Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehWidyawati Dharmawijaya Telah diubah "6 tahun yang lalu
1
MANUSIA, PENDIDIKAN DAN PERMASALAHANNYA Oleh: Achmad Dardiri Disampaikan pada Seminar Regional Pendidikan dalam rangka memperingati Hardiknas tahun 2005, diselenggarakan oleh BEM FIP UNY 19 Mei 2005
2
Manusia dalam Pandangan Filsafat
Apakah manusia itu? Jawaban terhadap pertanyaan tsb sudah dirumuskan oleh para filsuf seperti Aristoteles, Ernst Cassirer, termasuk oleh pemikir Indonesia, Notonagoro. Menurut Aristoteles, manusia adalah animal ratio- nale (makhluk yang pandai berpikir); Menurut Ernst Cassirer, manusia adalah animal symbolicum (makhluk yang pandai menggunakan dan memahami simbol-simbol)
3
Menurut Notonagoro: Manusia adalah makhluk yang hakekatnya tersusun dari banyak unsur, atau bersifat majemuk-tunggal atau monopluralis, yakni: 1. kedudukan kodratnya: manusia adalah makhluk pribadi berdiri sendiri dan sekaligus makhluk Tuhan > monodualis 2. susunan kodratnya: manusia terdiri dari raga (alamiah, vegetatif, dan animal) dan jiwa (akal, rasa, dan kehendak >monodualis. 3. sifat kodratnya: manusia adalah makhluk perseorangan dan sosial > monodualis.
4
atau menurut versi lain,
Unsur-unsur hakekat kodrat manusia membutuhkan aktualisasi & pengembangan melalui pendidikan Di sinilah fungsi strategis pendidikan, yakni mengak- tualisasikan sekaligus mengembangkan semua potensi kemanusiaan, baik dalam hal kedudukan kodrat, susun an kodrat, maupun sifat kodratnya. atau menurut versi lain, baik dimensi individualitas, sosialitas, moralitas, maupun religiusitasnya secara terpadu. Dg. pendidikan, semua bakat (potensi) positif manusia dapat dimunculkan dan dikembangkan
5
Berlangsungnya proses pendidikan
Aktualisasi dan Pengembangan potensi kemanusiaan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, kursus-kursus, maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas. Pendidikan tidak berhenti ketika anak/peserta didik sudah mencapai kedewasaan, melainkan terus berlangsung seumur hidup (life-long education) Yang jelas, untuk mengaktualisasi & mengembang- kan bakat anak/peserta didik memerlukan biaya, tenaga, waktu dan sarana prasarana dsb.
6
Wadah Pendidikan Sepanjang Hayat (life-long education) (dalam Hadisusanto dkk., 1995: 172)
1. Pendidikan Persekolahan (dari jenjang pendidikan yang paling rendah sampai yang paling tinggi. 2. Pendidikan Luar Sekolah: a. Pendidikan Non Formal; b. Pendidikan Informal
7
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI INDONESIA (dalam Hadisusanto, 1995: 203)
Pada tahun 1970-an permasalahan pendidikan kita: 1. Pemerataan pendidikan 2. Daya tampung pendidikan 3. Relevansi pendidikan 4. Kualitas pendidikan 5. Efisiensi dan efektivitas pendidikan
8
Permasalahan Pokok Pendidikan Tinggi Dewasa ini (dalam Dirjen Dikti Depdiknas, 2004: 10) antara lain : 1. Relevansi dan Kualitas pendidikan tinggi 2. Soft skills 3. Pembiayaan pendidikan tinggi, dan 4. Pengelolaan perguruan tinggi
9
1. Relevansi dan kualitas pendidikan tinggi
Program pendidikan tinggi yang relevan dan berkualitas ditandai dengan kemampuan lulusan untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja, menciptakan lapangan kerja baru, atau mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan pengetahuan global
10
2. Kemampuan & Ketrampilan Pendukung (soft skills) antara lain:
1. Kemampuan berkomunikasi secara efektif baik se- cara verbal maupun melalui media tulisan. 2. Penguasaan bahasa asing (khususnya Bahasa Inggris. 3. Ketrampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. 4. Kemampuan belajar dan berpikir logis analitis 5. Kemampuan bekerja sama.
11
3. Pembiayaan Pendidikan Tinggi
Pembiayaan pendidikan tinggi di satu pihak merupa -kan kewajiban pemerintah sebagai perwujudan prog- ram peningkatan kecerdasan bangsa dan merupakan rangkaian program pendidikan secara keseluruhan yang telah dimulai dari jenjang pendidikan dasar dan menengah. Di pihak lain, mengingat lulusan program pendidikan tinggi sangat penting artinya bagi pengem- bangan sektor produktif, maka sektor swasta juga ber- kewajiban dalam pembiayaan pendidikan tinggi.
12
Lanjutan: Tahun 2003, Depdiknas telah menghitung rata-rata biaya pend. yang dibutuhkan pada setiap jenjang pendidikan pertahun persiswa adalah sbb.: - SD Rp ,- - SLTP Rp ,- -SLTA Rp ,- -PT Rp ,- Dilema: mengingat penghasilan rata-rata masy. Ind. masih sangat rendah. Menurut Bank Dunia, ada 55% yang berpenghasilan rata-rata perhari kurang dari US$ 2.00.
13
4. Pengelolaan Perguruan Tinggi
Saat ini di Indonesia dikenal 3 model organisasi PT, yaitu: 1. PTN 2. PT BHMN, dan 3. PTS Untuk PTN dan PTS diterapkan struktur organisasi yang seragam (PP No 60 tahun 1999)
14
Th.2003 menyusul USU dan pada awal 2004 UPI.
Lanjutan: Th ada 4 PTN yang berubah statusnya menjadi BHMN, yaitu: UI, UGM, ITB, dan IPB Th.2003 menyusul USU dan pada awal 2004 UPI. Sebagai BHMN, PT bersifat otonom termasuk dalam pengelolaan organisasi, sumber daya dan kegiatan akademik. Masing-masing PT-BHMN memiliki organ tertinggi yang dinamakan Majelis Wali Amanat (MWA) yang salah satu tugas dan fungsinya adalah mengangkat dan memberhentikan pimpinan serta menyetujui anggaran PT.
15
Sumber Bacaan Carnoy, Martin. 1974. Education as Cultural Imperialism.
New York: David Mc Kay Company, Inc. Cassirer, Ernst (diindonesiakan oleh Aloi A. Nugroho) Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esei tentang Manu- sia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Direk- torat Jenderal Pendidikan Tinggi Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (HELTS): Meningkatkan peran serta masyarakat. Jakarta. Hadisusanto, Dirto dkk Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta. .
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.