Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERENCANAAN LOKASI FASILITAS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERENCANAAN LOKASI FASILITAS"— Transcript presentasi:

1 PERENCANAAN LOKASI FASILITAS
DISUSUN OLEH : IPHOV KUMALA SRIWANA Materi ke-4

2 Analisis Kuantitatif Salah satunya : Model transportasi, untuk meminimasi biaya transportasi. Transportasi didefinisikan sebagai teknik pendistribusian suatu komoditas atau produk dari sejumlah sumber pada sejumlah tujuan dengan tujuan meminimumkan ongkos pengangkutan yang terjadi (Dimyati T,T dan Dimyati A.).

3 Contoh : Perusahaan 'XYZ' mempunyai dua pabrik di kota Semarang dan Bandung yang mensuplai produk ke empat kota yaitu Jogjakarta, Solo, Purwakarta dan Magelang. Berkaitan dengan permintaan produk yang terus meningkat, perusahaan berencana untuk membangun pabrik lagi. Dalam pendirian pabrik, menajemen perusahaan mempunyai dua alternatif kota yang akan didirikan pabrik yaitu Surabaya dan Malang. Biaya transportasi per unit, permintaan dan kapasitas maksimum produk seperti pada Tabel 9:

4 Tabel 9 Data Tabel Transportasi
Lokasi Permintaan Kapasitas Jogjakarta Solo Purwakarta Magelang Pabrik Semarang 18 20 25 15 650 Bandung 40 45 30 42 600 Surabaya 58 55 62 60 Tidak terbatas Malang 400 500 300 450 1650

5 Tabel 10. Tabel transportasi pendirian pabrik di Surabaya
Lokasi Permintaan Kapasitas Pabrik Jogjakarta Solo Purwakarta Magelang Semarang 18 20 25 15 650 Bandung 40 45 30 42 600 Surabaya 55 50 60 400 500 300 450 1650

6 Hasil transportasi untuk lokasi Surabaya adalah sebagai berikut :
Jogjakarta Solo Purwakarta Magelang Kapasitas Pabrik Semarang 100 18 20 25 450 15 650 Bandung 300 4O 45 30 42 6OO Surabaya 55 400 6O Permintaan 500 3OO 165O

7 Hasil perhitungan transportasi untuk lokasi Surabaya
From To Shipment Cost/Profit Semarang Jogjakarta 100 18 Solo 20 Purwakarta 25 Magelang 450 15 Bandung 300 40 45 30 42 Surabaya 55 400 50 60

8 Tabel 11. Tabel transportasi pendirian pabrik di Malang
Lokasi Permintaan Kapasitas Pabrik Jogjakarta Solo Purwakarta Magelang Semarang 18 20 25 15 650 Bandung 40 45 30 42 600 Surabaya 58 55 62 60 400 500 300 450 1650

9 Hasil transportasi untuk lokasi Malang adalah sebagai berikut :
Jogjakarta Solo Purwakarta Magelang Kapasitas Pabrik Semarang 100 18 20 25 450 15 650 Bandung 300 4O 45 30 42 6OO Surabaya 50 400 55 62 60 Permintaan 500 3OO 165O

10 Hasil Perhitungan Transportasi Untuk Lokasi Malang
From To Shipment Cost/Profit Semarang Jogjakarta 100 18 Solo 20 Purwakarta 25 Magelang 450 15 Bandung 300 40 45 30 42 Surabaya 58 400 55 62 60

11 KESIMPULAN : Berdasarkan perhitungan, biaya transportasi didirikannya pabrik di Surabaya sebesar Rp dan jika didirikan di Malang biaya transportasi sebesar Rp dengan demikian pendirian pabrik yang menguntungkan adalah Surabaya.

12 ANALISIS HIBRID Metode ini dikenal dengan Metode Brown Gibson, dimana metode ini mengkombinasikan faktor-faktor objektif dengan faktor-faktor subjektif.

13 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Tentukan beberapa lokasi yang akan dijadikan alternatif pendirian pabrik. Dari beberapa lokasi tersebut lakukan analisis secara seksama dan lakukan eliminasi setiap alternatif yang dipandang tidak layak untuk diplllh sebagal alternatif lokasi. Eliminasi terhadap lokasi inl dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan, seperti misalnya tidak cukup tersedianya sumber-sumber yang dibutuhkan seperti sumber energi, air, dan terlalu mahalnya harga tanah di daerah tersebut.

14 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Dari beberapa alternatif yang ada (setelah dilakukan elimlnasi untuk beberapa lokasi), tentukan ukuran performansi untuk faktor objektif dengan cara mengestimasikan seluruh biaya-biaya yang relevan masing-masing alternatif lokasi. Seluruh biaya-biaya tersebut masuk di dalam perhitungan total biaya tahunan (Ci).

15 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Ukuran performansl dari faktor objektif (OFi) dapat dihitung dengan rumus sebagal berikut.

16 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Lakukan estimasl ukuran faktor subjektif untuk masing-masing alternatif lokasi dengan langkah-langkah sbb: Tentukan rating faktor untuk masing-masing faktor subjektif yang ada dengan cara membandingkan/member! nilai antara satu faktor subjektif dengan faktor subjektif lalnnya secara berpasangan (forced-choice pairwise comparison). Cara penilaian blsa dilakukan dengan member! point 1 untuk faktor yang dinilal lebih balk atau lebih pentlng, dan memberi point 0 untuk faktor yang dinilal kurang baik/ku-rang penting. Untuk masing-masing faktor yang sama balknya/pentingnya bisa diberi point masing-masing 1. Dari hasil penilaian secara keseluruhan, hitung relative importance index.

17 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Rating factor dinotasikan sebagai Wj(j = 1, 2,... n.) Buat ranking masing-masing alternatif lokasi berdasarkan faktor subjektif yang ditetapkan, dengan cara membandingkan secara berpasangan antara alternatif satu lokasi dengan altematif lokasi lainnya. Ranking lokasi dinotasikan dengan Rij (0 ≤ Rij ≤ 1 dan ΣRij = 1).

18 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Tentukan ukuran performance faktor subjektif (SFi) dengan mengkombinasikan rating faktor subjektif dengan rangking lokasi. Ukuran performance faktor subjektif (SFi) diformulasikan sebagai berikut : SF, = W1.R11 + W2.R Wn.Rin

19 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Hitung Location Preference Measure (LPM) untuk masing-masing alternatif lokasi dengan jalan mengkombinasikan faktor objektif (OFi) dan faktor subjektif (SFi). Formula yang digunakan untuk menghitung LPM adalah : LPMi = k (OFi) + (1-k) (SFi) Notasi k merupakan bobot dari faktor objektif, dan 1-k merupakan bobot dari faktor subjektif.

20 PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH ANALISIS HIBRID
Jika pertimbangan penentuan lokasi hanya berdasarkan biaya tahunan saja maka hanya faktor objektif saja yang digunakan sebagai dasar pemilihan lokasi. Dengan demikian, nilai k sama dengan 1. Namun misalkan faktor objektif dipertimbangkan 3 kali lebih penting dibandingkan dengan faktor subjektif, maka nilai k adalah % atau 0,75. Tentukan lokasi yang dipilih dengan melihat nilai LPM terbesar dari alternatif lokasi.

21 Contoh 3 : Pemilihan lokasi pabrik baru di daerah Jawa Tengah dan DIY sedang diperhitungkan untuk 3 alternatif lokasi yaitu, Yogyakarta, Solo, Semarang. Pertimbangan pemilihan lokasi didasarkan pada faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif terdiri dari seluruh faktor biaya yang diperkirakan dikeluarkan tiap tahunnya, seperti perumahan karyawan, harga tanah, pajak, dan lain-lain. Total biaya tahunan yang diperkirakan dikeluarkan: Yogyakarta = Rp. 4 milyar Solo = Rp. 3 milyar Semarang = Rp. 5 milyar

22 Lanjutan Contoh 3 : Faktor subjektif yang dipertimbangkan ada 3 yaitu: lingkungan, pendidikan dan keamanan. Dalam hal ini faktor lingkungan dianggap lebih penting dari kedua faktor lainnya. Sedangkan faktor pendidikan dan keamanan dianggap sama pentingnya. Penilaian subjektif faktor-faktor tersebut terhadap alternatif lokasi sebagai berikut. : Faktor lingkungan : Yogyakarta dan Solo sama baiknya, Semarang lebih balk dari kedua yang lainnya Faktor Pendidikan : Yogyakarta lebih baik dari Solo dan Semarang, Semarang lebih baik dari Solo. Faktor Keamanan : Semarang lebih baik dari Solo, Solo lebih baik dari Yogyakarta

23 Untuk contoh 3, Pilih lokasi mana yang terbaik jika faktor objektif bobotnya 3 kali lebih penting dari pada faktor subjektif?

24 JAWAB : Menentukan faktor objektif untuk masing-masing lokasi seperti pada tabel berikut : Lokasi Biaya tahunan (Ci) (Milyar Rp) 1/Ci OFi Yogya 4 0.25 0.3205 Solo 3 0.33 0.4231 Smrg 5 0.20 0.2564 Jumlah 0.78

25 Perbandingan berpasangan masing-masing faktor subjektif adalah sebagai berikut :

26 Rangking masing-masing lokasi faktor 1

27 Rangking masing-masing lokasi faktor 2 (Pendidikan)
Lokasi (i) Perbandingan Berpasangan Site Ranking (Ri2) 1 2 3 Yogya 2/3 = 0.667 Solo Semarang 1/3=0.333 Jumlah

28 Rangking masing-masing lokasi faktor 3

29 Rangkuman faktor-faktor subjektif :
Faktor (j) Site Rating (Rij) Relative importance Index (Wi) Yogyakarta Solo Semarang 1. Lingkungan 0,25 0,5 2. Pendidikan 0,667 0.333 3. Keamanan 0,333 Jumlah 1

30 Nilai subjektive factor (SFi) masing-masing lokasi:
SF (Yogya) = (0,25) (0,50) +(0,667) (0.25) + (0) (0,25) = 0,2917 SF (Solo) = (0,25) (0,50) +(0) (0,25) + (0,333) (6.25) =0,2083 SF (Smg) = (0,50) (0.50) +(0,333) (0,25) + (0,667) (0,25) = 0,5000 Jumlah LPM masing-masing lokasi (kombinasi faktor objektif dan faktor subjektif) : Faktor objektif: k = % = 0,75 Faktor subjektif: 1 - k = 0,25

31 Nilai LPM Masing-masing lokasi :
LPMi K(OFi) + (l-k)(SFi) LPM (Yogya) = (0,75) (0,3205) + (0,25) (0.2917) = 0,3133 LPM (Solo) = (0,75) (0,4231) + (0,25) (0,2083) = 0,3694 LPM (Semarang) = (0,75) (0,2564) + (0,25) (0,5000) = 0,3173 Jumlah 1 Kesimpulan : Lokasi terpilih (LPMi terbesar) adalah Solo.

32 Penentuan Lokasi Fasilitas dengan Pendekatan Kontinyu
Model lokasi fasilitas kontinyu adalah penentuan lokasi optimal satu atau lebih fasilitas pada bidang dua dimensi (Heragu, S.). Analisis ini dapat digunakan untuk beberapa masalah antara lain penentuan lokasi untuk airport, sekolah, peralatan mesin, fasilitas produksi, kantor pos, rumah sakit, perpustakaan dan lain-lain (Tompskin, J., A., et oL). Kelemahan metode ini adalah lokasi terpilih terkadang menjadi salah satu yang tidak layak untuk didirikan. Oleh karena itu metode ini akan berguna sebagai metode untuk mendekati solusi yang layak.


Download ppt "PERENCANAAN LOKASI FASILITAS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google