Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI"— Transcript presentasi:

1 MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI
LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB

2 KEGAGALAN REPRODUKSI Kegagalan menunjukkan gejala-gejala berahi.
Kegagalan menjadi bunting Kegagalan memelihara proses kebuntingan. Kegagalan memelihara/membesarkan anak

3 Kegagalan mengenal tanda-tanda berahi, sehingga perkawinan ternak dilakukan pada waktu yang tidak tepat. Terlampau cepat mengawinkan ternak pascaberanak. Kegagalan mengenal pemacek yang kurang subur atau mandul dalam suatu peternakan yang menggunakan lebih dari seekor pejantan. Menukar-nukar pejantan, jika seekor betina tidak langsung menjadi bunting pada perkawinan pertama. Dalam hal ini harus disadari akan bahaya penyakir koital/veneris.

4 Pemeriksaan kebuntingan tidak dilakukan secara teratur
Pemeriksaan kebuntingan tidak dilakukan secara teratur. Sering terjadi bahwa sapi yang dipotong akibat kasus kemajiran ternyata bunting waktu pemotongan (40%). Kurang cepat minta bantuan pertolongan pada petugas kesehatan jika daya reproduksi ternak kurang memuaskan, sehingga keberhasilan penganggualangannya berkurang. Catatan perkawinan kurang lengkap atau bahkan tidak menggunakan catatan perkawinan.

5 KEGAGALAN MEMPERLIHATKAN GEJALA BERAHI
A. Gangguan hormonal : 1. Dengan korpus luteum berfungsi : Korpora lutea persistens akibat adanya patologik uterus, Misalnya pyometra, mummifikasi fetus Sapi bunting Adanya kematian embrio muda. Berahi lemah (subestrus) dan berahi tenang (silent Estrus). Berahi tidak terobservasi/diketahui.

6 2. Ternak tanpa korpus lutea atau korpus lutea kecil atau tidak berfungsi :
Berahi lemah, berahi tenang atau berahi tidak diketahui Emasio, kekurangan pakan, penyakit menahun dan senilitas Kelainan ovarium seperti hipoplasia, hipofungsi dsb.

7 Anestrus karena musim (seasenal anestrus)
Anestrus karena musim (seasenal anestrus). Ovarium menjadi kecil dan keras dan terdapat folikel tanpa korpus luteum, konsentrasi LH, progesteron dan etradiol dalam serum rendah Anestrus karena laktasi (lactational anestrus). Fungsi utama kelenjar hipofise lebih terpusatkan pada pelepasan hormon prolaktin (LTH) untuk pembentukan air susu dan mempertahankan korpus luteum dari fungsi produksi hormon gonadotrophin (FSH dan LH) pada perangsangan kembalinya aktivitas berahi atau akrivitas ovarium

8 Anestrus karena usia. Penyebab: (1) kegagalan sel-sel folikuler untuk merespons stimulus hormon secara penuh; (2) perubahan kuantitas dan kualiotas hormon yang disekresikan; (3) lembahnya stimulus/rangsangan. Umur tua, akan mengakibatkan terjadinya hambatan fungsi poros hubungan hipotalamus-pituitari-ovarium disebabkan turunnya sekresi gonadotropin atau perubahan respons ovarium pada hormon tersebut.

9 KEGAGALAN MENJADI BUNTING
- Pejantan yang mandul - Adanya kuman (brucellosis, vibriosis, trichomoniasis, leptospirosis): big four diseases - Metritis akibat kuman - Abnormalitas fungsional seperti salpingitis, sista ovari dsb.

10 KEGAGALAN MEMPERTAHANKAN KEBUNTINGAN
Kejadian kematian pada masa kebuntingan sangat ditentukan oleh faktor genetik induk; adanya infeksi uterus sehingga mempengaruhi proses implantasi, plasentasi dan kemampuan hidup embrio. Umumnya akibat yang fatal dari fase ini adalah terjadinya abortus dan adanya kematian embrio akibat adanya kuman

11 KEGAGALAN MEMELIHARA ANAK
Umumnya kegagalam memelihara anak dimulai bila terjadi kesulitan beranak (distocia), kesulitan menghasilkan susu (laktasi) dan adanya penyakit metabolisme (ketosis, pregnancy toxemia, milk fever), pada akhir masa kebuntingan dan selama laktasi. Akibat hal tersebut adalah terjadinya plasenta tidak mau keluar, kegagalan laktasi, prolapsus vagina atau uterus. Kesemuanya ini dapat dikategorikan sebagai gangguan reproduksi akibat kecelakaan. Umumnya pakan yang diberikan saat tiga bulan terakhir masa kebuntingan harus ditingkatkan agar kejadfian tersebut dapat dihindarkan. Retensio secundinarum (retained placenta)

12 PENYEBAB GANGGUAN REPRODUKSI
Akibat faktor pengelolaan, termasuk teknik inseminasi, tenaga pelaksana yang kurang trampil, kekurangan pakan, defisiensi mineral dan sebagainya. Faktor ternak. Akibat kecelakaan, misalnya distokia, torsio uteri dan lain-lainnya

13 Contoh-contoh gangguan reproduksi
Gangguan siklus estrus (Silent heat, short cycle, long cycle dan repeat Breeding) Sub fertil dan faktor-faktor yang mempengaruhi Steril dan faktor-faktor yang mempengaruhi Penyakit-penyakit gangguan reproduksi LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB

14 Gangguan siklus estrus
Silent Heat(berahi tenang)– Tidak ada tanda-tanda berahi Syarat tanda-tanda berahi tidak terpenuhi. Berahi terus menerus (nymphomania) Hormon dalam keadaan berahi tidak ada ovulasi Long Cycle (siklus berahi yang panjang) -- Kematian Embryo. LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB

15 STATUS REPRODUKSI TERNAK
1) Berada pada kondisi kesuburan yang normal 2) Kondisi kemajiran ringan atau infertile 3) Kondisi kemajiran yang tetap (steril)

16 GANGGUAN REPRODUKSI 1. Jarak antara beranak lebih dari 400 hari 2. Jarak antara melahirkan sampai bunting kembali melebihi 120 hari 3. Angka kebuntingan kurang dari 50 % 4. Rata rata jumlah perkawinan perkebuntingan lebih besar dari dua 5. Jumlah induk sapi yang membutuhkan lebih dari tiga kali IB untuk terjadinya kebuntingan melebihi 30 %.

17 PENGELOLAAN REPRODUKSI
1. Pemberian pakan yang berkualitas dan cukup 2. Lingkungan serasi yang mendukung perkembangan ternak 3. Tidak menderita penyakit khususnya penyakit menular kelamin 4. Tidak menderita kelainan anatomi kelamin yang bersifat menurun 5. Tidak menderita gangguan keseimbangan hormone khususnya hormone reproduksi 6. Sanitasi kandang yang baik.

18 PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
1. Meningkatkan keterampilan dan kesadaran beternak bagi para peternak 2. Pemeriksaan secara tetap tiap bulan pada ternak betina oleh petugas kesehatan reproduksi 3. Penilaian terhadap prestasi reproduksi induk.

19 PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI
4. Pelaksanaan perubahan pengelolaan reproduksi menuju keuntungan yang lebih baik, yang meliputi : a. Penyediaan ransum pakan untuk induk yang sedang bunting dan laktasi b. Keserasian kondisi lingkungan untuk pertumbuhan ternak c. Deteksi Berahi yang tepat d. Waktu tepat kawin e. Pengelolaan yang tepat terhadap uterus pasca melahirkan.

20 Endocrinologi Reproduksi,Trinil susilawati
Silent Heat Kemungkinan-kemungkinan: Syarat tanda-tanda berahi tidak terpenuhi (Progesteron turun, estrogen meningkat) Corpus uterus persistent ( CL Banyak ) Progesteron Tinggi  Terapi PGF2α Bunting / Kematian embrio (umur >12 hari) Endocrinologi Reproduksi,Trinil susilawati

21 Endocrinologi Reproduksi,Trinil susilawati
Short cycle Folicle sistic (Banyak folikel  tidak bisa ovulasi)  Terapi hormon LH atau penghilangan folikel Faktor penyebab : Pakan ? Genetik ? Adaptasi ? Endocrinologi Reproduksi,Trinil susilawati

22 LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB
Repeat Breeder Betina kawin berulang-ulang tidak bunting Disebabkan oleh faktor penyebab gangguan reproduksi LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK FAPET UB


Download ppt "MATERI 12 GANGGUAN REPRODUKSI"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google