Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
ARTI DAN RUANG LINGKUP AGAMA
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia . Agama muncul dalam kehidupan manusia pada berbagai dimensi dan sejarahnya. Secara bahasa, kata “agama” berasal dari bahasa sanskerta yang berarti “tidak pergi”, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Secara istilah agama berarti undang-undang atau peraturan-peraturan yang mengikat manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam yang teratur dan damai.
2
Lanjutan... Oxford Student Dictionary (1978) mendefenisikan agama (realigion) dengan “ the belief in the exitence of supranatural ruling power, the creator and controller of the universe” yaitu suatu kepercayaan akan keberadaan suatu kekuatan pengatur supranatural yang menciptakan dan mengendalikan alam semesta. Menurut Abu Ahmadi, agama menurut bahasa ada 2 arti, yaitu: 1. Agama berasal dari bahasa sanskerta yang diartikan dengan haluan, peraturan, jalan atau kebaktian kepada Tuhan. 2. Agama terdiri dari 2 kata yaitu A, berarti tidak, dan Gama berarti kacau balau, tidak teratur. Jadi agama berarti tidak kacau balau yang berarti teratur.
3
Lanjutan... Sebuah agama secara umum meliputi tiga persoalan pokok, yaitu: 1. Keyakinan (credial) yaitu keyakinan akan adanya suatu kekuatan supranatural yang diyakini mengatur dan mencipta alam. 2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukanya. 3. Sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinannya tersebut.
4
JENIS – JENIS AGAMA Di tinjau dari sumbernya agama di bagi menjadi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu adalah agama yang di terima oleh manusia dari Allah Sang Pencipta melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Sedangkan agama yang bukan wahyu bersandar semata-mata kepda ajaran seorang manusia yang di anggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai secara mendalam.
5
Lanjutan... Ditinjau dari segi penyebarannya ada agama misionari dan agama bukan misionari. Agama misionari yaitu agama yang menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajaran-ajarannya kepada manusia lainya. Agama bukan misionari adalah agama tidak menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajaranya kepada orang lain, cukup di sebarkan dilingkungan tertentu saja.
6
KEBERADAAN AGAMA Agama sebagai realita dipandang para ahli dari berbagai sudut pandang. Fenomena dan perilaku para penganut agama menarik minat para ahli psikologi untuk menyelidiki agama. Salah satunya adalah Freud yang memandang bahwa agama berasal dari ketidak -mampuan manusia menghadapi kekuatan alam dari luar dirinya dan juga kekuatan insting dari dalam dirinya. Agama dianggap teori primitif tentang alam dan dengan itu manusia mencoba merebut kenyataan yang dapat mendekatkan kehendak hati daripada membenarkan adanya fakta-fakta di kehidupannya.
7
Lanjutan... Muhammad Iqbal membantah pendapat Freud karena hal itu tidak berlaku untuk semua agama, meskipun memang ada kepercayaan yang demikian. Agama bukan suatu ilmu fisika atau kimia yang mencari keterangan dari alam dalam arti sebab akibat. Akan tetapi sesuatu pengalaman konkret dalam jiwa manusia yang berlangsung lama. Dan dapat dibuktikan baik secara akal atau pragmatis oleh para pemikir dan para nabi dalam sejarah panjang manusia.
8
Lanjutan... Parah ahli sosiologi yang melihat agama sebagai fenomena sosial masyarakat, tertarik pula untuk menyelidikinya. Seorang sosiolog Aguste Comte ( ), menilai agama sebagai salah satu bagian dari tahap-tahap pemikiran yang berkembang pada sejarah peradaban dunia. Ada 3 tahap perkembangan intelektual yaitu , tahap teologis atau fiktif , tahap metafisik dan tahap ilmu pengetahuan positif.
9
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
1. FITRAH TERHADAP AGAMA Kenyataan ditemukannya berbagai macam agama dalam masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa di bawah sistem keyakinan adalah tabiat yang merata pada manusia. Tabiat ini sudah ada sejak manusia lahir sehingga tak ada pertentangan sedikit pun dari seseorang yang tumbuh dewasa dalam sebuah sistem kehidupan. Agama-agama yang berbeda tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut.
10
Lanjutan... Susunan jagat raya yang mengagumkan ini menunjukan keagungan Sang Pencipta, sistem yang sangat sempurna telah dibuat demi kelangsungan kehidupan. Maka penyembahan manusia kepada Pencipta adalah suatu karakteristik dari penciptaan itu sendiri. Seperti ketundukan satelit mengorbit pada planetnya.
11
Lanjutan... أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya , dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (An-Nur, 24 : 41)
12
Lanjutan... Keteraturan seluruh elemen alam semesta ini membangkitkan kesadaran bahwa kehidupan manusia membutuhkan keteraturan tersebut. Perbedaan watak manusia memunculkan dimensi yang berbeda pada hukum-hukumnya. Apabila terjadi penyimpangan dalam keteraturan maka akan mengakibatkan kerusakan baik bagi alam maupun bagi manusia, bisa berupa kehancuran fisik dan sosial.
13
Lanjutan... Dimensi pahala dosa dan pembalasan terdapat pada hampir seluruh agama di dunia. Dimensi ini secara luas diterima manusia bahkan dalam cara berfikir modern sekalipun. Paham materialisme yang menganggap materi sebagai hakikat abadi di alam justru tidak mendapat tempat di dunia modern.
14
Lanjutan... وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُم بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّون Dan mereka berkata : Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita hidup dan mati dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka hanya menduga-duga saja. (Al-Jaasiyah, 45 : 24)
15
2. PENCARIAN MANUSIA TERHADAP AGAMA
Akal yang sempurna akan senantiasa menuntut kepuasan berfikir, oleh karena itu pencarian manusia terhadap kebenaran agama tak pernah lepas dari muka bumi. Penyimpangan dari sebuah ajaran agama dalam sejarah kehidupan manusia dapat diketahui pada akhirnya oleh pemenuhan kepuasan berfikir manusia yang hidup kemudian. وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung , lalu Dia memberikan petunjuk. ( Ad-Duha 93: 7 )
16
Lanjutan... Seiring dengan sifat-sifat mendasar pada manusia, dalam salah satu kitab (Al-Qur’an) sebagian besar isinya menantang kemampuan berfikir manusia untuk menemukan kebenaran yang sejati. Tatkala seseorang gelisah dengan jalan yang dilaluinya kemudian ia “menemukan” sebuah pencerahan, maka niscaya ia akan memasuki dunia yang lebih memuaskan akal dan jiwanya.
17
Lanjutan... وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلاَ أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَةٌ مِّن رَّبِّهِ قُلْ إِنَّ اللّهَ يُضِلُّ مَن يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ .مَنْ أَنَابَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu'jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya",(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’d , 13 : )
18
3. KONSITENSI KEGAMAAN Manusia di diciptakan dengan hati nurani yang sepenuhnya mampu mengatakan realitas secara benar dan apa adanya, namun manusia juga memiliki keterampilan kejiwaan lain yang dapat menutupi apa-apa yang terlintas dalam hati nuraninya, yaitu sifat berpura-pura. Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati nuraninya terhadap agama yang dipeluknya, meskipun menjaga konsistensi bukan hal yang mudah.
19
a. Pengenalan Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya sehingga bisa membedakannya dengan agama yang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan mengetahui ciri-ciri pokok dan cabang yang terdapat dalam sebuah agama. Jika ada orang yang menyatakan semua agama itu sama maka dapat dipastikan bahwa sebenarnya ia tak mengenali agama itu satu persatu.
20
b. Pengertian Ajaran agama yang dipeluk pasti memiliki landasan yang kuat, tempat dari mana seharusnya kita memandang. Mengapa suatu ajaran diajarkan, apa faedahnya untuk kehidupan pribadi dan masyarakat, apa yang terjadi apabila manusia meninggalkan ajaran tersebut dan lain-lainnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan mengantarkan kita kepada sebuah pengertian.
21
c. Penghayatan Penghayatan terhadap suatu ajaran agama lebih daripada sekedar pengertian. Ajaran yang hidup dalam jiwa menjadi kecenderungan yang instingtif mencerminkan tumbuhnya sebuah kesatuan yang tak terpisahkan antara agama dan kehidupan. Interaksi seseorang terhadap ajaran agamanya pada fase ini tidak hanya dengan pikirannya tetapi lebih merasuk ke dalam relung-relung hati sehingga mendorongnya untuk melaksanakan agama dengan tulus ikhlas.
22
d. Pengabdian Seseorang yang tidak lagi mempunyai ambisi pribadi dalam mengamalkan ajaran agamanya akan dapat memasuki pengabdian yang sempurna. Kepentingan hidupnya adalah kepentingan agamanya, tujuan hidupnya adalah tujuan agamanya, dan warnanya adalah warna agamanya. Orang yang memasuki fase ini bagaikan sudah tak memiliki dirinya lagi, karena demikianlah hakekat pengabdian.
23
e. Pembelaan Apabila kecintaan seseorang terhadap agamanya telah demikian tinggi, maka tidak boleh ada perintang yang menghalangi laju jalannya agama. Rintangan terhadap agama adalah rintangan terhadap dirinya sendiri sehingga ia akan segera melakukan pembelaan. Ia rela mengorbankan apa saja yang ada pada dirinya, harta benda bahkan nyawa, bagi nama baik dan keagungan agama yang dipeluknya. Pembelaan ini disebut jihad, yaitu suatu sikap yang sungguh-sungguh dalam membela agamanya.
24
Lanjutan... Itulah makna konsistensi keagamaan seseorang yang ditampakkan pada jalan kehidupannya. Sejarah mencatat fenomena ini dalam berbagai agama dan ideologi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia. Allah berfirman : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (Al-Hujurat , 49 :15 )
25
Agama adalah sebuah sistem keteraturan yang mengendalikan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan sesama manusia dan hubungan dengan alam. Sistem ini bersifat menyeluruh dan mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia dimana pun mereka berada atau tinggal.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.