Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KULIAH BIOTEK KE-10 ELEARNING KAMPUS 2

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KULIAH BIOTEK KE-10 ELEARNING KAMPUS 2"— Transcript presentasi:

1 KULIAH BIOTEK KE-10 ELEARNING KAMPUS 2
Oleh : Ir. Setyo Utomo,M.P.

2 PENDAHULUAN Pelopor transfer embryo adalah seorang ahli Biologi dari Universitas Cambridge Inggris yang bernama “Walter Heape” yang pada tahun 1890 telah berhasil melakukan transfer embryo kelinci Angora ke induk kelinci Belgia. Kemudian pada tahun dilakukan transfer embryo pada domba oleh Warwick, dkk., pada sapi dilakukan oleh Willet, dkk., pada tahun 1951 dan pada babi dilakukan oleh Kvansnickii pada tahun 1951. Teknik transfer embryo merupakan perlakuan hormonal terhadap sapi donor, untuk super ovulasi dan transfer embryo ke sapi resipien untuk dapat dibuntingkan. Di Jepang transfer embryo untuk yang pertama berhasil dilakukan di National Institute of Animal Industry (pada Kementrian Pertanian, kehutanan dan perikanan) pada tahun 1964.

3 APA TRANSFER EMBRYO ITU ??
Transfer embryo pada sapi merupakan teknik manipulasi genetik. Pada tahun tujuh puluhan transfer embryo khususnya pada sapi perah sudah banyak menjadi usaha komersial yang menguntungkan secara finansial, terutama setelah berhasil dibuatnya embryo beku yang memungkinkan penyimpanan dan transportasi embryo dari suatu wilayah atau negara ke negara lain di dunia. Saat ini embryo beku sudah merupakan komoditi yang memberikan banyak keuntungan pada produsennya. Pada prakteknya keuntungan transfer embryo adalah pada peningkatan kapasitas reproduksi dari harga ternaknya. Untuk beberapa tahun, sapi akan mempunyai peningkatan kualitas genetik seperti pada penggunaan IB yang kontribusinya berasal dari salah satu tetuanya. Sebaliknya tanpa transfer embryo, peningkatan kualitas genetik pada sapi dari induk betina terjadi sangat lambat karena sapi monotocus dan mempunyai waktu kebuntingan yang panjang, penurunan interval generasi diantara seleksi dan pengamatan dalam jumlah besar pada keturunan dari harga donornya.

4 APA TRANSFER EMBRYO ITU ??
Transfer embryo adalah sebuah teknik yang menggunakan embryo (ovum yang sudah dibuahi) yang dikoleksi dari saluran reproduksi betina sebelum nidasi dan dipindahkan ke saluran reproduksi betina lainnya untuk dapat terjadinya suatu kebuntingan yang meliputi, kebuntingan, implantasi dan kelahiran (Kanagawa, H. ed. 1988).

5 Keuntungan transfer embryo :
Memperbanyak turunan dari induk jantan dan betina dengan kualitas genetik prima. Peningkatan efisiensi reproduksi oleh karena peningkatan jumlah anak sekelahiran. Pemanfaatan sel telur dari induk superior yang dipotong oleh karena suatu sebab. Menentukan jenis kelamin embryo sesuai keinginan. Memungkinkan pemindahan gen dalam rangka pembentukan ternak transgenik. Mengubah tipe peternakan dalam waktu singkat misalnya dari tipe potong ke tipe perah.

6 Tahapan teknik embryo transfer meliputi :
Seleksi induk donor dan resipien Superovulasi pada betina donor Sinkronisasi siklus estrus Inseminasi Buatan pada donor Pemanenan Embryo, Klasifikasi embryo, Penyimpanan embryo dan pengenceran Cryopreservasi Transfer embryo. Dihubungkan dengan teknik In Vitro Fertilization, micromanipulation, Sexing (Karyotyping, metoda DNA-PCR) dan Cloning.

7 Tabel Keberhasilan transfer embryo dari tahun 1891 s/d 1978
Hewan Peneliti Animal 1891 Kelinci Heape 1932 Kambing Warwick et al 1933 Tikus besar Nicholas Domba 1942 Tikus putih Fekete&Little 1949 Warwick dan Berry 1951 Babi Kvansnickii Sapi Willet et al 1964 Hamster Blaha 1968 Musang Chang 1974 Kuda Oguri & Tsutumi 1975 Mink Adams 1976 Monyet Kreamer et al 1978 Kucing Schriver et al. Manusia Steptoe &Edward 1979 Anjing Kinney et al.

8 Tabel Perkembangan teknik transfer embryo pada sapi Sumber : NLBC, MAFF, Japan, September 1994.
Tahun Peneliti Keberhasilan pertama pada sapi 1951 Willet et al. Surgical methode 1964 Sugie Mutter et al Non Surgical Methode (by-pass) Non-Surgical methode (via cerviks) 1973 Wilmut & Roeson Pembekuan Embrio (DMSO) 1976 Hare, Mitchell Sexing Embryo (Karyotiping) 1979 Bilton & Moore Pembekuan embryo (Gliserol) 1981 Willadsen et al. Identical Twin by splitting 1982 Renard et al Brakett et al One step Straw Methode In Vitro Fertilization 1983 Lehn-Jensen et al Freezing of Bisected Embryo 1985 Hanada IVF dari Ovarium hasil pemotongan sapi (RPH) 1987 Massip et al Prather et al Vitrification Transplantasi Inti Sel

9 SELEKSI INDUK DONOR DAN RESIPIEN
Seleksi induk sapi donor diarahkan untuk mendapatkan sapi-sapi induk yang memiliki keunggulan genetik sesuai dengan keinginan kita berdasarkan teori-teori yang sudah ada dan memiliki kemampuan menurunkan nya pada generasi berikutnya. Seleksi sapi induk resipien ditujukan untuk normalnya perkembangan embryo unggul dari induk donor untuk dapat terlahir secara normal. A. Manajemen Sapi Donor 1) Kondisi Kesehatan Unit-unit transfer embryo harus mencermati secara teliti terhadap kondisi kesehatan sapi-sapi betina yang baru masuk ke dalam kumpulan ternak. Kondisi kesehatan betina-betina donor harus dijaga dengan menejemen yang ketat seperti karantina, test darah dan vaksinasi. Demikian juga pada saat betina-betina donor diseleksi, saluran reproduksi harus di uji secara palpasi rektal untuk mendeteksi abnormalitas dan tanpa diagnosis kebuntingan.

10 Kondisi kegemukan dan kekurusan dapat mengurangi fertilitas.
2). Pakan dan Manajemen Pakan yang tepat dan program manajemen untuk pemeliharaan sapi-sapi harus dilakukan secara tepat untuk menghasilkan produktivitas yang baik. Pemberian nutrisi yang jelek pada sapi berpengaruh terhadap perkembangan folikelnya. Kondisi kegemukan dan kekurusan dapat mengurangi fertilitas. Sapi Betina-betina donor harus dikontrol pertambahan berat badannya sampai pada berat badan yang diperlukan untuk kondisi optimumnya. Kontrol berat badan secara periodik dari ternak dan skoring kondisi badan akan membantu dalam pengaturan pemberian pakan.

11 Demikian juga pengamatan harian terhadap ternak sangat penting untuk keberhasilan transfer embryo. Kita juga harus selalu berhubungan dengan berbuat baik terhadap tukang kandang dalam manajemen ternak sapi donor. Sapi donor adalah sapi yang memiliki kualitas genetik terpilih untuk suatu tujuan dan akan dikembangkan keturunannya, sehingga harus memiliki indeks tinggi. Seleksi sapi donor sangat penting karena akan menentukan sapi yang akan dapat dikembangkan dan diperbaiki kualitasnya dan sapi yang mana yang akan dijadikan sebagai resipien. Sapi resipien adalah sapi yang akan menerima embryo untuk dapat ditumbuh kembangkan hingga terlahir anak sapi yang kita inginkan.

12 B. Seleksi terhadap Sapi donor
Seleksi sapi donor dilakukan secara teliti dan cermat karena akan menentukan keberhasilan dari program transfer embryo. Hal-hal yang harus dicermati adalah pencatatan atau sistem recording yang rapi, informatif dan sistematik agar riwayat sapi donor dapat diteliti dan dapat menghindari kelahiran anak sapi yang bermutu rendah. Hal ini mendasarkan sebagaimana teori Mendel, bahwa : “Meskipun anak pada F2 akan ada yang mutunya serupa tetuanya tetapi dapat menghasilkan anak yang justru berlawanan dengan tetuanya karena munculnya sifat resesif”.

13 Seleksi terhadap donor dilakukan dengan tujuan
“menguntungkan” secara finansial yang akan didapat dan diharapkan untuk memperoleh bibit dengan kualitas genetik prima sesuai dengan keinginan dan tujuan seleksi, sehingga perlu dilihat dua segi yaitu : Segi Ekonomis. Tujuannya adalah menjual embryo yang berkualitas dengan harga yang tinggi dan banyak dicari oleh kalangan pengusaha peternakan atau pihak-pihak yang membutuhkan dan secara berkelanjutan akan menguntungkan baik bagi konsumen maupun produsen. Segi Genotip. Tujuannya adalah membentuk sapi keturunan yang unggul dalam genotip maupun fenotipnya. Donor harus berasal dari sapi bibit unggul yang dapat dilihat dari silsilah (pedigree) dan hasil perkawinan pertama sehingga diperoleh hasil produksi susu maupun daging yang tinggi dengan harga jual yang tinggi pula.

14 Nilai dari betina donor dapat ditentukan berdasarkan standart perbedaan pada pewarisan genetik. Walaupun pada prakteknya teknik dari peningkatan genetik pada ternak adalah kita harus memilih betina donor yang secara genetik superior. Keberhasilan dari koleksi embryo juga ditentukan dari kondisi kesehatan sebaik dengan kesuburannya.

15 Kondisi yang penting lainnya yang harus diperhatikan adalah :
Kondisi saluran reproduksi. Kesuburan (Fertility). Kondisi tubuh secara umum. Kondisi kesehatan. Umur Sapi. Siklus birahinya teratur. Beranak setiap tahun, anak normal dan sehat. Berasal dari sapi yang subur (fertil). Tidak sedang dalam keadaan laktasi berat. Marketable.

16 kesehatan secara umum dari sapi donor
Sejarah klinis, perlu diketahui macam dan jenis penyakit yang pernah diderita dan tindakan yang pernah dilakukan. Sapi yang baru datang, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratoris secara menyeluruh dicocokkan dengan surat-surat yang ada Setelah sapi donor terpilih, donor harus diberi tanda dan dikelompokan tersendiri. Setiap individu mempunyai tanda (kode) khusus untuk mempermudah pencatatan (recording).

17 Pemilihan Induk Sapi Resipien.
Kesuburan baik, siklus birahi normal Sejarah melahirkan normal, birahi setelah melahirkan antara 60 sampai 90 hari Bebas penyakit reproduksi yang dibuktikan dengan palpasi rektal Sejarah reproduksi yang baik Ukuran tubuh ideal dan sesuai dengan besar tubuh donor Memiliki daya tahan penyakit yang baik Tidak sedang bunting atau dalam kondisi kering kandang Umur tidak terlalu tua tetapi sudah pernah melahirkan. Syarat-syaratnya tidak sebanyak pada pemilihan sapi donor, seleksi induk resipien hanya didasarkan pada :

18 TUGAS TERSTRUKTUR : Buat ringkasan materi dalam bentuk word, satu spasi, timesnewromans 12, sebanyak 1 halaman kwarto A4, kirim ke paling lambat 1 minggu setelah jadwal kuliah.


Download ppt "KULIAH BIOTEK KE-10 ELEARNING KAMPUS 2"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google