 25 315 0C (%) 85 80 75 sisa penyulingan pada temperatur 360 0C (%) 55 65 5. Pengujian residu penyulingan Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 600 2400
24
Persyaratan Aspal Cair Penguapan Sedang
No. JENIS PENGUJIAN MC-30 MC-70 MC-250 MC-800 MC-3000 Min Mak 1. Kekentalan Kinematik 60 0C (cSt) 20 60 70 140 250 500 800 1600 3000 6000 2. Titik Nyala (TOC) 0C 38 - 66 3. Kadar air (%) 0,2 4. Penyulingan, sulingan pada temperatur: 225 0C 25 10 260 0C 40 15 55 35 315 0C 75 93 05 90 87 45 80 sisa penyulingan pada temperatur 360 0C (%) 50 67 5. Pengujian residu penyulingan Kekentalan absolut 60 0C (Poise) 300 1200 Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 120
25
Persyaratan Aspal Emulsi
Tipe Mantap Cepat Mantap Sedang No. Kelas RS - 1 RS - 2 HFRS - 2 MS - 1 MS - 2 MS - 2h Jenis Pengujian min mak A. Pengujian Aspal Emulsi 1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 - 2. Viskositas SF pada 50 0C, detik 75 400 3. Stabilitas setelah penyimpanan 1 24 jam, % 4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N CaCl2, % 60 5. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) Baik baik b. lapisan batuan kering, Cukup Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 6. Uji campuran semen (%) 7. Analisa sringan (%) 0,10 8. Sisa penyulingan (%) 55 63 65 9. Destilat minyak (%) volume emulsi B. Pengujian Sisa Penyulingan Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 200 40 90 Daktilitas 5 cm/menit (cm) Kelarutan dlm trechloroethilene,% 97,5 Uji apung 60 0C (detik) 1200
26
Persyaratan Aspal Emulsi (lanjutan)
Tipe Mantap Sedang Mantap Lambat No. Kelas HFMS-1 HFMS-2 HFMS-2h HFMS-2s SS-1 SS-1h Jenis Pengujian min mak A. PENG. ASPAL EMULSI 1. Viskositas SF pada 25 0C, detik 20 100 - 50 2. Viskositas SF pada 50 0C, detik 3. Stabilitas setelah penyimpanan 1a) 1 a) 24 jam, % 4. Pemisahan, 35 ml, 0,02 N CaCl2,% 5. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) Baik baik b. lapisan batuan kering, Cukup Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 6. Uji campuran semen (%) 2,0 7. Analisa sringan (%) 0,10 a) 8. Sisa penyulingan (%) 55 65 57 9. Destilat minyak (%) volume emulsi B. PENG.SISA PENYULINGAN Peng. Residu penyulingan Penetrasi pada 25 0C (0,1 mm) 200 40 90 Daktilitas 5 cm/menit (cm) Kelarutan dalam trichloroethylene 97,5 (% berat) Uji apung 60 0C (detik) 1200
27
Persyaratan Aspal Emulsi Ktionik
PENGIKATAN CEPAT PENGIKATAN SEDANG PENGIKATAN LAMBAT NO. SIFAT-SIFAT (CRS-1) (CRS-2) (CMS-2) (CMS-2h) (CSS-1) (CSS-1h) Min Mak 1. Kekentalan pada 250C (detik) - 20 100 Kekentalan pada 500C (detik) 400 50 450 2. Pengendapan 1 hari (%) 1 Pengendapan 5 hari (%) 5 3. Pemisahan 35 ml 0,8 (%) Sodium dioctylsufosuccinate 40 4. Daya tahan terhadap air : a. Lapisan batuan kering (%) 80 b. lapisan batuan kering, 60 Setelah semprotan air (%) c. Lapisan batuan basah (%) d. Lapisan batuan basah, 5. Muatan listrik positif Positif 6. Hasil uji camp. semen (%) 7. Analisa saringan (%) 0,10 8. Penyulingan : a. sisa destilasi (%) 65 57 b. kadar minyak (%) 3 12 9. Residu penyulingan : a. Penetrasi pada 250C, 100 g, 250 90 5 detik b. Daktilitas pd 250C, 5cm/min c. Kelarutan terhadap trichloro- 97,5 ethiyene (TCE) (% berat)
28
SEKIAN & TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.