Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KITAB SUCI DAN TRANSFORMASI HIDUP

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KITAB SUCI DAN TRANSFORMASI HIDUP"— Transcript presentasi:

1 KITAB SUCI DAN TRANSFORMASI HIDUP
Mengembangkan dan Memanfaatkan Pertanyaan Kursus Pemandu Kitab Suci oleh Rm. Vitus Rubianto, s.x.

2 LANGKAH PERTAMA: STUDI KRITIS
Mana persoalan-persoalan kritis dalam teks Kitab Sucinya? Pemandu harus bijaksana, dengan tidak mengikuti kecenderungan mengajar, atau membuat satu kuliah mini. Jika pertanyaan memang mengandaikan jawaban dari Pemandu, hal itu bisa dipakai langsung sebagai dasar pertanyaan baru. Proses belajar ini kadang membantu kita untuk membebaskan diri dari pra-paham lama dan melihat kembali bagaimana teks berbicara sendiri dengan cara yang mungkin jarang kita dengar.

3 Mengembangkan Pertanyaan
Mengembangkan pertanyaan yang mendalam adalah aspek yang paling penting dan paling sulit dari cara kepemimpinan ini: Pertanyaan-pertanyaan manakah yang paling penting untuk ditanyakan? Tidak ada cara ampuh untuk mengajar orang bagaimana merumuskan pertanyaan yang baik. Pertanyaan paling kritis ditemukan dalam persoalan kritis yang dikemukakan oleh teks Kitab Sucinya sendiri.

4 Pertanyaan Kritis “Kritis” berarti bahwa kita tidak puas saja dengan “kebenaran” baku yang sudah biasa kita dengar dari luar, tetapi bukan dari teksnya sendiri. “Kritis” itu berarti “memperhatikan tiap keanehan yang nampak dalam perikop Kitab Sucinya”. “Kritis” berarti siap mencari sendiri dan bertemu dengan Dia yang memanggil kita untuk mengikuti-Nya secara pribadi.

5 LANGKAH KEDUA: PENGHAYATAN
Bagaimana mengembangkan penghayatannya? Pemandu mengajak peserta untuk membayangkan peristiwanya dengan melibatkan perasaan atau mengidentifikasikan diri dengan tokohnya, mengamati gambaran dan kiasan yang dipakai, dan mencari makna simbolisnya. Hanya jika teksnya menjadi hidup bagi kita, kita mampu mendengar kembali pertanyaan yang jawabannya sudah ada dalam teksnya sendiri. Proses pengembangan ini membuat teksnya masuk dalam hidup kita sebagai pelakunya yang aktif.

6 Pertanyaan Kritis dan Pengembangannya
Tidak bisa selalu dipastikan mana yang harus ditemukan lebih dulu: kadang kala satu teks lebih baik dipelajari dulu dengan menemukan pertanyaan kritisnya, tetapi bisa jadi pertanyaan kritis muncul justru dengan memperluas dan mengembangkan pertanyaan yang biasa. Praktek dan pengalamanlah yang akan mengajarkannya. Dalam hal ini pemandu selalu ditantang untuk mampu menemukannya bersama kelompok, menahan diri untuk memberikan segala informasi yang diketahui, dan berani menjadi “miskin” agar kelompok menjadi “kaya”.

7 Memanfaatkan Imajinasi
Satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan pertanyaan adalah dengan memperhatikan gambar dan lambang-lambang. Kitab Suci bicara dengan lambang-lambang, tetapi kita terlalu terbiasa berbicara dengan ide dan rumusan. Lambang itu seperti granat, agar maknanya dapat meledak, perlu memainkan perasaan dan imajinasi kita, perlu mengajak orang untuk mampu melihat gambarannya dan melukiskan apa yang mereka lihat.

8 LANGKAH KETIGA: PENERAPAN
Bagaimana latihan penerapannya? Apa relevansi pesan teks Kitab Suci itu bagi kehidupan kita? Inilah saat paling menentukan untuk pertobatan dan perubahan pribadi. Tidak cukup mengamati teksnya saja yang mungkin mirip dengan situasi kita, perlu membiarkannya masuk lebih dalam ke dalam diri kita, sampai mencetuskan satu pencerahan budi akan perubahan yang perlu. Latihan penerapan teks ini mendorong kita untuk melihat diri kita sendiri di hadapan teks sebagai cermin dan memulai proses perubahannya.

9 bukan Informasi, tapi Transformasi
Tugas kita para pemandu bukan mengajar Kitab Suci pada umat kristiani yang buta Kitab Suci, tetapi menuntun mereka untuk menemukan dalam teks Kitab Sucinya kebenaran yang mengubah kehidupan mereka.

10 KEMBALI KE KISAH ORANG SAMARIA Lukas 10:25-37
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu… jiwamu… kekuatanmu… akal budimu Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Pertanyaan Ahli Taurat kepada Yesus Dan siapakah sesamaku manusia? … Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Orang Samaria yang murah hati

11 PERTANYAAN YANG BIASA Siapakah tokoh-tokohnya? Apakah persoalannya yang dihadapi tokoh-tokohnya? Bagaimanakah alur ceritanya? Manakah puncak ketegangannya? Apakah ada pemecahannya? Bagaimanakah pemecahan persoalan itu diungkapkan?

12 PERTANYAAN YANG MELIBATKAN
Apa artinya bagi kita “kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”? Mengapa harus dikatakan “seperti dirimu sendiri”? Lalu apa yang terjadi kalau kita tidak mencintai diri sendiri? Apa yang membuat Ahli Taurat itu “buru-buru” bertanya “Dan siapakah sesamaku manusia?” (Luk 10:29) Jika masing-masing membawa alat tulis dan sepucuk kertas, coba tuliskan apa yang kita kasihi dengan “segenap hati, jiwa, kekuatan, dan akal budi” itu, tanpa menggunakan nama Tuhan Allah! Maksudnya, dalam hidup sehari-hari, manakah yang akan kita anggap sebagai “Allah”?

13 PERTANYAAN KRITIS Kemanakah kira-kira tujuan perjalanan orang-orang yang dikisahkan itu? Bacalah Kitab Imamat 21:1-3! “TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada para imam, anak-anak Harun, dan katakan kepada mereka: Seorang imam janganlah menajiskan diri dengan orang mati di antara orang-orang sebangsanya, 2 kecuali kalau yang mati itu adalah kerabatnya yang terdekat, yakni: ibunya, ayahnya, anaknya laki-laki atau perempuan, saudaranya laki-laki, 3 saudaranya perempuan, yang masih perawan dan dekat kepadanya karena belum mempunyai suami, dengan mereka itu bolehlah ia menajiskan diri. Apa kira-kira kebimbangan yang dialami oleh imam (dan “orang lewi”) itu di hadapan orang yang jatuh ke tangan penyamun? Mengapa justru orang Samaria yang dikatakan “berbelaskasihan” (Luk 10:34)? Dari manakah sumbernya rasa belas kasihan itu kalau kita melihat diri kita sendiri? Jika kita menyebut perumpamaan ini tentang “orang Samaria yang murah hati”, menurut Anda, apakah dia berhenti karena dia “murah hati” atau kita menyebut dia “murah hati” karena dia berhenti? Kita biasanya berpikir bahwa inti pengajarannya adalah bahwa kita juga harus bermurah hati, bagaimana “kemurahan hati” itu bisa diajarkan?

14 CARA YESUS MENYEMBUHKAN
Ahli Taurat itu bertanya “siapakah sesamaku manusia?” (Luk 10:29). Bagaimana Yesus merumuskan kembali pertanyaannya pada akhir cerita (lihat Luk 10:36)? Adakah perbedaannya? Jika ya, mengapa Yesus bertanya demikian pada Ahli Taurat itu? Apa seharusnya jawabannya, dan mengapa Ahli Taurat itu seolah-olah tidak terus terang mengakuinya? Apakah reaksinya, seandainya ia menjadi orang yang jatuh di tangan penyamun itu? Apakah ia akan menolak uluran tangan orang Samaria itu? Siapakah kira-kira dalam masyarakat kita yang bisa kita samakan dengan orang yang jatuh ke tangan penyamun itu, dan siapakah yang bisa diumpamakan seperti orang Samaria? Manakah “orang yang jatuh ke tangan penyamun” itu dalam diri kita? Apakah kita bisa belajar menerima hal yang positif dari orang yang tidak pernah kita pikirkan sebagai teman kita?

15 KISAHNYA DALAM KONTEKS YANG LEBIH LUAS Lukas 10:25-37.38-42
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu… jiwamu… kekuatanmu… akal budimu Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Pertanyaan Ahli Taurat kepada Yesus Dan siapakah sesamaku manusia? … Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu? Orang Samaria yang murah hati Tuhan tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?... Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu Maria dan Marta

16 MARTA DAN MARIA Luk 10:38-42 38 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama MARTA menerima Dia di rumahnya. 39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama MARIA. MARIA ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 40 sedang MARTA sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." 41 Tetapi Tuhan menjawabnya: "MARTA, MARTA, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 42 tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."

17 PEMANDU YANG MANIPULATIF
Pertanyaan-pertanyaan yang paling sulit dijawab dari latihan-latihan pendalaman kita ini adalah: Apakah gaya kepemimpinan semacam ini tidak manipulatif? Bukankah pertanyaan-pertanyaan yang dipilih dimaksudkan untuk membangkitkan jawaban-jawaban tertentu “yang benar”? Apakah pemandu sendiri sama sekali tidak mempunyai tujuan atau arah yang harus dicapai kelompok? Kenyataannya, pertanyaan-pertanyaan itu memusatkan perhatian pada fokus tertentu dan mengabaikan fokus yang lain. Dan bukankah benar juga apabila pemandu yang sudah membuat persiapan patut mendapat upahnya dan ingin agar kelompok juga sampai ke sana? Apakah proses ini benar-benar membimbing pada satu pencarian kebenaran atau ditentukan juga oleh harapan-harapan dan jawaban-jawaban tertentu yang sudah pasti?

18 PEMANDU YANG EFEKTIF Jawabannya: tergantung pada pemandunya. Jika pemandu yakin bahwa ia harus bekerja dengan satu maksud tertentu yang sudah tidak dapat ditawar lagi, prosesnya pasti manipulatif. Jika pemandu selalu percaya bahwa ada “jawaban-jawaban pasti benar”, prosesnya jadi manipulatif. Tetapi jika pemandu mampu meninggalkan kebutuhan untuk mengontrol misteri-Nya dengan “jawaban yang tepat”, sebagai gantinya justru mampu belajar menghayati “pertanyaan yang tepat”, yang cukup mendalam untuk diperjuangkan (mungkin selama bertahun-tahun), prosesnya tidak akan menjadi manipulatif. Pemandu justru akan menjadi penuntun ideal yang telah melewati banyak jalan buntu, sampai ia dapat membantu kita untuk menjelajahi misteri Yang Lain itu, yang selalu di seberang kita. Pemandu mungkin tidak akan membuat kita melihat atau menemukannya, tetapi tanpa jalan yang telah ditunjukkannya kita akan tersesat. Pemandu bukan membuat pertunjukkan tapi menunjukkan jalan perbuatan!

19 OTORITAS PEMANDU Pemimpin sejati mendapat kewibawaan dari kelompoknya untuk memimpin mereka, karena mampu membiarkan kelompok itu menemukan jatidiri mereka. Pemimpin sejati itu justru bukan hanya mengawasi percakapan, tetapi melahirkan dialog, membuat orang yang tadinya bisu mampu berbicara karena menemukan tempatnya dalam kelompok. Model kepemimpinan semacam ini menuntut satu kepercayaan diri (high profile) dalam menjalankan otoritas, dalam pengertian proses dan satu kerendahan hati (low profile) dalam pengertian isinya. Pemandu itu diberi kewibawaan oleh kelompok untuk menguatkan angota-anggotanya agar berani berbicara dari pengalaman mereka sendiri tentang kebenaran yang mereka jumpai dalam teks.

20 BAGAIMANA MEMULAINYA? Marilah membayangkan bahwa kita hadir dalam satu pertemuan pendalaman Kitab Suci… Andaikan saja bahwa ada enam sampai maksimal dua puluh orang yang berkumpul (semakin banyak orang akan membuat masing-masing menjadi semakin sulit untuk sungguh-sungguh terlibat). Pertemuan dimulai dengan saat hening untuk memusatkan perhatian… Pemandu dapat mengajak peserta menyadari pikiran dan kecemasan yang dibawa masing-masing pribadi, mengajak mereka untuk terbuka pada gerak Roh Tuhan yang berbicara melalui teks Kitab Suci, mengajak mereka bertanya apakah rela membiarkan sesuatu yang baru terjadi dalam hidup pribadi masing-masing. Masing-masing peserta mengambil teks Kitab Suci di hadapannya untuk dibaca, diamat-amati dan ditanggapi secara pribadi. Pemandu memulai diskusinya dengan mempersiapkan secara teliti satu seri pertanyaan yang akan mengantar masuk ke dalam intisari kenyataan yang disapa oleh teks Kitab Suci.


Download ppt "KITAB SUCI DAN TRANSFORMASI HIDUP"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google