Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Meneladani Bunda Maria
di Jalan Salib Keluarga
2
Salib Keluarga Setiap orang dan setiap keluarga ada salibnya masing-masing. Ada PENGORBANAN Cinta terbesar = pengorbanan Mengapa perlu ada pengorbanan? Tidak ada yang sempurna!!!
3
Jalan Salib – In Cruce Salus
Dalam setiap penderitaan Tuhan selalu punya rencana yang indah atas diri kita/keluarga kita. Syaratnya : kalau bisa hindari, namun kalau tidak bisa mencebur ke dalam tiap pengalaman itu, setia, bersabar, dan belajar. Rm 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
4
Hidup adalah pergulatan menghindari penderitaan, dan mencari kebahagiaan.
Penderitaan/kesulitan adalah hal yang paling dihindari oleh manusia. Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan.
5
Penderitaan itu adalah wajah kesedihan yang mewakili banyaknya masalah hidup yang terjadi.
Sedangkan kebahagiaan adalah wajah kedamaian dan ketenangan dalam jiwa seseorang.
6
Pemazmur : Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?” (Mzm. 42:4). Di Balik Kebahagiaan Ada Kesedihan Saat ada derita dan sedih, carilah titik-titik yang membahagiakan.
7
Manusia mengalami salib kehidupan
Manusia mengalami salib kehidupan. Salib yang dirangkul dengan penuh ketaatan dan penyerahan diri karena kesadaran akan In Cruce Salus. Dalam salib ada kemenangan. Dalam salib ada kebahagiaan. Salah satu kunci menemukan kebahagiaan dalam salib adalah totalitas ketaatan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
8
Setia dalam kebahagiaan adalah mudah, namun sebaliknya setia dan taat dalam penderitaan membutuhkan perjuangan dan iman!. Apakah mungkin? Ya, pasti. Maria adalah teladan utama dalam penderitaan. Hidupnya diwarnai dengan sikap taat dan berserah.
9
Menimba inspirasi dan kekuatan dari ke-7 duka Bunda Maria
10
Mater Dolorosa – “Salib Marian”
Kedukaan sewaktu Simeon meramalkan apa yang terjadi atas diri Yesus, Anaknya sewaktu ia bersama Yusuf mempersembahkan Yesus di bait Allah. Kedukaan yang dialaminya sewaktup pengungsian ke Mesir. Kedukaan sewaktu ia bersama Yusuf mencari yesus di Yerusalem. Kedukaan sewaktu bertemu Yesus di jalan salib. Kedukaan sewaktu Yesus di salib dan wafat. Kedukaan sewaktu dibaringkan di pangkuannya. Kedukaan sewaktu Yesus dimakamkan.
11
Dasar Kekuatan Maria Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-MU ECCE ANCILLA DOMINI FIAT MIHI SECUNDUM VERBUM TUUM” Luk 1:38
12
Mengapa mampu Relasi istimewa dengan Tuhan menjadikan Maria: rendah hati, Taat/Setia, dan Berserah/Iklas. Seluruh hidup Maria: tergantung pada Tuhan! Maria yakin: Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (Mzm 46:1)
13
Makna Biblis Ketaatan Dalam PL, kata yang dipakai dalam untuk taat/patuh adalah kata Ibrani Syama atau Syema, yang secara harafiah berarti “mendengarkan”. Ul 6:4: Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kata "mendengar" = pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara. Siap melakukan apa yang diperintahkan. Hati, budi, dan pikiran terarah pada Sang Mahakuasa. Ketaatan sejati dan sikap berserah diri adalah SATU bagian yang tak terpisahkan.
14
Jalan Salib Maria (1) Nubuat Simeon: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35).
15
Bahagia dan derita telah diramalkan Simeon.
Bahagia saat melahirkan Sang Penyelamat, diikuti derita karena menemani dengan penuh kasih Sang Putera. Sebuah “pedang” akan menembus jiwa Maria.
16
Adalah kebahagiaan dan sukacita orangtua saat melihat anaknya bertumbuh sehat dan cerdas.
Namun, tidak selamanya bahagia! Saat anaknya bertumbuh berarti makin terbukanya resiko yang mungkin menyebabkannya bersedih hati atau derita dan kesulitan Apapun bentuknya, entah lambat atau cepat anak akan melakukan kesalahan atau anak mendapat musibah itu adalah “derita”
17
“Orangtua tersenyum menyaksikan anaknya tumbuh makin dewasa, namun “konon” hatinya akan selalu was-was oleh cinta yang harus melepaskan.”
18
Jalan Salib Maria (2) Menyingkir ke Mesir: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana... Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah...” (Mat 2:13.16)
19
Maria dipanggil untuk menciptakan sebuah ‘home’ di tempat yang asing, jauh dari sanak saudaranya sendiri, untuk tetap setia pada Yusuf dan memberi rasa aman kepada Yesus putranya. Maria adalah manusia biasa seperti kita, namun ia berjuang membangun keluarga dengan luar biasa di tempat yang sangat tidak memungkinkan. Dalam keluarga, mungkin terjadi ada anggota keluarga yang tersingkir dan terusir; atau mengalami keadaan yang keadaan tidak menentu. Gambaran kedukaan ini menantang dengan sangat kesabaran kita di tengah situasi yang tidak ideal!
20
Jalan Salib Maria (3)
21
Jalan Salib Maria (3) Kehilangan Yesus di Bait Allah: “ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem... berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan. Karena tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah...” (Luk 2:43-46)
22
Peristiwa ‘Kehilangan anak’ adalah peristiwa yang menyebabkan rasa takut, cemas, khawatir, panik, dll kedukaan yang sangat riil bagi setiap orangtua. Bagi mereka yang tidak berkeluarga, rasa kehilangan ini sama riilnya mempengaruhi seluruh diri tatkala orang yang dikasihi tidak bisa dihubungi atau ditemukan di manapun.
23
“Kehilangan” suami/istri/anak ….
Terus mencari, namun akhirnya harus ada kebesaran hati (jawaban Yesus pada Maria) Maria Berserah pada Tuhan Dan ibu-Nya “menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya”.
24
Jalan Salib Maria (4)
25
Berjumpa Yesus di Jalan Salib: “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Berbahagialah perempuan mandul yang rahimnya tidak pernah melahirkan, dan yang susunya tidak pernah menyusui.” (Luk 23:27-29)
26
“Via Dolorosa”, jalan Kedukaan.
Kita semua pernah melangkah di jalan kedukaan kita masing-masing, namun tak pernah sebanding dengan jalan kedukaan yang dilalui oleh Maria di Jalan Salib Yesus, Putranya. Sikap Maria di jalan salib ini mengundang keberanian kita untuk memandang mereka yang kita sayangi, memandang dengan sepenuh hati, memberikan diri dan energi sebisa mungkin lewat kehadiran, sentuhan, senyuman, tatapan mata. Keberanian seperti ini hanya mungkin kalau kita punya iman sekalipun sebesar biji sesawi saja!
27
Jalan Salib Maria (5) Berdiri di kaki salib: “Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!” Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya (Yoh 19: )
28
Kesedihan Maria kini menjadi kesedihan karena menyaksikan mereka yang telah menyebabkan kematian Yesus, Putranya. Maria melihat bagaimana murid-murid lain lari dan menjauhi salib. Sebagai ‘murid’, Maria tidak mengutuki mereka yang lari dari salib Yesus. Ia merasa sedih melihat ketidakmampuan mereka bertahan dalam penderitaan, mengamati ketidakberanian mereka untuk tetap hadir di samping Yesus yang menderita sampai mati. Maria berduka karena tidak ada yang membela Putranya, sementara ia sendiri tak berdaya sebagai perempuan di depan kebengisan prajurit, massa, dan penguasa SENDIRIAN …..
29
Jalan Salib Maria (6) Memangku jenasah Yesus dari salib: “Sesudah itu Yusuf dari Arimatea ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.” (Yoh 19:38)
30
Pieta - Compassion
31
Pieta –berbelarasa Pieta menggambarkan betapa berat penderitaan seorang ibu menaggung derita anaknya. Maka memandang Pieta justru menyejukkan karena kita diingatkan bahwa kita tidak sendirian. Bunda pasti juga menanggungkan penderitaan kita sehari hari.
32
Jalan Salib Maria (7) Memakamkan Yesus: “Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang... mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.” (Yoh 19:40-42)
33
Saat berpisah selamanya …
Saat berpisah selamanya …. Kehilangan total adalah peristiwa yang sangat menyedihkan. Maria mengalaminya. Dia harus rela dan pasrah. Dia hanya bisa berserah pada Tuhan. Kita pun harus bisa demikian, berserah pada Tuhan untuk mendapatkan kekuatan dari padaNya untuk melanjutkan hidup. Gambaran “makam” ini juga mengingatkan kita bahwa saat akhir hidup adalah sesuatu yang pasti bagi kita pada saatnya ....
34
Maukah engkau bahagia? Masih bingung? Atau takut? Gengsi? Merasa serba salah? Dendam? Sakit hati? Marah? Itu bukti bahwa Anda memang tidak ingin merasakan KEBAHAGIAAN!
35
Akhirnya kalau mau kuat dan tabah serta bahagia walau pun ada duka
Mau berusaha, (termasuk dalam mengampuni) Merasa cukup, dan Selalu Bersyukur kepada TUHAN Yang Maha kasih.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.